Mengapa Bus Damri Belum Beroperasi di Bandara SAMS Sepinggan, Ini Alasannya

Kepala Dishub Kaltim, Salman Lumoindong membeberkan alasan mengapa transportasi publik massal seperti bus Damri tak memiliki trayek di Bandara SAMS

TRIBUN KALTIM/ Nalendro Priambodo
Bus Damri dari Bandara APT Pranoto saat menurunkan penumpang di Plaza Mulia Samarinda beberapa waktu lalu. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Kepala Dinas Perhubungan Kaltim, Salman Lumoindong membeberkan alasan mengapa transportasi publik massal seperti bus Damri tak memiliki trayek dari dan menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan.

Selama ini, transportasi dari dan menuju bandara kaliber internasional di Kota Minyak, khususnya penumpang luar kota, bisa ditempuh dengan bus swasta, taksi bandara dan taksi plat hitam.

Berbeda dengan bandara lain, misalnya Soekarno Hatta di Cengkareng. Di sana, dengan mudah, masyarakat memilih banyak moda transportasi, termasuk Damri, ke berbagai kota di luar Tangerang.

Menurut Salman, masalah itu berlangsung lama, sebelum dirinya dilantik menjadi Kepala Dinas Perhubungan Kaltim, 2016 lalu.

"Banyak pemain lama, misalnya taksi bandara (yang menolak).

Mereka takut, kalau Damri masuk, mereka merugi," katanya, Sabtu (18/5/2019) malam usai diskusi bertema "Membangun Transportasi Publik untuk Pembangunan Berkelanjutan Kalimantan Timur" di Rumah Jabatan Wali Kota Samarinda.

Ia menilai, ketiadaan transportasi publik massal semisal Damri di sana menjadi dilema tersendiri.

Sebab, di satu sisi, ada ratusan orang yang menggantungkan diri dari bisinis transportasi publik privat di bandara.

Di satu sisi, butuh transportasi publik massal yang terjangkau.

Sebagai perbandingan, rata-rata taksi bandara mematok tarif 350-400 ribu, dari Samarinda ke Balikpapan. Sementara, taksi plat hitam antara 100-150 ribu per orang di rute yang sama.

Dia prediksi, jika ada bus Damri dengan kapasitas 25-40 orang, bisa lebih murah dan banyak penghematan bagi publik.

Ia berjanji bakal benahi tranportasi publik massal dari dan menuju bandara itu.

Berkaca dari pengalaman di Balikapapan, Salman keluarkan strategi berbeda di Bandara APT Pranoto, Samarinda.

Sebelum muncul penolakan dari pebisnis transportasi, jauh hari sebelum diresmikan Presiden Jokowi, Oktober 2018 lalu, ia langsung berikan izin trayek bagi transportasi publik massal, misalnya Damri di bandara kebanggaan warga Samarinda ini.

"Sejak awal, saya gas duluan. Jadi masyarakat nyaman duluan dengan transportasi publik, misalnya Damri," kata Salman.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved