Ternyata Sebutan Imlek untuk Tahun Baru China Hanya ada di Indonesia, Begini Sejarahnya

Imlek selalu dirayakan dengan semarak oleh mayoritas kalangan Tionghoa di Indonesia. Lantas, mengapa perayaan ini disebut “ imlek”?

Tribunkaltim/Rachmad Sujono
Prosesi rutinitas pemandian dewa-dewi dalam rangka menjelang Imlek pada (5/2) mendatang di Kelenteng Guang De Miao Pasar Baru Balikpapan, Selasa (29/1). Sebanyak 36 patung dimandikan, selain itu juga membersihkan bangunan juga mengecat ulang warna yang sudah pudar. 

Mitor-mitos tersebut bahkan ada yang sudah mendarah daging.

Beberapa mitos tersebut mungkin sudah sering didengar, namun mungkin ada juga mitos-mitos yang belum pernah kamu dengar sebelumnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, ada orang-orang Tionghoa yang masih memegang erat mitos tersebut, namun ada juga yang sudah menganggapnya sebagai satu tradisi kebudayaan.

UPDATE Lowongan Kerja BUMN PT Brabtas Abipraya (Persero) Pendaftaran hingga 14 Februari 2019

Nikmatnya Soto Balikpapan, Perpaduan Multikultur di Kota Minyak yang Dituangkan Dalam Bentuk Soto

Menyayat Hati, Tepat di Hari Ultah, David Temukan Istrinya Tewas Saat Menginap dengan Selingkuhan

Tribun Travel merangkum 8 mitos dari orang Tionghoa yang dipercaya secara turun-temurun yang perlu kamu ketahui.

1. Makan Onde Sejumlah Umur Plus Satu

Orang Tionghoa sering sekali membuat onde-onde ketika hari ibu pada setiap 22 Desember.

Makan onde-ondenya harus sesuai dengan jumlah umur kita dan ditambah sebutir onde karena dipercaya hidup kita akan mengalami hoki terus dan umur kita bertambah setahun.

Namun saat ini, tradisi ini sudah tidak dilakukan oleh para orang tua.

2. Jangan Pakai Aksesoris Warna Putih di Kepala

Bagi orang Tionghoa memakai aksesoris berwarna putih dianggap sebagai tindakan menyumpahi orangtua agar cepat meninggal.

Sehingga, biasanya ikat putih di kepala hanya dipakai saat menghadiri pemakanan orangtua yang meninggal.

3. Jangan Jadi Pengapit Pernikahan Lebih dari Tiga Kali

Pengapit pernikahan adalah orang yang membantu segala kebutuhan pengantin ketika hari pernikahan.

Pada umumnya, para pengapit pernikahan ini akan didandani dengan jas dan dress ala pengantin juga.

Namun, katanya menjadi pengapit pernikahan tidak boleh dilakukan lebih dari tiga kai karena dipercaya akan mengalami berat jodoh.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved