Menengok Lebih Dekat Keunikan Kampung Terapung di Desa Muara Enggelam,Pagar Kayu Bagai Pintu Gerbang
di Desa Muara Enggelam, sebagian besar mereka tinggal di rumah rakit, hanya sekitar 35 kepala keluarga yang tinggal di rumah panggung
Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM. CO, MUARA WIS - Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) boleh jadi satu-satunya desa di Kukar yang bertahan sampai sekarang dengan budaya rumah rakitnya.
Kampung dengan luas wilayah 10.684,01 hektare ini dikelilingi perairan sepanjang tahun ini dihuni 178 kepala keluarga atau 743 jiwa.
Untuk menjangkau Desa Muara Enggelam, pengunjung bisa berangkat dari Dermaga Oloy, Kecamatan Muara Muntai, menggunakan perahu ces.
Perjalanan menyusuri sungai ditempuh dalam waktu sekitar satu jam dan melintasi Danau Melintang.
Sepanjang perjalanan mengarungi danau pengunjung akan menyaksikan sejumlah bangau putih terbang rendah untuk berburu ikan air tawar.
Sesekali mereka juga menjumpai nelayan sibuk menjala ikan dari perahu ces mereka.
Sebuah pagar tinggi dari kayu laksana pintu gerbang atau benteng menyambut pengunjung yang akan memasuki Desa Muara Enggelam. Ada celah bagi pengunjung untuk keluar-masuk kampung terapung itu.
"Pagar kayu ini dibangun untuk menangkal datangnya gulma dalam jumlah besar yang dibawa arus sungai. Karena serangan gulma dalam jumlah besar ini akan menghancurkan rumah rakit warga," kata Arianto Camat Muara Wis.
Baca Juga;
Polresta Samarinda Siap Amankan Laga Borneo FC vs Barito Putra, Termasuk di Hotel
Launching BNPT di PPU, Berikan Kemudahan dan Edukasi Soal Transaksi Non Tunai ke KPM
Dari 178 kepala keluarga yang tinggal di Desa Muara Enggelam, sebagian besar mereka tinggal di rumah rakit, hanya sekitar 35 kepala keluarga yang tinggal di rumah panggung.
Rumah rakit ini menyesuaikan dengan kondisi pasang-surut air sungai.
Batang-batang pohon besar menjadi pondasi rumah rakit warga. Rumah rakit ini diikat tali agar posisinya tidak hanyut terbawa arus sungai, tapi tetap diam di satu tempat.
Keunikan lainnya, kampung terapung ini memiliki jembatan kayu. Jembatan ini bisa disetel buka-tutup sesuai kebutuhan.
"Kalau kondisi air sungai pasang, jembatan akan dibuka untuk alur lalu-lintas perahu ces warga. Sedangkan kalau kondisi air agak surut seperti sekarang, jembatan difungsikan sebagaimana mestinya," ujar Arianto Camat Muara Wis.
Empat tahun lalu, warga Desa Muara Enggelam masih mengalami krisis listrik. Tapi sejak Maret 2015, warga sudah menikmati listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal bantuan dari pemerintah pusat dengan kapasitas 30 kWp.

Bahkan tahun lalu kapasitas listrik ditambah 12,1 kWp. Sejak listrik masuk desa ini, warga mulai merambah bisnis rumah walet. Hingga sekarang, sekitar 90 rumah walet tumbuh pesat di Desa Muara Enggelam.
Selain keunikan rumah rakit warga, pengunjung bisa menikmati kuliner khas, berupa salai ikan baung. Bahkan salai ikan ini dipasarkan hingga ke Samarinda.
"Salai ikan diolah dengan cara diasapi dari bara kayu jeluma (sejenis tanaman bakau) hingga ikan berwarna kuning kecokelatan," tutur Arianto Camat Muara Wis.
Ikan salai mampu bertahan hingga 2 bulan, meskipun tak disimpan dalam kulkas. Ikan salai ini terasa nikmat diolah dengan kuah santan atau digoreng, lalu disajikan dengan sambal. (*)
Subscribe YouTube newsvideo tribunkaltim:
Baca juga:
Rocky Gerung: Visi Misi Jokowi, tak Ada yang Baru dan tak Tajam, Reaksi Adian Bikin Penonton Ketawa
Sedih, Bayi di Nunukan Terjangkit Virus Rubella, Pendengarannya Tak Merespon
Launching Honda X-ADV 150 di GIIAS 2019, Simak Spesifikasi Detail Motor yang Mirip Honda PCX 150 Ini
Persib Bandung Hadapi Sejumlah Masalah Setelah Menang atas Kalteng Putra
Ayu Ting Ting Sebut Menyesal Menikah & Bercerai dengan Enji, Bilqis Sering Minta Papa