Terpengaruh Aksi 22 Mei, Rupiah Sentuh Titik Terlemah Sejak 28 Desember 2018
Aksi kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei mengoreksi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat.
Penulis: Januar Alamijaya | Editor: Doan Pardede
Sampai dengan tutup pasar, Bhima memprediksi rupiah bakal lanjut melorot di rentang harga Rp 14.500-Rp 14.580 per dollar AS. Sejalan, ia meramal IHSG pun turun tipis di level 5.900-5.930 sampai akhir perdagangan hari ini.
Kronologis Aksi Kerusuhan 22 Mei
Melansir dari Tribunnews.com aksi 22 Mei, yang menolak hasil Pilpres 2019 berakhir ricuh.
Diketahui, aksi bermula Selasa (21/5/2019) sore di depan Kantor Badan Pengawas Pemilu, atau Bawaslu RI.
Semula, aksi di depan Kantor Bawaslu ini berjalan damai.
Demonstran sempat berbuka puasa di jalan, bahkan menjalankan ibadah Solat Magrib dan Tarawih.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal menyampaikan kronologis bagaimana kerusuhan terjadi.
Bermula di depan Kantor Bawaslu, hingga melebar ke sejumlah wilayah seperti Petamburan, Jakarta Barat.
Ia mengatakan aksi unjuk rasa massa demonstran awalnya berjalan kooperatif dan damai.
Kepolisian pun memberikan kompensasi untuk agar massa dapat melakukan Salat Maghrib, Isya hingga Tarawih.

Hal itu dituruti oleh koordinator aksi lapangan yang dengan kooperatif membubarkan diri dan meminta massa pulang ke rumah masing-masing.

Namun, sekira pukul 23.00 WIB, Iqbal mengatakan ada massa yang berulah anarkis dan provokatif.
Mereka disebut berusaha merusak barrier dan memprovokasi petugas di lapangan.

Bahkan mereka menyerang petugas dengan melempar batu, bom molotov hingga petasan berukuran besar.
Polisi sendiri terus mengimbau agar massa itu membubarkan diri.
"Kami terus mengimbau hingga pukul 03.00 WIB dan karena tidak kunjung kooperatif.