Kaltim Fair 2019
Keresahan Pengerajin Kampung Tenun Samarinda, Tak Ada Generasi Muda yang Mau Belajar Menenun
Penenun asal Kampung Tenun, Kota Samarinda menunjukkan cara menenun pada ajang Kaltim Fair 2019. Penenun resah, generasi muda tak berminat menenun
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Rafan Arif Dwinanto
Anak-anak tidak mau belajar, karena memang susah penjualannya, tidak bisa ada setiap hari orang membeli," ucapnya.
"Kain tenun ini memang susah dibuat, lalu pemasarannya juga susah, kalau lancar saja mungkin mereka mau," sambungnya.
Namun, dirinya siap untuk mengajarkan generasi muda yang mau mempelajari penenunan.
Bahkan, warga binaan di Lapas Klas II A Sudirman merupakan anak didiknya dalam penenunan.
"Bisa datang ke rumah saya, silahkan saja jika ada yang mau belajar.
Di Lapas sekarang sudah ada yang pintar," ucap wanita yang memiliki 10 anak itu.
Harga kain tenun dengan panjang 4 meter dibanderol seharga Rp 750 ribu - Rp 800 ribu dengan menggunakan gedokan.
Sedangkan dengan menggunakan ATBM dibaderol seharga Rp 450 ribu - Rp 650 ribu.
Guna memasarkan dan mengenalkan kain tenun ke masyarakat luas, kain tenun juga dipasarkan ke hingga luar negeri, yakni ke Malaysia. (*)
Baca Juga :
Serap Aspirasi, Zuhdi Yahya Kunjungi Industri Kampung Tenun hingga Komunitas Futsal di Samarinda
Pesona Kalimantan dalam Indonesia Fashion Week 2019, dari Sarung Samarinda hingga Kain Sasirangan
Isran Noor Kunjungi Kampung Tenun, Ini Pesen Penenun Tua jika Isran Jadi Gubernur
Ini yang Dilakukan Pemerintah agar Kampung Tenun jadi Objek Wisata
Perajin tak Punya Penerus, Kampung Tenun pun Mulai Kehilangan Pamor
Likes dan Follow Fanspage Facebook
Follow Twitter
Follow Instagram
Subscribe official YouTube Channel