Puisi Doa yang Ditukar Milik Fadli Zon Dianggap Lebih Banyak Kata Politis Daripada Puitis
"sangat jauh kalau dibandingkan dengan puisi Goenawan Mohammad, dengan Khalil Gibran, itu antara bumi dan langit," tuturnya.
"Kuncinya ada di kalimatnya. Kalau orang tidak mendengarkan seksama itu ada pemaknaan yang berbeda. Bukan saya ahli, tapi karena saya tahu. Yang saya perhatikan di kata-kata itu, Mbah Moen sangat menekankan, yang maknanya disampaikan Mbah Moen, yakni; bapak Presiden ini, itu Presidennya Pak Prabowo. Tapi dimaknai, digoreng, dipanggang kelamaan, Ini Bapak Presiden adalah Pak Prabowo," kata Gus Syauqi dalam diskusi di Markas Terpadu C19 Poros Nyata Laskar KH Ma'ruf Amin (Master C19 Portal KMA), Menteng, Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Ia menegaskan, ada pesan yang ingin disampaikan Mbah Moen lewat perkataan seperti itu.
"Kenapa harus kata-kata yang rumit? Kata itu yang digunakan. Mbah Moen ini ngetes. Ngetes, siapa sih orang yang suka bahan hoaks. Sambil menasehati kita, yang dengar telaah betul. Udah hoaks dinikmati, udah tahu racun, kok dinikmatin," ungkap Gus Syauqi.
Karenanya, menurut Gus Syauqi dengan kejadian ini, tahu akhirnya siapa yang suka membuat hoaks.
"Kita sekarang bisa tahu lah siapa yang bikin hoaks itu. Kira-kira begitu. Saya menangkapnya begitu," jelasnya.
Ia juga menyebut, jika salah, maka lebih kepada bahasa Arabnya, bukan atas namanya.
"Kalau mau salah, ke susunan bahasa Arabnya. Bukan nama yang salah. Itu 1.000 kali dibacakan Mbah Moen, akan tetap seperti itu. Karena memang susunannya begitu. Tapi karena Mbah Moen ini sering mengingatkan orang melalui doa. Itu luar biasanya beliau," tutupnya. (*)
• Dua Pesawat Nyaris Tabrakan di Udara, Begini Momentum Menegangkan Itu
• Karni Ilyas Minta Maaf karena Banyak Kursi Narasumber ILC yang Kosong
Tak Minta Maaf
Terkait Puisi Doa yang Ditukar tersebut, Fadli Zon menganggap dirinya tak perlu sampaikan permintaan maaf.
Karena menurutnya tidak ada yang salah dengan puisi yang dibuatnya itu.
"Ya untuk apa saya melakukan sesuatu yang tidak saya lakukan," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, (11/2/2019). dikuti dari TribunTimur.com
Fadli Zon kembali menegaskan bahwa Puisi Doa yang ditukar, tidak ada kaitannya dengan Mbah Moen.
Menurutnya puisi tersebut ditujukan kepada penguasa bukan pada Mbah Moen.
"Saya kira saya udah jelaskan beberapa kali bahwa puisi itu ekspresi dan nggak ada hubungannya dengan mbah Maimoen. Saya kira bagi mereka yang memahami itu, di situ jelas, sangat jelas, bahkan dalam puisi itu disebutkan kaum penguasa, mbah Maimoen kan bukan penguasa," katanya. (*)