Kisah Dramatis Korban Banjir yang Video Penyelamatannya Viral; Pasrah Saat Terjebak di Persawahan
Namun, setelah membantu menyelamatkan satu keluarga yang terjebak banjir, Nanda tidak mengetahui nama dan alamat keluarga itu.
Arif yang panik kemudian mulai berteriak meminta pertolongan.
Ia mencoba menaruh keponakannya di tiang beton pagar pembatas jalan tol, tapi Arif tak tega karena tiang pagar banyak dihinggapi ular dan serangga.
"Saya takut kalau nanti Sifa kena sengat serangga atau digigit ular," kata Arif.
15 menit berteriak minta tolong, tidak ada yang menghiraukan.

Begitu pula dengan Arina.
Bersama Khamim, ibu dua anak itu juga ikut berteriak meminta pertolongan.
Teriakan Arina dan Arif seperti saling bersahutan.
"Saya sampai menangis karena 15 menit berteriak minta tolong tidak ada yang menghiraukan," ungkap Arina.
Bahkan, ember yang menjadi tempat duduk anaknya hilang karena Arina terpeleset di pematang sawah.
Arina akhirnya menggendong anaknya sembari menenteng tas berisi pakaian anak-anaknya.
Setelah selamat dari jebakan banjir, Sujadi bersama istrinya, Nanda Sapto Wati, memberikan selimut, payung, makanan, dan daster.
Kondisi dua anaknya saat itu sudah kedinginan dan bibirnya membiru.
Sementara keluarga pria pengemudi mobil pertama memberikan jaket kepada Khamim.
"Setelah kami sampai di tol, baju anak saya langsung suruh dicopot dan saya suruh ganti daster. Saya sangat berterima kasih kepada Ibu Nanda bersama suaminya dan bapak satunya itu yang rela membantu kami. Saya tidak tahu apa jadinya kami kalau Allah tidak menghadirkan dua keluarga sebagai penolong untuk membantu kami," ujar Arina sambil berkaca-kaca matanya.
Arina yang kesehariannya bekerja sebagai buruh pabrik merasa sangat lega sekali setelah teriakannya didengar pengemudi mobil yang melintas di jalan tol.
"Rasanya lega sekali ketika ada mobil yang mau berhenti dan menolong kami," ungkap Arina.
Dia bercerita jika kedua keluarga yang menolong dan menyelamatkannya itu menawarkan bantuan untuk diantar ke rumah saudaranya.
Namun, tawaran itu ia tolak karena merasa sudah merepotkan.
"Kami merasa tidak enak karena sudah merepotkan mereka," kata Arina.
Selanjutnya, Arina dan Arif bersama dua anaknya berjalan sekitar setengah kilometer menuju Dusun Klumpit.
Sambil melepas lelah di tempat yang aman, Arina mengganti baju dua anaknya yang basah.
Sementara Arif beristirahat setelah satu jam berjuang keluar dari jebakan banjir.
"Setelah ganti baju, saya minta mas Arif mencarikan orang agar kami diantarkan ke jalan besar. Bersama dua anak saya akhirnya saya bisa naik bus Mira tujuan Solo-Surabaya dan turun di rumah paman saya," kata Arina.
Arif Balik Berjuang Selamatkan Ibunya

Arif teringat Istianah (69), ibunya yang terjebak banjir sendirian di dalam rumahnya.
Mahmud (71), bapaknya, terlebih dahulu mengungsi ke dataran tinggi bersama sapi-sapinya.
"Menjelang maghrib saya teringat ibu saya. Saya langsung balik ke rumah. Tetapi saya tidak lewat jalan persawahan di dekat tol. Saya memilih melewati lorong underpass tol meski banjir masih menerjang," kata Arif.
Secara berlahan-lahan akhirnya Arif berhasil melewati lorong dan tiba di rumah orangtuanya.
Setiba di rumah orangtuanya, Arif melihat ibunya sudah kedinginan karena bertahan di tangga bambu.
"Saya langsung ajak keluar ibu saya lewat atap dan beristirahat di genteng tetangga hingga pagi hari, Jumat (8/3/2019). Baru pagi harinya tim SAR menolong kami dibawa ke lokasi pengungsian," kata Arif.
Sampai saat ini ibunya masih berada di lokasi pengungsian.
Bapaknya tetap berada di dataran tinggi untuk menjaga sapi-sapinya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kesaksian Satu Keluarga Terjebak Banjir di Ruas Tol Ngawi-Kertosono, Sempat Menangis Putus Asa " (Kompas.com/Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi)