Tetangga Dengar Teriakan Korban Saat Satu Keluarga Lakukan Pembunuhan, Kerap Bersihkan Rumah Korban
Tetangga di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) sempat mendengar suara teriakan, Saat terjadi pembunuhan terhadap Supratno dan tiga orang lainnya
TRIBUNKALTIM.CO - Saat terjadi pembunuhan terhadap Supratno dan tiga orang lainnya, 9 Oktober 2014 lalu, ternyata para tetangga di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) sempat mendengar suara teriakan.
Saat para tetangga bertanya, tersangka Saminah alias Minah, menjawab hanya terjadi pertengkaran kecil dan sudah diselesaikan.
"Kala itu Saminah menjawab hanya ada masalah biasa dan sudah terselesaikan. Padahal saat itu tersangka Irvan dan Putra (anak Minah) sedang membunuh para korban. Saminah kemudian menenangkan para tetangga yang penasaran," ujar Kapolres Banyumas, AKBP Bambang Yudhantara Salamun, Selasa (27/8/2019).
Seminggu setelah pembunuhan, banyak tetangga yang datang dan menanyakan keberadaan empat korban. Minah menjawab mereka pergi merantau. "Misem selaku orangtua juga selalu bertanya kepada Minah, ke mana anak anaknya yang lain. Tetapi, Misem juga menjawab para korban pergi merantau," tambah Kapolres.
Sejak saat itu Minah jarang keluar dan lebih seringberada dalam rumah. "Mereka adalah keluarga yang tidak pernah bersosialiasi dan hal itu diakui oleh lingkungan sekitar," kata Bambang.
Selama hampir sebulan setelah pembunuhan, Misem (76) dilarang tinggal di kediamannya dan diminta tetap berada di rumah Minah. Dalam satu bulan itu Irvan dan Putra selalu membersihkan rumah Misem agar tidak ada sisa pembunuhan.
Pada saat mengubur para korban para tersangka juga menggunakan peralatan seperti ember dan centong. Alat tersebut dipakai untuk mengaduk semen kemudian melapisi tanah galian yang berisi empat mayat.
Semua mayat itu dimasukan dalam lubang berukuran panjang 1,5 meter, lebar 1,2 meter, dan kedalaman 40 cm. Sedang barang bukti berupa tabung elpiji, besi, dan cangkul, dikubur di tempat yang tidak jauh dari lokasi penguburan empat korban.
Barang barang milik korban, seperti satu laptop, satu handphone dan dua sepeda motor dijual tersangka Sania (anak sulung Saminah) untuk keperluan sehari hari. Sania lah yang berperan menjual barang barang milik para korban.
Terungkap sudah misteri temuan empat tengkorak dan kerangka manusia di halaman belakang sebuah rumah di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Mereka ternyata korban pembunuhan, sedangkan pelaku adalah saudara kandung para korban yaitu Saminah alias Minah (53) yang dibantu ketiga anaknya.
Motifnya, rebutan tanah warisan Misem, ibu kandung korban dan tersangka, yang tinggal di samping rumah Minah. Sedangkan korban pembunuhan diidentifikasi sebagai Supratno atau Ratno (56), Sugiyono alias Yono (51), Hari Setiawan alias Heri (46), dan Fifin Dwi Loveana alias Pipin (27).
Para korban adalah anak dan cucu Misem. Sedangkan Minah tercatat sebagai anak kedua Misem. Anak kandung Minah yang ikut terlibat pembunuhan yaitu Sania Roulita, Irvan Firmansyah, dan Achmad Saputra alias Putra.
• Istri Muda Sewa Pembunuh, Kasus Terbongkar Seusai Polisi Telusuri Jejak Pemilik Mobil dari Istri Tua
• Ditinggal Eden Hazard, Bukan Masalah Besar Bagi Chelsea, Sosok Ini Jadi Tumpuan
Jenazah para korban ditemukan secara tidak sengaja di halaman belakang rumah Misem, ketika Rasman (tetangga Misem) membersihkan lokasi tersebut, Sabtu (24/8) lalu, atas permintaan pemilik rumah. Polres Banyumas hanya perlu waktu dua hari untuk mengungkap kasus tersebut.
Hasil penyidikan polisi, pembunuhan terjadi lima tahun lalu, tepatnya pada 9 Oktober 2014 silam. Saat itu Saminah membawa pergi Misem ke rumahya agar tempat tinggal Misem dalam kondisi kosong.
Kemudian, dua orang anak Saminah, Irvan dan Putra, masuk ke dalam rumah Misem. Mereka mengincar Sugiyono. "Sugiyono kala itu sedang mandi. Kemudian saat keluar dipukul menggunakan besi oleh Irvan. Selain itu korban juga dipukul Putra menggunakan tabung elpiji ukuran 3 kg," ujar Kapolres Banyumas, AKBP Bambang Yudhantara Salamun, Selasa (27/8/2019) kemarin.
Jenazah Sugiyono kemudian dibawa ke sebuah kamar. Irvan dan Putra lalu menunggu kedatangan Supratno.
• Peternak Ayam Galau Ibu Kota Baru RI di Sepaku, Kandang Ayam Milik Manan akan Jadi Kontrakan
• Anggota TNI yang Tewas Dipanah di Deiyai Papua Berasal dari Kodam II Sriwijaya
Tak lama kemudian Supratno, pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di bagian perpustakaan SMPN 4 Purwokerto, tiba di rumah Misem. "Begitu masuk ruang tengah, Ratno langsung dipukul pakai besi dan tabung elpiji. Mayatnya ditumpuk bersama dengan mayat Sugiyono," kata Kapolres.
Selang beberapa waktu kemudian, datanglah korban ketiga yaitu Heri (putra bungsu Misem). Ia dipukul pada bagian belakang dan samping kepala. Mayatnya juga ditumpuk bersama korban lainnya di kamar yang sama.
Para tersangka teringat sepupu mereka, Fifin atau Pipin (putri dari Supratno), tak lama lagi bakal datang ke lokasi itu. "Mereka (Irvan dan Putra) mencoba mengirim pesan melalui handphone Supratno agar Pipin jangan pulang kerumah. Ternyata SMS tersebut tidak dibaca Pipin. Ia sudah telanjur sampai di rumah Misem," ujar AKBP Bambang.
Tak pelak, Pipin ikut dihabisi. Mayat empat korban kemudian di bawa ke bagian belakang rumah Misem untuk dikuburkan.

Sering bertengkar
Sebelum terjadi pembunuhan beberapa tahun terakhir sering terjadi pertengkaran antara keluarga Minah dengan tiga korban (Supratno, Yono, dan Heri). Pangkal pertengkaran yaitu soal tanah seluas 298 m2 yang di atasnya berdiri rumah Minah.
"Menurut tiga korban, tanah itu merupakan warisan Misem kepada semua anaknya. Namun di atas tanah itu sudah berdiri rumah Minah. Bahkan ada bank yang telah memotret rumah dan lahan itu, sehingga terkesan bakal jadi barang jaminan utang," tambah Kapolres.
Tak pelak Supratno, Yono, dan Heri marah besar. Anak anak Saminah, yaitu Irvan dan Putra, sering melihat ibunya cekcok dengan tiga korban.
Anak anak Saminah kemudian ikut terlibat dalam percekcokan tersebut. "Mereka merasa ingin melindungi ibunya," kata AKBP Bambang Yudhantara.
• Kronologi Unjuk Rasa di Deiyai Papua, Seribu Orang Datang Tiba-tiba, Didiuga Kelompok Bersenjata
• Smartphone Samsung A70 Bakal Lahirkan Generasi Baru, Begini Kehebatan Ponsel Milenial Ini
Suatu ketika Irvan dan Putra menganggap hidup mereka sudah terancam, sehingga merencanakan membunuh saudara kandung sang ibu. Seminggu sebelum pembunuhan sempat terjadi pertengkaran hebat antara Irvan dan Sugiyono.
"Teriakan teriakan keras sempat terjadi. Para tersangka merasa mendapat ancaman pembunuhan dari korban (Sugiyono)," tambah Kapolres. Irvan kemudian minta izin kepada Saminah untuk membunuh para korban.
"Niat itu disampaikan Irvan dan Putra kepada Saminah. Mereka menganggap jika tidak membunuh para korban, maka merekalah yang akan dibunuh. Itulah alasan mereka," ujar Kapolres.
Semula Saminah melarang, namun akhirnya memberi izin. "Bahasa yang digunakan Saminah kepada anak anaknya adalah terserah, silakan saja," ujar Kapolres.
Identitas empat kerangka manusia di belakang rumah Misem (76) warga Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, akhirnya terungkap.
Tiga dari empat kerangka tersebut merupakan anak Misem yang telah lama dikabarkan merantau, yakni :
- Supratno alias Ratno (51)
- Sugiono alias Yono (46) dan
- Heri Sutiawan (41).
Sementara satu kerangka lain adalah cucunya, Vivin Dwi Loveana (22), anak dari Ratno.
Keempat korban dibunuh oleh anak keduanya, Saminah (53) beserta tiga anak Saminah, Irvan Firmansyah (32), Achmad Saputra (27), dan Sania Roulita (37).
Tersangka Saminah mengatakan, Misem selama ini kerap menjadi penengah konflik di antara anak-anaknya.
Misem selama ini sama sekali tidak mengetahui peristiwa pembunuhan terjadi di rumahnya.
Pembunuhan dilakukan pada 9 Oktober 2014.
"Ibu dibawa ke rumah atas keinginan saya. Mending saya ambil soalnya tidak ada sangkut pautnya, malah sering nengahin (konflik)," kata Saminah saat ungkap kasus di Mapolres Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (27/8/2019).
Seperti diketahui, saat hari pembunuhan tersebut, Misem terlebih dahulu diungsikan ke rumah Saminah yang berada di sebelah rumah Misem.
Alasannya Misem sedang sakit dan memerlukan perawatan.
Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun mengatakan, setelah peristiwa berdarah tersebut, Misem tidak langsung kembali ke rumah.
Misem tetap tinggal di rumah Saminah kurang lebih selama satu bulan.
"Hampir satu bulan (setelah peristiwa pembunuhan) Misem tinggal di rumah Saminah yang hanya berjarak lima meter dari rumahnya. Hampir dua minggu tersangka Irvan dan Putra membersihkan rumah tersebut," ujar Bambang.
Selama itu pula, Saminah bersama anak-anaknya berupaya menutupi pembunuhan tersebut.
Misem dijaga terus menerus agar tidak sampai masuk ke rumahnya yang menjadi lokasi pembunuhan.
"Mau ke mana dijaga, ke manapun didampingi. Jangan sampai tahu ada darah atau bau apa, jadi dijaga betul agar jangan masuk ke TKP," kata Bambang.
Para tersangka juga berusaha meyakinkan Misem bahwa ketiga anak dan cucunya pergi meninggalkan rumah.
"Pernah ada tetangga yang menanyakan keberadaan korban, tapi disampaikan mereka semua pergi merantau. Alasan itu pun disampaikan, diyakinkan oleh ibu Saminah kepada ibunya, Misem," ujar Bambang.
Baca juga :
Ponsel Jadul hingga Sandal, Inilah Barang yang Ditemukan Bersama 4 Kerangka Misterius di Banyumas
46 Kerangka Korban Tsunami Aceh Ditemukan, 4 Dikenali dari SIM dan KTP yang Mulai Memudar
Namun setelah hampir lima tahun, peristiwa itu akhirnya terkuak.
Berawal ketika Misem meminta Sarman (63), tetangganya, untuk membersihkan kebun belakang rumah, Kamis (22/8/2019) pekan lalu.
Saat itu Sarman mendapati kain dan kerangka manusia yang terpendam di bekas kubangan lumpur.
Temuan tersebut akhirnya dilaporkan ke polisi Sabtu (24/8/2019) petang.
"Setelah kejadian itu mereka membuat segala macam aktivitas, kegiatan semua dilakukan di dalam rumah. Mereka termasuk keluarga yang tidak pernah bersosialisasi dengan lingkungan," kata Bambang.
Dibunuh dengan tabung gas dan besi

Empat kerangka manusia yang terpendam di kebun belakang rumah Misem, warga Grumbul Karanggandul, Kecamatan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diduga merupakan korban pembunuhan oleh saudaranya sendiri.
Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun mengatakan, pembunuhan terhadap keempat korban diduga dilakukan tersangka pada 9 Oktober 2014 silam.
Pembunuhan dilakukan di rumah orang tuanya Misem.
"Pembunuhan dilakukan tersangka kepada para korban pada tanggal 9 Oktober 2014, tepatnya pada siang hari," kata Bambang saat ungkap kasus di Mapolres Banyumas, Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (27/8/2019).
Seperti diketahui, tiga korban adalah anak Misem, yaitu Supratno alias Ratno (51), Sugiono alias Yono (46), dan Heri Sutiawan alias Heri (41) dan anak dari Ratno yaitu Vivin Dwi Loveana alias Pipin (22).
Polisi telah menetapkan empat orang tersangka, yaitu Saminah alias Minah (53) dan ketiga anaknya, Sania Roulitas alias Sania (37), Irvan Firmansyah alias Irvan (32) dan Achmad Saputra alias Putra (27).
Baca juga :
Sewa 4 Eksekutor hingga Motif, 6 Fakta Istri Jadi Otak Pembunuhan 2 Jasad Terpanggang di Sukabumi
Sederet Fakta Pembunuhan Nurhikmah yang Jasadnya Ditemukan Tinggal Tulang Dalam Karung di Tegal
Minah merupakan anak kedua Misem.
Kapolres menjelaskan, keempat korban dibunuh satu per satu pada hari yang sama.
Setelah korban tewas, jasadnya ditimbun di lubang bekas kubangan lumpur yang berada di area kebun belakang rumah Misem.
"Yang melakukan pembunuhan adalah Irvan dan Putra dengan cara memukul kepala korban dengan menggunakan besi ungkitan dongkrak dan tabung gas elpiji 3 kilogram," jelas Bambang.
(tribunjateng/jti)