Udara Jakarta Kian Tak Sehat, Anies Ungkap Ada Hal Aneh di Jakarta Selatan, Curiga Tol Penyebabnya
Anies Baswedan mengaku pihaknya telah menemukan sumber polusi terbesar di Ibu Kota, yakni di kawasan Jakarta Selatan.
Andono meminta masyarakat tidak langsung mengambil kesimpulan dari data tersebut.
Apalagi, kata Andono, masalah kualitas udara bisa berubah-ubah.
"Info itu harus dilihat hal yang berimbang. Karena masalah udara sangat dinamis. Itu bisa berubah dalam jam atau menit," ujar Andono.
Andono menjelaskan, sampai saat ini sebenarnya kualitas udara di Jakarta berada di tengah-tengah dibandingkan negara lain.
Ia menganggap data yang dipaparkan Air Visual sebagai pengingat untuk masyarakat.
"Kita ambil positif bahwa itu sebagai pengingat bagi warga untuk di waktu tertentu lebih aware," kata dia.
Memburuk
Menurut data Air Visual, kualitas udara Jakarta tahun ini secara rata-rata lebih buruk dibandingkan tahun lalu.
Tahun 2018, indeks kualitas udara rata-rata Jakarta adalah 143.
Itu termasuk dalam kategori unhealty for sensitive groups atau tidak sehat bagi kelompok penduduk dengan kondisi sensitif.
Artinya, setingkat lebih baik dibandingkan saat ini, walaupun tetap belum masuk kategori sehat menurut standar WHO, badan kesehatan dunia.
Secara umum, Indonesia berada di peringkat kedelapan dalam daftar negara-negara dengan udara paling tercemar di dunia.
Peringkat pertama ditempati Banglades, diikuti Pakistan, India, Afganistan, Bahrain, Mongolia, Kuwait, Nepal, Uni Emirat Arab, dan Nigeria.
Lalu, negara mana yang paling baik kualitas udaranya di dunia tahun lalu? Menurut Air Visual, negeri itu adalah Islandia. (Anggie Lianda Putri)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pagi Ini Udara Jakarta Tak Sehat, Wilayah Pejaten Paling Buruk, Anies Curiga Jalan Tol Penyebabnya