Tertawa Lepas Saat Ulas Sampah Jakarta, Wali Kota Risma Akhirnya Ungkap Alasan, Bukan Membandingkan

Ekpresi Wali Kota Risma saat menerima kunjungan studi banding anggota DPRD DKI Jakarta akhir Juli 2019 lalu menjadi sorotan.

Penulis: Doan Pardede | Editor: Januar Alamijaya
Capture YouTube Kompas TV
Ekpresi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau juga dikenal Wali Kota Risma saat menerima kunjungan studi banding anggota DPRD DKI Jakarta akhir Juli 2019 

"Itulah yang namanya takdir. Saya sudah berusaha menghindar tapi tidak bisa takdir Tuhan seperti itu saya mau apa," ujarnya.

Terkait jawaban tersebut, Aiman juga meminta penegasan dari Risma bahwa sebenarnya Risma tak pernah ingin menjadi pemimpin daerah, termasuk menjadi Wali Kota Surabaya.

Walau di lain sisi, kata Aiman, kepemimpinan Risma terbilang cukup baik dan di atas rata-rata.

Bahkan Risma juga memperoleh sejumlah penghargaan saat memimpin Kota Surabaya.

Baca juga :

Wali Kota Risma Sampaikan Permintaan Maaf dan Bantah Pengusiran Mahasiswa Papua di Surabaya

Sempat Merendah, Ternyata Wali Kota Risma Masuk Pengurus Baru DPP PDIP, Sejajar dengan 2 Menteri

Risma mengatakan, sesuatu tak bisa hanya dinilai dari banyaknya penghargaan yang sudah diraih.

Meski banyak penghargaan, ketika ada satu orang saja warga yang mengaku tidak merasakan sentuhan saat dirinya memimpin, maka belum bisa dikatakan baik.

"Apakah orang seperti itu ada?," tanya Aiman.

"Saya tidak tahu, makanya saya bilang ke seluruh ketua RT, ketua RW, Lurah, Camat, Kepala Dinas, tolong cari orang-orang itu. Yang sakit, yang tidak bisa berobat, anak yatim, orang yang terlantar, ayo kita cari. Kita rawat," ujarnya.

Bukan hanya di dunia, hal-hal seperti ini juga menurut Risma akan menjadi beban di akhirat nantinya.

Bilamana ada satu warga saja yang mengeluh atau tidak merasakan sentuhan ketika dirinya memimpin, maka hal itu menurutnya bisa menjadi penghalang dirinya masuk surga.

"Malaikat menyampaikan, Risma kamu nggak bisa masuk surga karena ada satu orang wargamu yang menderita. Karena kamu tidak adil," ujarnya.

"Maka saya tidak pernah mau mengatakan itu, iya (menjadi kepala daerah)," katanya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved