Pengungkapan Praktik Mafia Pangan Stagnan, Buwas: Kalau Saya di Polri dalam Sebulan Bisa Terungkap

Komjen Pol (Purn) Budi Waseso atau Buwas yang kini menjabat sebagai Dirut Perum Bulog soroti kasus mafia pangan yang mandeg

Editor: Rafan Arif Dwinanto
TRIBUNNEWS/MUHAMMAD FADHLULLAH
Sejumlah orang yang tergabung dalam Aliansi Petani Anti Politisasi menggelar aksi di depan Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/3/2019). Dalam aksi tersebut massa mendesak pihak kepolisian untuk menangani langsung para mafia pangan. 

TRIBUNKALTIM.CO - Direktur Utama Perum Bulog Komjen Pol (Purn) Budi Waseso mengaku telah melakukan pembenahan dalam lingkungan internal.

Hal ini dilakukan dalam memberantas praktik mafia pangan yang bekerjasama pihak luar.

Saat satu bulan menjabat di Bulog, Buwas pun berhasil menangkap oknum yang diduga termasuk dalam jaringan mafia pangan.

Akan tetapi kelanjutannya tidak membuahkan hasil yang maksimal.

"Saya sudah tidak punya kewenangan, saya sudah purnawirawan dan bukan lagi pejabat di Polri, bukan penyidik lagi.

Tapi kalau masih (di Polri), saya jamin enggak sampai satu bulan selesai (kasus mafia pangan)," kata Buwas sapaan akrab Budi Waseso saat rapat dengan Komisi IV DPR, Jakarta, Kamis (20/6/2019).

Menurut mantan Kabareskrim itu, dalam mengungkap mafia pangan sangat mudah karena mafia tersebut pasti memiliki gudang untuk menyimpan komoditas pangan dan pastinya mempunyai jaringan.

"Sangat mudah (mengungkap mafia pangan), tempatnya ada, semuanya nampak, tidak ada yang abu-abu.

Sekarang tergantung kemauan kita, maunya apa, mau bagus atau mau tidak bagus," paparnya.

Sejumlah orang yang tergabung dalam Aliansi Petani Anti Politisasi menggelar aksi di depan Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/3/2019).

Dalam aksi tersebut massa mendesak pihak kepolisian untuk menangani langsung para mafia pangan.

"Selama saya masih di Bulog, saya harus merapikan semua dari luar maupun dalam.

Karena terjadi mafia pangan di luar, pasti ada kerjasama dengan dalam, itu sudah pasti.

Tahun 2018 melakukan tindakan disiplin kepada 44 orang, sudah pecat 1 orang," papar Buwas.

Dengan tindakan tersebut, Buwas berharap penyakit mafia pangan tidak menular ke lainnya dan bisa hilang.

"Saya tetap komitmen untuk benahi Bulog.

Saya kerjasama sekarang dengan Satgas Pangan, Kapolri, Bareskrim, saya butuh dukungan karena saya tidak bisa apa-apa, sekarang saya sudah bukan di Polri," kata Buwas.

Kabupaten Kutim Pastikan Stok dan Harga Sembako Stabil, Kerjasama Bulog dan Beri Subsidi

Bulog Selesaikan Realisasi Bansos Rasta 100 Persen, Juni Beralih ke Program BPNT

Sandiaga Uno Komentar Soal Impor Beras

Bakal calon wakil presiden Sandiaga Salahudin Uno ikut berkomentar soal perdebatan antara Direktur Utama PT Bulog Budi Waseso dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita soal impor beras.

Sandiaga mengatakan masalah impor beras bisa dirunut dari data yang dimiliki pemerintah pusat yang ada di tingkat kementerian.

“Kita harus sinkronkan data karena data antara Kemendag dan Kementan (Kementerian Pertanian) sekarang berbeda, awalnya harus dari situ,” ungkap Sandiaga di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (20/9/2018).

Setelah data disinkronkan, Sandiaga mengatakan dari situ akan terlihat apakah sebenarnya Indonesia membutuhkan impor beras atau tidak.

“Kalau memang kurang berarti tidak ada jalan lain selain impor, kalau cukup kenapa harus impor,” tegas Sandiaga.

Oleh karena itu Sandiaga meminta pemerintah pusat dalam hal ini Presiden untuk menertibkan data-data yang ada di semua kementerian, lembaga, dan BUMN.

Agar semuanya terlihat jelas dan transparan sehingga bisa diambil kebijakan yang tepat.

“Kalau pemerintahnya tegas maka akan diambil keputusan tegas untuk kepentingan semuanya, serta supaya situasi seperti ini tidak terus bergulir,” pungkasnya.

Sebelumnya Buwas mengkritik kebijakan impor beras yang dilakukan Mendag Enggartiasto untuk Bulog yang mencapai angka 2 juta ton.

Buwas mengatakan kebijakan impor tersebut tidak tepat lantaran stok beras di gudang Bulog sudah mencapai 2,2 juta ton, bahkan mencapai 3 juta ton karena masa panen belum selesai.

Sementara itu Menko Perekonomian Darmin Nasution mempertanyakan data dari Kementerian Pertanian.

“Data sebesar itu ke mana perginya? Padahal BPS dan Kementan berjanji memperbaikinya,” ucap Darmin di hari yang sama di Istana Negara. 

Subscribe official Channel YouTube:

BACA JUGA:

KM Bukit Siguntang Nyaris Tabrak Pulau Tukung di Balikpapan, Pelni: Terbawa Arus Angin Kencang

FAKTA Sidang Ketiga Sengketa Pilpres 2019, Pengakuan Saksi Hingga Aksi Hakim Mahkamah Konstitusi

TONTON LIVE Argentina vs Paraguay Copa America 2019 Jam 07.30 WIB, Akses di K-Vision!

4 Rekomendasi Drama Korea yang Bikin Nagih Berdurasi Singkat dengan Cerita yang Romantis dan Seru

Kisah Nur Latifah, Saksi Prabowo-Sandi yang Dicap Sebagai Penjahat Politik di Daerahnya

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved