Densus 88 Tangkap Terduga 5 Teroris, Terungkap Jaringan Al Qaeda dan Sering Ganti Mobil Mewah

Densus 88 Antiteror Polri melakukan serangkaian penangkapan terhadap lima terduga teroris di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Editor: Sumarsono
KOMPAS.com/Devina Halim
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2019). 

"Tersangka yang kelima adalah tersangka atas nama BT alias Haedar alias Deni dan alias Gani. Yang bersangkutan ditangkap pada hari Minggu, 30 Juni pada pukul 14.15 WIB di Ponorogo," tutur Dedi.

Dedi mengatakan, kelompok ini belum memiliki rencana untuk melancarkan aksi. Namun, menurut Dedi, kelompok tersebut sedang mengembangkan kekuatan. Tujuannya, membangun khilafah. Densus 88, masih mendalami lebih jauh kasus ini.

Jaringan Bisnis
PW alias Abang sedang mengembangkan kekuatan organisasinya, kelompok Jemaah Islamiyah (JI), jaringan teroris global Al Qaeda, termasuk dari segi ekonomi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan kelompok tersebut memiliki perkebunan sawit sebagai sumber dana.

"Ini sedang dikembangkan, tahapan pembangunan kekuatan ini tentunya harus didukung oleh kemampuan ekonomi. Mereka sedang mengembangkan basic ekonomi mereka itu dengan beberapa usaha yang mereka bangun yaitu usaha kebun," kata Dedi.

Untuk membiayai kebutuhan operasional organisasi, dana tersebut dialokasikan sebagai gaji kepada petingginya.

"Masih didalami bahwa pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI. Ini juga digaji, gaji besarannya Rp 10 juta-Rp 15 juta (per bulan)," kata Dedi.

Kelompok tersebut juga diketahui membiayai para rekrutan untuk mengikuti latihan militer di negara seperti Suriah. Dedi mengatakan mereka telah mengirim rekrutan ke Suriah dalam enam gelombang. Namun, polisi masih mendalami jumlah orang yang dikirim.

Demonstran terlibat bentrok dengan polisi saat menggelar Aksi 22 Mei di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5/2019).
Demonstran terlibat bentrok dengan polisi saat menggelar Aksi 22 Mei di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5/2019). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Aksi 22 Mei
Dalam rentang dua bulan terakhir, Densus 88/Antiteris Polri menangkap puluhan terduga teroris.

Polri menduga, gerakan jaringan teroris diduga ingin mengganggu proses demokrasi, Pemilu dan Pilpres 2019. Mereka berniat mengacauakan situasi pengumuman hasil rekapitulasi pemilu, dalam aksi 21-22 Mei 2019, yang berakhir ricuh.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen M Iqbal mengatakan, kelompok perusak situasi demokrasi ini diduga jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Dalam satu rekaman video, seorang terduga teroris yang mengaku berinisial DY alias Jundi alias Bondan mengungkapkan akan menyerang kerumunan massa saat 22 Mei. DY alias Jundi juga mengaku telah merangkai bom untuk melancarkan aksinya tersebut.

"Nama saya DY alias Jundi alias Bondan, saya memimpin beberapa ikhwan untuk melakukan amaliyah pada 22 Mei dengan menggunakan bom yang sudah saya rangkai dan menggunakan remote control," ungkap DY seperti dikutip dari video yang ditayangkan Divisi Humas Mabes Polri saat konferensi pers, Jumat (17/5) lalu.

Polri melakukan upaya penangkapan atau preventive strike terhadap terduga pelaku terorisme. Sepanjang 2019, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menangkap 68 terduga pelaku terorisme jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

"Kami melakukan upaya paksa penangkapan terhadap 68 tersangka," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal saat konferensi pers di Gedung Humas Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved