Karena Zonasi, Seluruh Lulusan SD Ini Tak Diterima di SMP Mana pun, Disdik Sebut di Luar Prediksi

Orangtua murid sempat mengajukan protes ke Dinas Pendidikan setempat karena tidak diterimanya anak mereka di SMP mana pun.

Editor: Doan Pardede
KOMPAS.com/ACHMAD FAIZAL
Aksi protes PPDB sistem zonasi oleh wali murid di Surabaya, Rabu (19/6/2019) 

"Saya jaraknya 570 meter, tetangga saya lebih jauh tapi dia dapat, saya tidak. Bahkan dengan PD-nya (percaya diri) dia ngomong ke saya dan anak saya dia diterima karena sewaktu mengambil token menunjukkan koordinat yang dekat dengan sekolah padahal rumahnya jauh," katanya usai mengadu, Rabu (26/6/2019) siang.

Baca juga :

Sistem Zonasi PPDB Dinilai Merugikan, Orangtua Siswa Tantang Sekolah Ukur Jarak Secara Manual

PPDB di Balikpapan Tetap Diberlakukan, Diprotes Orang Tua Calon Siswa, Walikota Angkat Bicara

Karena tetangganya tersebut mengatakan kecurangannya tersebut di depan dirinya dan anaknya, ia pun datang ke Rumah Pintar dan kebetulan di sana ada posko Ombudsman.

"Kok dia bangga mengatakan rekayasa yang dilakukan bahkan di depan anak saya. Saya kan takut anak saya berpikir kenapa saya tak melakukan itu. Dia seakan-akan mengajarkan anak saya untuk berbuat curang," katanya.

Ketua Ombudsman RI Perwakilan Bali, Umar Ibnu Alkhatab mengatakan posko ini dibuka untuk transparansi.

"Semua pengaduan dari masyarakat kami tampung di sini. Kami inventarisir semua masalah," katanya.

Pengaduan tersebut akan disampaikan ke Disdikpora untuk ditindaklanjuti.

Hal ini juga untuk evaluasi ke depan.

Kepala Disdikpora Kota Denpasar, I Wayan Gunawan mengatakan ketepatan menunjukkan koordinat saat verifikasi sangat penting.

"Biar jarak rumah sama, tatkala beda menunjukkan koordinat bisa jadi lebih jauh. Makanya saat penunjukan sewaktu verifikasi itu penting," kata Gunawan.

Manum Gunawan mengatakan tidak mungkin seseorang bisa melakukan manipulasi tempat tinggal karena semua sesuai alamat di Kartu Keluarga.

"Tidak mungkin seperti itu, saya yakin. Itu kan sesuai alamat KK. Tidak mungkin terjadi manipulasi data. Kan namaya pengakuan kan bisa saja keliru," katanya.

Baca juga :

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved