Murid Kelas VI SD Korban Rudapaksa Ayah dan Kakak Kandung Bercita-cita Menjadi Polwan
Perbuatan tersebut telah dialami korban sejak duduk di bangku kelas III SD hingga saat ini, kelas VI SD.
Penulis: Christoper Desmawangga |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Rumah kayu semi permanen di kawasan Selili menjadi saksi bisu perbuatan asusila yang dilakukan oleh ayah dan kakak kandung korban.
Perbuatan tersebut telah dialami korban sejak duduk di bangku kelas III SD hingga saat ini, kelas VI SD.
Kedua pria yang harusnya menjaga korban itu melakukan tindak kekerasan seksual tersebut di ruang tamu, tepat di depan televisi.
Di ruangan tersebut, terdapat kasur lapuk yang dijadikan tempat untuk menggauli korban.
Kamis (28/2/2019) sore tadi, Tribunkaltim.co mendatangi rumah korban.
Ibu korban bernisial Ls (46) menyambut dengan hangat, serta menceritakan semua yang telah terjadi.
Tampak beberapa kali korban mengintip dari balik tirai pintu kamarnya.
Bahkan, sesekali korban tampak keluar kamar untuk mengambil sesuatu.
Selama tiga tahun menjadi pelampiasan nafsu ayah dan kakaknya, Ls sama sekali tidak mengetahui maupun melihat ada keanehan dari anak terakhir dari tiga bersaudara itu.
Benar saja, Ls dan ayah korban Mj (60) sejak berumah tangga hanya menikah siri saja.
Bahkan, sejak setahun terakhir ini Ls dan Mj telah pisah.
Sebelum menikah siri dengan Ls, Mj merupakan suami dari kakak kandung Ls.
Selama ini ibu korban memang jarang pulang ke rumah. Pasalnya, guna membantu perkonomian keluarga, dirinya bekerja di kawasan Bantuas, sebagai petugas katering.
Baca juga:
Dengar Aneka Permintaan Pemain Timnas U-22 Indonesia, Canda Jokowi: Ini Cari Kesempatan Namanya
Imam Besar Istiqlal Beri Informasi soal Prosesi Akad Nikah Syahrini dan Reino Barack di Jepang
Jokowi Tambah Bonus Timnas U-22 Indonesia Masing-masing Rp 200 Juta; Pelatih dan Dokter juga Dapat
Real Madrid Vs Barcelona - El Real Kalah, Media Ibukota Spanyol Jelek-jelekkan Lionel Messi
Inilah 5 Fakta Masjid Camii Tokyo, Lokasi Ijab Qabul Pernikahan Syahrini - Reino Barack
Ole Gunnar Solskjaer Panggil 3 Pemain Akademi untuk Atasi Badai Cedera Manchester United
Sedangkan ayah korban bekerja sebagai penggali dan penjaga makam.
"Saya tidak pulang, kalaupun pulang sebulan sekali. Karena bapaknya yang jaga, makanya jarang pulang," ucapnya, Kamis (28/2/2019).
Dia pun mengaku mengetahui anaknya telah menjadi korban rudapaksa suami dan anak keduanya itu dari tetangga sekitar, bukan dari anaknya langsung.
Tetanggalah yang memberitahukan hal itu kepadanya. Setelah mendengar kabar, dirinya langsung menuju Polsek Samarinda Kota untuk melaporkan kejadian itu.
"Anak saya ini cerita sama orang kampung, lalu saya diberi tahu. Setelah itu saya tanya anak saya, dan memang benar. Lalu saya laporkan ke kepolisian," ujarnya.
"Dia (korban) cerita sudah sering, tidak cerita ke saya karena takut."
Lanjut dia menjelaskan, akibat terungkapnya kejadian itu, dirinya memutuskan untuk tidak lagi bekerja di Bantuas.
Sementara ini, dirinya dan anaknya hanya mengandalkan anak pertamanya untuk mencari nafkah sebagai penggali dan penjaga makam menggantikan ayahnya yang kabur entah ke mana.
"Ada masih kakaknya, selama ini kakaknya tinggal sama neneknya. Jadi, tidak tahu apa-apa juga kalau adiknya seperti ini. Sekarang dia ini yang gantikan bapaknya," jelasnya.
Sementara korban, tetap ingin melanjutkan sekolahnya. Ketika ditanya cita-citanya, korban menjawab dengan suara yang sangat pelan, ingin menjadi Polwan.
"Awalnya memang dia takut ke sekolah, tapi saya tetap ingin dia sekolah, dan dia juga mau. Tadi dengar sendiri kan, dia mau jadi Polwan," pungkasnya.
Saat ini, kepolisian telah mengamankan kakak korban bernisial MA (16), sedangkan ayah korban masih dalam pencarian. (*)