Terpengaruh Aksi 22 Mei, Rupiah Sentuh Titik Terlemah Sejak 28 Desember 2018

Aksi kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei mengoreksi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat.

Penulis: Januar Alamijaya | Editor: Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Seorang kasir BNI Syariah cabang Jakarta Pusat, tengah menghitung uang, Selasa (20/8/2013) 

Sementara kemarin mata uang Garuda ditutup melemah seharga Rp 14480 per dollar AS.

Bahkan secara year to date (ytd) rupiah melemah 0,85% sejak awal.

Asal tahu saja, KPU kemarin melaporkan pasangan Capres dan Cawapres.

Disebutkan Jokowi-Maruf unggul atas Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019 dengan perolehan suara 55,50 persen dari total suara sah sebanyak 154.257.601 suara.

Namun kabarnya, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menolak hasil rekapitulasi suara tersebut.

Kubu tersebut menilai Pilpres 2019 penuh dengan kecurangan sehingga legalitasnya dipertanyakan.

Makanya sejak kemarin malam sampai hari ini simpatisan Prabowo-Sandi melakukan unjuk rasa.

Bhima mengatakan resiko politik yang meningkat membuat persepsi investor menurun terhadap iklim investasi di Indonesia.

“Indikator jangka pendeknya terlihat dari kurs rupiah yang mengalami pelemahan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi pada sesi pembukaan hari ini, “ kata Bhima kepada Kontan, Rabu (22/5).

Rabu (22/5) pukul 10.53 WIB, IHSG terkoreksi 0,17% di level 5.941, indeks saham sudah melemah sejak pembukaan di level 5,948.

Bhima menyebutkan, investor khususnya asing masih lakukan posisi hold atau menahan realisasi investasi langsung.

Mata uang rupiah terus tertekan oleh dollar AS
Mata uang rupiah terus tertekan oleh dollar Amerika Serikat (NET)

Ia menambahkan gejolak politik yang memanas pasca pilpres juga berpengaruh terhadap outlook ekonomi sepanjang 2019.

Tren Foreign Direct Invesment (FDI) diperkirakan masih akan menurun tahun ini setelah di kuartal I 2019 hampir minus 1 persen.

Imbas dari rendahnya investasi membuat pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan di bawah 5%.

“Ini kondisi yg harus diwaspadai sebab investasi dan ekspor adalah motor penggerak utama yang diharapkan selain konsumsi rumah tangga, ucap Bhima.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved