Penumpang Keluhkan Mahalnya Tiket Pesawat, Dirjen: Meroketnya Harga Tiket tak Langgar Aturan
Penumpang Keluhkan Mahalnya Tiket Pesawat, Dirjen: Meroketnya Harga Tiket tak Langgar Aturan
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Minggu (10/2) siang, Maman (54) bersama seorang wanita muda menapaki lantai 3 Bandara Sultan Aji Muhamad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan. Wanita yang wajahnya ditutup masker berjalan sambil mendorong troli barang mengangkut tiga tas besar dan satu kardus.
"Saya mau terbang ke Jakarta. Ini saya dari Sanga-sanga, Kutai Kartanegara. Pilih terbang dari Balikpapan saja," ujar pria yang rambutnya sudah terlihat putih uban.
Maman memilih maskapai penerbangan Batik Air, karena tidak terkena bagasi berbayar. "Empat hari lalu pas saya ke Balikpapan tidak kena bagasi berbayar," tuturnya.
Baca: 75 Ribu Warga Kunjungi Pekan Raya Samarinda selama 6 Hari Pelaksanaan
Mengenakan kaos berkerah, Maman selalu memancarkan senyuman ramah saat ditanyakan Tribun, termasuk ketika ditanyakan mengenai komentarnya soal harga tiket pesawat.
Dirinya mengakui, naik pesawat Batik Air yang sekarang dipilihnya bisa dikatakan harga yang mahal. "Hari saja saya kena harga Rp 1,8 juta lebih. Ya mahal harganya," ungkapnya, diakhiri dengan tertawa suara pelan.
Parahnya lagi, kata Maman, penerbangan yang dilakukan dari Samarinda jauh lebih mahal. Saat dia mengecek harga, kena harga Rp 2,1 juta lebih tarif penerbangan dari Bandara APT Pranoto, Samarinda. "Pilih dari Balikpapan saja, dari Samarinda kena mahal. Bedanya jauh, beda Rp 300 ribu," ujarnya.
Meski harga tiket pesawar mahal, namun Maman tetap memilih moda transportasi udara untuk berpergian ke luar daerah. Menurutnya, transportasi pesawat sudah jadi kebutuhan, tidak bisa diganti yang lainnya, mengingat Maman termasuk satu di antara pria yang sibuk berkarir.
"Mau naik kapal laut lama lagi. Harus berhari-hari. Saya harus buru-buru, harus bisa tiba di Jakarta di hari senin. Ya ada urusan kerja," ungkap Maman.
Baca: Perahu Pecah Tabrak Batu dan Jeram, Satu Orang Hilang di Sungai Bahau Malinau
Senada diutarakan, Hendrawan (39), penumpang asal Balikpapan tujuan Surabaya menggunakan pesawat Lion Air. Pergi bersama keluarga sebanyak tiga orang, Hendrawan membawa barang-barang banyak berisi pakaian.
"Kena bagasi berbayar, tadi 18 kilogram. Bayar habis hampir Rp 400 ribu lebih," ujarnya kepada Tribun usai chek in di loket Lion Air, Bandara SAMS Balikpapan.
Dia pun tidak memungkiri, ongkos transportasi yang dikeluarkannya bisa dikatakan relatif harga sekali tetapi sudah jadi kebutuhan maka harus terpaksa keluarkan uang. Transportasi pesawat masih dianggap oleh Hendra sebagai akomodasi yang cepat tidak memakan waktu banyak.
"Sebagai konsumen saya berharap harga diturunkan lagi. Masih mahal terus, malas juga nanti kalau mau sering-sering pergi naik pesawat," ucapnya.
Saat dikonfirmasi, Kepala Otoritas Bandara wilayah VII, Alexander Rita, menyatakan, keberadaan Bandara SAMS Balikpapan masih berjalan normal. Semua maskapai penerbangan tetap melayani, termasuk satu di antaranya maskapai yang menerapkan bagasi berbayar.
"Memang ini pas bukan fix sesion, lagi hari normal. Masih ada depature (jadwal keberangkatan), statusnya active," ungkap Alexander ditemui Tribun di Bandara SMAS Sepinggan.
Pantuan di Bandara APT Pranoto, Samarinda, Minggu (10/2), beberapa penumpang juga mengeluhkan mahalnya harga tiket pesawat. Benazir Anggi, warga Bontang yang akan berangkat ke Surabaya menggunakan pesawat Citilink.
Mulanya ia cukup mengeluhkan harga tiket dari Samarinda-Surabaya yang dibandrol Rp 1.030.000. Sementara untuk tiket pulang dari Surabaya ke Samarinda dipatok Rp 1,3 juta. Perempuan 22 tahun yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Bontang ini mengaku tak punya pilihan lain.
Baca: Sempat Dihukum, Radja Nainggolan Teguhkan Komitmen untuk Inter Milan
Keluhan yang sama datang juga dari penumpang lain, Handriyo. Pria yang bekerja di salah satu kontraktor migas di Muara Badak itu mengaku tak punya pilihan lain untuk mengikuti tarif tiket yang ditentukan maskapai. Dia lebih memilih terbang lewat Bandara APT Pranoto ketimbang Bandara SAMS Sepinggan karena jaraknya yang lebih dekat.
Dirjen Perhubungan Udara, Polana B Pramesti angkat bicara terkait isu harga tiket pesawat yang membumbung tinggi. Isu yang meresahkan masyarakat hingga membuat mereka beralih ke transportasi lainnya seperti kapal laut, kereta api dan bus tersebut juga berimbas ke operator bandara.
Sejumlah bandar udara di Indonesia terutama Bandara Soekarno-Hatta mengalami penurunan penumpang. Menurut Polana, meroketnya harga tiket tidak melanggar peraturan apa pun yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016.
Yang mengatur tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga berjadwal Dalam Negeri.
"Kalau memang lebih tinggi itu karena low season, kalau low season maskapai butuh hidup, itu salah satu sebabnya. Sebenarnya tidak terlalu tinggi, masih batas wajar," jelas Polana dalam Kampanye Penerbangan Selamanya (Selamat dan Nyaman) di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (10/2).
Baca: VIDEO Link Live Streaming Manchester City vs Chelsea di Liga Inggris, Pukul 23:00 WIB
Ia pun menjelaskan, sepinya sejumlah bandar udara tidak selamanya dikarenalan karena harga tiket burung besi yang dianggap mahal. Namun, menurut Polana, sepinya Bandara Soekarno-Hatta karena sedang salam musim sepi alias low season.
"Kalau penurunan hampir setiap tahun di penerbangan terutama Indonesia memang Januari, Februari itu low season. Jadi itu hampir siklus tahunan, mungkin bulan Maret baru meningkat," jelas Polana. (ilo/dro/tribunnews).