Milenial

Walikota Samarinda Syaharie Jaang Panen Jagung Hybrida, Kaum Milenial Jangan Malu jadi Petani

Di era digital dan dijaman milenial pastinya segan untuk melanjutkan hal tersebut. Tapi seharusnya generasi muda kita jangan malu jadi petani.

Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.Co/Cahyo W Putro
Walikota Samarinda Syaharie Jaang kunjungi para petani, yang sedang melakukan panen jagung hybrida perdana, belokasi di rombong 11, Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Senin (12/8/2019). 

TRIBUNKALTIM.CO SAMARINDA - Walikota Samarinda Syaharie Jaang kunjungi para petani yang sedang melakukan panen jagung hybrida perdana, di rombong 11, Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Para petani jagung hybrida saat ini sedang melakukan panen perdana mereka, di ladang jagung yang berada di wilayah Kelurahan Makroman, Samarinda yang telah berlangsung dari Jumat (8/8/2019) hingga hari ini.

Sukses menghasilkan jagung hybrida di Kota sendiri, Walikota Samarinda memberikan apresiasinya dengan keberhasilan petani lokal tersebut.

Ia turut mengajak generasi penerus agar tidak sungkan bercita-cita menjadi seorang petani.

Pada dasarnya, masyarakat kita banyak yang sukses dari modal menjadi seorang petani. Saya bersyukur masih banyak yang mau bertani.

Di era digital dan dijaman milenial pastinya segan untuk melanjutkan hal tersebut. Tapi seharusnya generasi muda kita jangan malu jadi petani, kalau bisa wujudkan untuk jadi petani yang modern," ucap Jaang, Senin (12/8/2019).

Jaang beranggapan, melakoni pekerjaan sebagai petani, sebenarnya punya kebanggaan tersendiri. Sekarang kalau tidak ada petani, kota tidak akan bisa merasakan jagung. Jadi jangan sampai tidak mau jadi petani," ajaknya.

Kemudian dengan menggiurkannya pekerjaan dibidang pertambangan dan pembangunan perumahan, Jaang menghimbau agar generasi muda tidak tergiur pekerjaan dengan penghasilan yang besar saja, namun secara jangka panjang penghasilannya akan mengerucut, menyesuaikan jumlah sumberdaya alam yang dikeruk.

Hal itu berbeda dengan bertani, yang dimana hasilnya cukup besar, dan bukannya berkirang, penghasilan dari bertani malah akan semakin bertambah setiap tahunnya.

"Jangan tergiur sesaat dengan mengubah tanah pertanian jadi tambang ataupun perumahan. Karena hasilnya bakal cepat habis kalau sumberdaya alam yang diambil sudah habis.

Beda dengan panen jagung hybrida yang mencapai Rp 20 juta sekali panen, dimana dalam setahun saja bisa 3-4 kali panen.

Hasilnya tidak sebesar tambang, tapi dalam jangka panjang cukup menjanjikan," ujar Jaang.

Saminem, petani di Agrowisata Kampung Kangkung Sumber Rejo atau yang biasa disingkat dengan sebutan Kang Bejo ini, di Sumber Rejo Dua, Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Balikapapan Tengah, Kalimantan Timur pada Senin (29/7/2019) pagi.
Saminem, petani di Agrowisata Kampung Kangkung Sumber Rejo atau yang biasa disingkat dengan sebutan Kang Bejo ini, di Sumber Rejo Dua, Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Balikapapan Tengah, Kalimantan Timur pada Senin (29/7/2019) pagi. (Tribunkaltim.co/Budi Susilo)

Jaang juga meminta, agar masyarakat tidak mebeda-bedakan kedudukan, dengan menganggap para petani ini masyarakat kelas sekian.

Agrowisata Kang Bejo Balikpapan, Urat Nadi Kehidupan Petani dan Daulat Kangkung di Tengah Perkotaan

"Saya dari Jerman mendatangi anak di sana. Bukannya kami diajak menginap lama di Frankfurt sebagai kota besar, tapi kami malah diajak ke pedesaan.

Dan perlu diketahui, penduduk desa disana memiliki rumah yang sederhana, namun ternyata memiliki tingkat 3.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved