Pilpres 2019

Prabowo Lebih Unggul Dibandingkan Jokowi di Google Trends, Begini Kata Pengamat tentang Hasil Debat

Nama Prabowo lebih populer dibandingkan Jokowi dalam satu hari terakhir setelah debat keempat Pilpres 2019.

Editor: Doan Pardede
Tribunnews/Jeprima
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo bersama Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo subianto saat mengikuti debat keempat calon presiden pada pemilu 2019 di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3/2019). Pada debat keempat kali ini mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional. 

TRIBUNKALTIM.CO - Debat keempat Pilpres 2019 yang digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019) malam telah usai

Debat keempat Pilpres 2019 mengangkat tema ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional.

Berdasarkan penelusuran Tribunkaltim.co di Google Trends, nama Prabowo lebih populer dibandingkan Jokowi dalam satu hari terakhir setelah debat keempat Pilpres 2019.

Pada pukul 21.44 WIB saat debat keempat Pilpres 2019 masih berlangsung, kata kunci yang berkaitan dengan Prabowo mencapai 100 persen dibandingkan Jokowi yang hanya 40 persen.

Hingga hari ini, Minggu (31/3/2019) Prabowo masih menjadi kata kunci yang lebih banyak dicari dibandingkan Jokowi.

Perbandingan popularitas Prabowo dan Jokowi
Perbandingan popularitas Prabowo dan Jokowi (Google Trends)

Siapa Lebih Unggul?

Usai debat keempat Pilpres 2019, masing-masing tim kampanye memiliki jawaban yang berbeda tentang kemenangan debat yang berlangsung semalam.

Dikutip Tribunkaltim.co dari Tribunnews.com, sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto menilai debat keempat capres dimenangkan oleh Capres 01 Jokowi dengan skor 5-0.

Hasto Krsitiyanto mengatakan, Jokowi unggul dari Prabowo Subianto karena mampu menjawab semua pertanyaan dengan tema ideologi, pertahanan dan Keamanan, Pemerintah serta hubungan internasional.

"Ya kalau kita melihat bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi dalam seluruh segmen itu Pak Jokowi unggul atas Pak Prabowo, kecuali penyampaian visi misi kalau itu kita anggap seimbang maka score bagi pak Jokowi adalah 5-0 menang pak Jokowi," kata Hasto di Studio For Jokowi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3/2019) malam.

Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo bersama Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo subianto saat mengikuti debat keempat calon presiden pada pemilu 2019 di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3/2019). Pada debat keempat kali ini mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional.
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo bersama Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo subianto saat mengikuti debat keempat calon presiden pada pemilu 2019 di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3/2019). Pada debat keempat kali ini mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional. (Tribunnews/Jeprima)

Sementara pesaingnya, capres nomor urut 02 dikatakan oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN), Prabowo menang telak 10-0.

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandiaga Uno, Priyo Budi Santoso merasa gembira karena Prabowo Subianto telah tunjukkan kelasnya sebagai pemimpin kelas dunia.

Katanya, pada debat keempat Pilpres 2019, publik seperti tersihir dengan substansi debat yang berbeda bagai bumi dan langit. Meski begitu jalannya debat tetap bersahabat.

"Debat hari ini betul-betul gembira, Pak Prabowo telah menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin negara besar seperti Indonesia. Malam ini publik tersihir terhadap suasana substansi debat," kata Priyo ditemui usai hadir dalam debat keempat di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3/2019) malam.

Menurutnya, Prabowo menang telak dari Jokowi terkait tema yang diusung malam ini.

"Saya boleh katakan 10-0 untuk kali ini," ujar dia.

Kata Pengamat tentang Jokowi dan Prabowo

Jokowi dan Prabowo dalam acara debat keempat Pilpres 2019 yang diselenggarakan di Hotel Shangri-La, Sabtu (30/3/2019).
Jokowi dan Prabowo dalam acara debat keempat Pilpres 2019 yang diselenggarakan di Hotel Shangri-La, Sabtu (30/3/2019). (Kompas.com)

Belum ada hasil yang pasti terkait keunggulan pasangan capres dan cawapres Jokowi-Maruf Amin atau Prabowo-Sandiaga.

Soal debat keempat Pilpres 2019 yang berlangsung, Sabtu (30/3/2019), para pengamat memberikan komentarnya.

Melansir dari TribunWow.com, berikut komentar-komentar dari beberapa pengamat tentang Jokowi dan Prabowo.

1. Ibnu Nazir, pengamat politik Islam dari LIPI tentang tema ideologi

'Normatif, kurang menjabarkan lebih detil operasional '

Menyinggung soal tema ideologi, Calon Presiden Joko Widodo, menurutnya lebih mendekati persoalan implementasi Pancasila dalam kondisi kekinian.

"Tapi tetap tidak terlihat apa yang harus dilakulan," kata Ibnu.

Tentang keinginan Jokowi agar pendidikan Pancasila diturunkan sampai tingkat sekolah dasar, Ibnu mengatakan, seharusnya itu dijelaskan lebih detil lagi.

"Pendidikan di tingkat dasar, misalnya harus diturunkan betul dalam praktik-praktik etika yang mudah dipahami," ujarnya.

Prabowo, kata Ibnu, lebih abstrak lagi ketika menyinggung soal operasionalisasi Pancasila. "Seperti banyak program tim Pak Prabowo, tapi belum muncul cara mengoperasionalkannya."

Di dalam debat, kedua kandidat juga dianggapnya menghindari persoalan besar,misalnya, toleransi beragama yang disebutnya "terjadi hari ini dan ada penafsiran agama yang makin konservatif."

Hal lain yang tidak disinggung adalah soal adanya kelompok yang ingin mengganti Pancasila yang harusnya juga ditanggapi.

2. Sri Yanuarti, pengamat pertahanan dan keamanan LIPI

'Keduanya tidak menyinggung SDM, padahal itu penting'

Dalam debat dengan tema pertahanan dan keamanan, menurut Sri Yanuarti, kedua capres tidak menyinggung sumber daya manusianya.

"Padahal ini kan problem besar ya, kita banyak sudah banyak bicara militer dan TNI," katanya.

Menurut Yanu, SDM menghadapi persoalan psy war sehingga SDM harus familiar.

"Sebenarnya tadi sudah dikatakan soal siber, tapi Pak Jokowi hanya mengatakan itu dilakukan dengan memperkuat radar," tambahnya.

Yanu kemudian mengkritik pernyataan Prabowo yang membandingkan sistem pertahanan Singapura dan Indonesia.

"(Prabowo mengatakan) Kita harus seperti Singapura, tapi ya Singapura dengan negara sekecil itu, dengan geografis yang tidak terlalu menantang, saya kira Indonesia harus lebih dari Singapura," katanya.

"Ini karena dinamika ancaman untuk Indonesia lebih besar," ujar Yanu.

Yanu juga menambahkan bahwa pengembangan alutsista harus tetap mempertimbangkan kemampuan angggaran.

"Nggak mungkin juga kita habis-habisan di militer, yang lain dihilangkan. Saya pikir harus ada upaya progresif untuk menambah anggaran militer, tapi jangan sampai mengenyampingkan yang lain."

Menanggapi soal investasi bidang militer yang disampaikan Jokowi, Yanu mengatakan hal tersebut merupakan hal yang harus dilakukan.

"Bagaimanapun India dan Iran sudah lebih maju di dalam membuat infrastruktur pertahanan melalui industri dalam negeri." Indonesia kata Yanu, masih ketinggalan.

3. Nanto Sriyanto, pengamat hubungan Internasional LIPI

'Kedua calon menjadikan isu hubungan internasional untuk meraup suara'

Terkait tema hubungan internasional, Nanto menganggap jawaban kedua capres bertujuan demi untuk meraup suara alias elektoral.

Dia memberikan contoh, saat Jokowi menyinggung kasus Rohingya, Indonesia sebagai negara muslim terbesar, hingga klaim ekspor produk-produk muslim yang meningkat.

"Kalau kasus Rakhine, Jokowi sebenarnya ingin menunjukkan 'saya mempunyai pengetahuan detail-detail yang lebih baik dibandingkan dengan Prabowo yang jawabannya cuma bicara non intervensi ASEAN, jauh dari persoalan itu'," kata Nanto.

Sayangnya, lanjutnya, Jokowi dalam menjelaskan persoalan Rakhine secara holistik misalnya terkait isu kejahatan kemanusiaan yang dilegalisir lantaran dilindungi oleh konstitusi Myanmar.

Nanto juga menyoroti Prabowo yang selalu mengedepankan pendekatan militeristik dan menurutnya selalu diulang-diulang.

"Tetapi pemahaman Prabowo selalu militer, apakah semua militer diselesaikan dengan militer, termasuk cara dia yang sedikit agak melemahkan tentang peran Indonesia sebagai mediator dalam beberapa persoalan di negara lain," katanya.

Menurutnya, posisi Indonesia sebagai mediator menunjukkan bahwa negara itu sudah menjadi negara middle power.

"Indonesia memiliki sejarah panjang dalam upaya mendamaikan konflik, bahkan sejak zaman Orde Baru yang terlibat dalam perdamaian Bosnia," katanya.

Soal pentingnya kekuatan militer dan kritik terhadap pertahanan inilah yang, kata Nanto, menjadi senjata untuk elektoral Prabowo.

"Salah satu attacking (serangan) Prabowo (kepada Jokowi) adalah tentang 'penasihat-penasihat'bapak Jokowi yang disebutnya sebagai Asal Bapak Senang (ABS) yang beberapa kali dia ulang," ujarnya.

Tetapi bagaimana dengan tudingan Prabowo bahwa Indonesia dipandang rendaholeh negara-negara ASEAN? Nanto membantah klaim Prabowo ini.

Dari berbagai literasi yang ditulis baik di dalam maupun luar negeri, menurutnya, peran Indonesia justru positif dalam perjalanan ASEAN.

"Jadi (tudingan) itu lebai, lebih sebagai retorika kosong," tutupnya.

(Tribunkaltim.co/Alfiah NR)

Baca Juga:

Debat Keempat Pilpres 2019 - Begini Reaksi Prabowo saat Jokowi Singgung Rantai Sepeda & Persahabatan

Debat Keempat Pilpres 2019 - Tiga Kali Prabowo Sebut Pembisik Jokowi, Siapa yang Dimaksud?

Debat Keempat Pilpres 2019 - Jokowi Perlu Pemerintahan Dilan, Prabowo Sebut Korupsi Sudah Stadium 4

Terbaru, Elektabilitas 2 Pasangan Calon di Pilpres 2019 Berdasarkan Hasil Survei 6 Lembaga

Follow Instagram Tribunkaltim.co di bawah ini:

Subscribe Youtube Channel Tribunkaltim.co di bawah ini:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved