Penumpang Keluhkan Mahalnya Tiket Pesawat, Dirjen: Meroketnya Harga Tiket tak Langgar Aturan
Penumpang Keluhkan Mahalnya Tiket Pesawat, Dirjen: Meroketnya Harga Tiket tak Langgar Aturan
Mulanya ia cukup mengeluhkan harga tiket dari Samarinda-Surabaya yang dibandrol Rp 1.030.000. Sementara untuk tiket pulang dari Surabaya ke Samarinda dipatok Rp 1,3 juta. Perempuan 22 tahun yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Bontang ini mengaku tak punya pilihan lain.
Baca: Sempat Dihukum, Radja Nainggolan Teguhkan Komitmen untuk Inter Milan
Keluhan yang sama datang juga dari penumpang lain, Handriyo. Pria yang bekerja di salah satu kontraktor migas di Muara Badak itu mengaku tak punya pilihan lain untuk mengikuti tarif tiket yang ditentukan maskapai. Dia lebih memilih terbang lewat Bandara APT Pranoto ketimbang Bandara SAMS Sepinggan karena jaraknya yang lebih dekat.
Dirjen Perhubungan Udara, Polana B Pramesti angkat bicara terkait isu harga tiket pesawat yang membumbung tinggi. Isu yang meresahkan masyarakat hingga membuat mereka beralih ke transportasi lainnya seperti kapal laut, kereta api dan bus tersebut juga berimbas ke operator bandara.
Sejumlah bandar udara di Indonesia terutama Bandara Soekarno-Hatta mengalami penurunan penumpang. Menurut Polana, meroketnya harga tiket tidak melanggar peraturan apa pun yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016.
Yang mengatur tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga berjadwal Dalam Negeri.
"Kalau memang lebih tinggi itu karena low season, kalau low season maskapai butuh hidup, itu salah satu sebabnya. Sebenarnya tidak terlalu tinggi, masih batas wajar," jelas Polana dalam Kampanye Penerbangan Selamanya (Selamat dan Nyaman) di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (10/2).
Baca: VIDEO Link Live Streaming Manchester City vs Chelsea di Liga Inggris, Pukul 23:00 WIB
Ia pun menjelaskan, sepinya sejumlah bandar udara tidak selamanya dikarenalan karena harga tiket burung besi yang dianggap mahal. Namun, menurut Polana, sepinya Bandara Soekarno-Hatta karena sedang salam musim sepi alias low season.
"Kalau penurunan hampir setiap tahun di penerbangan terutama Indonesia memang Januari, Februari itu low season. Jadi itu hampir siklus tahunan, mungkin bulan Maret baru meningkat," jelas Polana. (ilo/dro/tribunnews).