Unjuk Rasa di Deiyai, Politisi PKS Ini Tak Rela Sejengkal Tanah Papua Jatuh ke Kelompok Bersenjata
Politisi PKS Abdul Kharis Almasyhari menyesalkan masuknya kelompok bersenjata pada unjuk rasa di Deiyai, yang membuat kerusuhan di Papua, terjadi
TRIBUNKALTIM.CO - Unjuk Rasa di Deiyai, Politisi PKS Ini Tak Rela Sejengkal Tanah Papua Jatuh ke Kelompok Bersenjata.
Politisi PKS Abdul Kharis Almasyhari menyesalkan masuknya kelompok bersenjata pada unjuk rasa di Deiyai, yang membuat kerusuhan di Papua, terus terjadi.
Abdul Kharis Almasyhari yang juga merupakan Ketua Komisi I DPR RI meminta para aktor intelektual unjuk rasa di Deiyai dan kerusuhan di Papua, ditangkap.
Diketahui, satu anggota Tentara Nasional Indonesia ( TNI) gugur dan enam anggota TNI- Polri terluka akibat panah dan bacokan, saat mengamankan unjuk rasa di Deiyai.
Diketahui, saat unjuk rasa berlangsung sekitar seribuan orang datang tiba-tiba dari segala penjuru dengan membawa senjata.
Melihat kejadian itu, Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Almasyhari mengaku prihatin dan mengutuk tindakan kelompok bersenjata, tersebut.
“Saya turut berbela sungkawa kepada semua keluarga prajurit TNI dan Polri yang gugur dan terluka.
Saya meminta penegakan hukum dan kejar semua pelaku, dalang, dan aktor intelektual," ungkapnya melalui rilis tertulis, Kamis (29/8/2019).
Menurutnya, jangan ada sejengkal pun tanah Indonesia yang diambil alih kelompok bersenjata dan melakukan kekejian terhadap Prajurit serta rakyat Indonesia.
Menurut politisi F-PKS ini TNI, Polri, dan Badan Intelijen Negara (BIN) tentu sudah mempunyai data dan infomasi intelijen terkait kasus tersebut.
Ia meyakini situasi dan kondisi di lapangan dapat dianalisis untuk diambil langkah-langkah dan tindakan yang diperlukan.
Tentu dengan kerjasama dan koordinasi dengan semua pihak.
“Ini bukan lagi soal kelompok kriminal, ini mencederai kedaulatan NKRI, setiap jengkal tanah Republik ini harus aman dari setiap rongrongan kelompok separatis,” tegasnya.
Prioritas Pemerintah, lanjut Abdul, harus jadikan krisis Papua ini sebagai prioritas yang harus segera ditangani.
"Ini sudah mendesak, sebelum jatuh korban yang semakin banyak lagi.
Bila kita gagal menangani krisis Papua bisa jadi akan membawa negara kita ke arah perpecahan dan disintegrasi yang merembet kemana-mana," jelasnya.
Abdul Kharis juga menyatakan bahwa keberingasan kelompok bersenjata ini harusnya membuka mata dunia agar proporsional melihat masalah di Papua.
"Jangan sampai kita menyia-nyiakan pengorbanan nyawa, darah, keringat, dan air mata yang sejak berpuluh puluh tahun lamanya tumpah di sana.
Terutama pengorbanan para pahlawan yang berguguran merebut dan mempertahankan kedaulatan di Papua," ujar Kharis.
Politisi dapil Jawa Tengah V ini menjelaskan keberingasan kelompok kelompok bersenjata yang menunggangi demonstran dan merebut senjata punya tujuan jelas.
Yakni merongrong keamanan dan membuat kekacauan.
• Mak Susi Beberkan Kronologi Ormas Geruduk Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Merah Putih Dipindah
• BREAKING NEWS- Polda Kaltim Kembali Kirim Satu Batalyon Personel Brimob ke Papua Barat
• Jadi Tersangka, Mak Susi Koordinator Demo di Asrama Mahasiswa Papua, Ternyata Relawan Prabowo
Dalam menangani demontrasi, TNI dan Polri bertindak dengan benar dan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Atas dasar itu, ia juga meminta agar dunia internasional membuka mata dan melihat persoalan di Papua ini dengan lebih objektif.
