Surya Paloh Boyong 34 DPW NasDem se-Indonesia Temui Presiden Joko Widodo, Bahas Jatah Menteri?

Giliran Ketum NasDem, Surya Paloh yang memboyong 34 DPD se-Indonesia untuk bertemu Presiden Joko Widodo. Apakah bahas bagi-bagi jatah menteri?

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat hadir dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai NasDem ke-4 di JI-EXPO, Kemayoran Jakarta Pusat, Kamis (16/11/2017) - Tim Media Rakernas NasDem 

TRIBUNKALTIM.CO  - Pilpres 2019 telah selesai.

Namun demikian, Presiden terpilih, Joko Widodo masih terus berkomunikasi dengan sejumlah partai yang tergabung di Koalisi Indonesia Kerja.

Koalisi inilah yang mengusung pasangan Jokowi-Maruf di Pilpres 2019.

Sebelumnya, Joko Widodo sudah bertemu dengan Partai Golkar dan PKB.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menemui Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Bogor, Senin (8/7/2019) sore.

Pertemuan digelar pukul 16.00 WIB.

Surya membawa rombongan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) NasDem dari seluruh Indonesia.

Surya Paloh juga didampingi Sekjen Nasdem Johnny G Platte serta Ketua Fraksi NasDem DPR RI Ahmad Ali.

"Sore ini DPP NasDem dan seluruh 34 DPW Propinsi NasDem se Indonesia akan bertemu Presiden di istana bogor jam 16.00 WIB.

Delegasi DPP NasDem dipimpin oleh Ketum Nasdem abang Surya Paloh," kata Johnny G Platte saat dihubungi, Senin sore.

Namun Johnny belum mau mengungkapkan pembahasan dalam isi pertemuan ini.

Ia meminta wartawan untuk bertanya lagi usai pertemuan.

"Subyek pertemuan akan disampaikan setelah rapat," kata dia.

Sementara itu, pantauan Kompas.com di lokasi, pertemuan antara Jokowi dan pengurus NasDem digelar tertutup dari awak media.

Wartawan yang semula berada di Istana Bogor untuk meliput sidang kabinet paripurna diminta untuk meninggalkan lokasi.

Pasca ditetapkan sebagai presiden terpilih 2019-2024 oleh KPU, Presiden memang secara bergiliran menerima pengurus parpol di Istana.

Sebelumnya Jokowi juga sudah menerima pengurus Golkar dan PKB.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto usai menghadiri pelantikan gubernur dan wagub Maluku, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto usai menghadiri pelantikan gubernur dan wagub Maluku, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/4/2019). (KOMPAS.com/Ihsanuddin)

Plus Minus Menteri Muda

Siapa saja yang akan menjadi menteri Presiden Jokowi masih menjadi perbincangan hangat.

Sejumlah nama yang digadang-gadang bakal duduk di kabinet Jokowi-Maruf pun mulai mengemuka.

Jokowi pun dikabarkan mulai mencari sosok muda untuk membantunya kelak di Kabinet mendatang.

Analis Komunikasi Politik, Gun Gun Heryanto membeberkan soal plus dan minus jika kaum muda benar masuk kabinet Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) di pemerintahan 2019-2024.

Diberitakan TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Gun Gun yang menjadi narasumber di Apa Kabar Indonesia Pagi seperti dalam video di saluran YouTube Talk Show tvOne, Minggu (7/7/2019).

Dalam pemaparannya, Gun Gun menyebutkan, posisi menteri untuk kaum muda sebenarnya merupakan hal yang umum di dunia saat ini.

"Dan karena perubahan adalah keniscayaan, jadi wajar-wajar saja kalau ada wacana menteri muda di kabinet Jokowi di periode kedua," kata Gun Gun.

Analis ini lantas memaparkan, menteri muda di dalam pemerintahan memiliki plus dan minusnya sendiri.

"Plus-minusnya begini, kalau menjebatani regenerasi sekaligus memberi warna, menjadi bagian juga dari legacy Pak Jokowi, itu menjadi plus," ujar Gun Gun.

"Bahwa kabinet itu akan mengakomodir orang-orang yang mungkin dinamis, muda, progresif, kemudian punya portofolio, punya kemampuan manajerial, eksekutor yang kuat, cepat, tepat, itu bisa kemudian menjadi warna baru dengan usia yang mungkin di bawah 40 tahun. Bisa 25, 35. Itu bisa menjadi warna baru," paparnya.

Namun, minusnya adalah ketika kaum muda ini kemudian hanya sekedar dijadikan sebagai simbolik saja.

"Kalau hanya sekedar simbolik, misalnya hanya bicara soal usia dalam arti angka, tetapi kemudian tidak ditunjang oleh back up personal dan back up politik," jelasnya.

Gun Gun mengungkapkan, menteri adalah sebuah jabatan politis.

Karenanya, back up terkuat menteri tentu berasal dari presidennya.

"Presiden punya hak prerogatif memilih orang. Di situlah menurut saya hak prerogatifnya merepresentasikan preference power seorang presiden pada orang," kata Gun Gun.

"Ini adalah orang yang dipercaya sehingga tentu jadi pertaruhan juga Pak Jokowi di periode kedua," imbuhnya.

Selain itu, basis kompetensi juga menjadi penentu kaum muda untuk menjadi menteri.

Calon Menteri dari Kaum Muda, Pengamat Ini Sarankan Jokowi Cari yang Berkeringat saat Pemenangannya

SIDANG KABINET PARIPURNA, Jokowi Tegur 4 Menterinya, Ini Dua Masalah yang Diingatkan Jokowi

Mardani Ali Sera Beri Tips Atur Jatah Menteri Kepada Jokowi, Tidak Elok Bagi Kue Kekuasaan

"Usia kalau hanya simbolik untuk mewarnai, jatuhnya nanti hanya sekedar politic of publicity. Dalam istilah tvOne, hanya jadi etalase," ujarnya.

"Tentu kan tidak ingin hanya sekedar menjadi etalase atau display. Inginnya kan lebih substantif bahwa orang ini punya interaksi aktivisme yang kemudian menunjang. Ada program nyata."

Sebagai contoh, papar Gun Gun, seorang enterpreneur, aktivis, atau pilantropis, dapat menyumbangkan apa yang menjadi kapasitas personal, kapasitasi intelektual, dan kapasitas sosialnya.

"Yang kemudian bisa merepresentasikan bahwa ini adalah prototype anak muda yang siap, bukan belajar. Tapi siap memang menunjang efektivitas, dan efisiensi dan kinerja kabinet di periode kedua," tandasnya kemudian. (*)

Subscribe Official YouTube Channel:

Baca juga:

Ada Gempa 7,2 SR Berpotensi Tsunami, Warga Kema Sulut Berlarian dan Hanya Bawa Pakaian di Badan

VIDEO VIRAL Ojek Angkut Motor Besar, Terungkap Lokasi dan Tarif Sekali Angkut

SEJARAH HARI INI: Jerman Barat Bikin Maradona cs Bertekuk Lutut di Final Piala Dunia 1990

SEJARAH HARI INI: Mineirazo, Kekalahan Paling Memalukan Timnas Brasil di Piala Dunia

CERITA KAESANG PANGAREP Saat Ibu-ibu Komentari Dirinya Tak Ikut Antre, 'Padahal Saya Yang Punya'

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setelah PKB dan Golkar, Kali Ini Pengurus Nasdem yang Temui Jokowi di Istana", https://nasional.kompas.com/read/2019/07/08/16321811/setelah-pkb-dan-golkar-kali-ini-pengurus-nasdem-yang-temui-jokowi-di-istana

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved