Tetangga Dengar Teriakan Korban Saat Satu Keluarga Lakukan Pembunuhan, Kerap Bersihkan Rumah Korban
Tetangga di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) sempat mendengar suara teriakan, Saat terjadi pembunuhan terhadap Supratno dan tiga orang lainnya
Jenazah Sugiyono kemudian dibawa ke sebuah kamar. Irvan dan Putra lalu menunggu kedatangan Supratno.
• Peternak Ayam Galau Ibu Kota Baru RI di Sepaku, Kandang Ayam Milik Manan akan Jadi Kontrakan
• Anggota TNI yang Tewas Dipanah di Deiyai Papua Berasal dari Kodam II Sriwijaya
Tak lama kemudian Supratno, pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di bagian perpustakaan SMPN 4 Purwokerto, tiba di rumah Misem. "Begitu masuk ruang tengah, Ratno langsung dipukul pakai besi dan tabung elpiji. Mayatnya ditumpuk bersama dengan mayat Sugiyono," kata Kapolres.
Selang beberapa waktu kemudian, datanglah korban ketiga yaitu Heri (putra bungsu Misem). Ia dipukul pada bagian belakang dan samping kepala. Mayatnya juga ditumpuk bersama korban lainnya di kamar yang sama.
Para tersangka teringat sepupu mereka, Fifin atau Pipin (putri dari Supratno), tak lama lagi bakal datang ke lokasi itu. "Mereka (Irvan dan Putra) mencoba mengirim pesan melalui handphone Supratno agar Pipin jangan pulang kerumah. Ternyata SMS tersebut tidak dibaca Pipin. Ia sudah telanjur sampai di rumah Misem," ujar AKBP Bambang.
Tak pelak, Pipin ikut dihabisi. Mayat empat korban kemudian di bawa ke bagian belakang rumah Misem untuk dikuburkan.

Sering bertengkar
Sebelum terjadi pembunuhan beberapa tahun terakhir sering terjadi pertengkaran antara keluarga Minah dengan tiga korban (Supratno, Yono, dan Heri). Pangkal pertengkaran yaitu soal tanah seluas 298 m2 yang di atasnya berdiri rumah Minah.
"Menurut tiga korban, tanah itu merupakan warisan Misem kepada semua anaknya. Namun di atas tanah itu sudah berdiri rumah Minah. Bahkan ada bank yang telah memotret rumah dan lahan itu, sehingga terkesan bakal jadi barang jaminan utang," tambah Kapolres.
Tak pelak Supratno, Yono, dan Heri marah besar. Anak anak Saminah, yaitu Irvan dan Putra, sering melihat ibunya cekcok dengan tiga korban.
Anak anak Saminah kemudian ikut terlibat dalam percekcokan tersebut. "Mereka merasa ingin melindungi ibunya," kata AKBP Bambang Yudhantara.
• Kronologi Unjuk Rasa di Deiyai Papua, Seribu Orang Datang Tiba-tiba, Didiuga Kelompok Bersenjata
• Smartphone Samsung A70 Bakal Lahirkan Generasi Baru, Begini Kehebatan Ponsel Milenial Ini
Suatu ketika Irvan dan Putra menganggap hidup mereka sudah terancam, sehingga merencanakan membunuh saudara kandung sang ibu. Seminggu sebelum pembunuhan sempat terjadi pertengkaran hebat antara Irvan dan Sugiyono.
"Teriakan teriakan keras sempat terjadi. Para tersangka merasa mendapat ancaman pembunuhan dari korban (Sugiyono)," tambah Kapolres. Irvan kemudian minta izin kepada Saminah untuk membunuh para korban.
"Niat itu disampaikan Irvan dan Putra kepada Saminah. Mereka menganggap jika tidak membunuh para korban, maka merekalah yang akan dibunuh. Itulah alasan mereka," ujar Kapolres.
Semula Saminah melarang, namun akhirnya memberi izin. "Bahasa yang digunakan Saminah kepada anak anaknya adalah terserah, silakan saja," ujar Kapolres.
Identitas empat kerangka manusia di belakang rumah Misem (76) warga Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, akhirnya terungkap.
Tiga dari empat kerangka tersebut merupakan anak Misem yang telah lama dikabarkan merantau, yakni :
- Supratno alias Ratno (51)