“Dengan kejadian ini kami harap peran diplomasi terkait masalah Papua juga penting untuk lebih ditingkatkan.
Jangan sampai ada intervensi dalam masalah dalam negeri Indonesia” tutup Kharis.

10 senjata api paras panjang direbut
Kapendam XVII/Cendrawasih, Letkol Eko Daryanto mengatakan, kerusuhan itu menewaskan seorang anggota TNI akibat tertancap panah.
Bahkan, lanjut Letkol Eko Daryanto, 10 pucuk senjata api laras panjang jenis SS1 V2 lenyap dirampas massa.
“Ada yang rampas senjata api milik anggota di lapangan, 10 pucuk hilang,” ujar Kapendam dalam keterangan pers yang diterima, Rabu (28/8/2019).
Letkol Eko Daryanto mengatakan, perampasan senjata terjadi saat massa menyerang aparat keamanan.
“Aparat terdesak dan massa merampas senjatanya,” kata Kapendam.
Sementara, aparat yang tewas dan terluka serta demonstran yang terluka sudah dievakuasi dari lokasi kejadian menuju Paniai.
“Telah tiba di RSUD Paniai, korban dari demonstrasi bertema rasisme di wilayah Distrik Waghete Kab. Deiyai,” ujarnya.
Adapun identitas korban berasal dari 2 institusi yaitu dari TNI dan Polri sebagai berikut:
TNI Serda Ricson (meninggal dunia dengan luka bagian kepala terkena senjata tajam/sejenis parang dan luka panah pada bagian kepala), Sertu Sunendra (terkena panah pada bagian belakang dan punggung sebelah kanan, Serka Arif Y (terkena luka senjata tajam/sejenis parang di bagian kepala dan pelipis).
Anggota POLRI yang terluka, Bripda Dedi (terkena panah pada bagian leher), Bripka Rifki (terkena panah pada bagian tangan kiri), Barada Akmal (terkena panah di bagian punggung belakang).
“Direncanakan besok akan di evakuasi ke Nabire atau Timika menggunakan Pesawat terbang atau pun Helikopter,” kata Eko Daryanto.
Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf A Rodja mengatakan, awalnya massa yang berunjuk rasa hanya ratusan orang, lalu tiba-tiba datang ribuan orang melalukan Waeta (tarian perang).
“Ribuan massa itu melakukan Waeta di halam Kantor Bupati dan sebagian menyerang mobil TNI,”ujar Kapolda dalam keterangan yang diterima, Rabu.
Massa yang menyerang mobil TNI yang sedang parkir, lalu merampas senjata api.
“Anggota TNI yang menjaga mobil diserang dengan cara diparang dan ditusuk anak panah di bagian kepala hingga meninggal,” terangnya.
Dengan senjata rampasan sekitar 10 pucuk, massa kemudian menembaki aparat lain yang menjaga aksi unjuk rasa.
“Massa yang sudah pegang senjata melakukan penembakan ke arah petugas aparat keamanan gabungan TNI dan Polri,” ungkap Kapolda.
Untujuk rasa yang tadinya berjalan damai kemudian berubah jadi brutal.
“Personil yang menjaga unjuk rasa lalu membalas tembakan ke arah massa yg membawa senpi,”kata Kapolda.
Peristiwa itu menimbulkan korban, dipihak massa 2 orang.
“Sudah di evakuasi ke RS Paniai di Enarotali. Korban dari pihak massa 2 orang bukan enam orang,”paparnya.
.
Baca juga :
Unjuk Rasa di Deiyai Papua, Korban dari TNI, Polri dan Warga Berjatuhan, Ditebas Parang dan Panah
Korban Berjatuhan Pada Unjuk Rasa di Deiyai Papua, Yul Toa: Saya Lihat Sendiri, Peluru Masih Bunyi
Tiga anggota Polri dan 1 TNI terluka.
“3 anggota kami luka-luka kena panah dan 1 anggota TNI juga luka kena panah,” ucapnya.
Menurut Kapolda, situasi malam ini sudah aman dan semua korban audah di evakuasi ke Enarotali ibukota Paniai.

Dikoordinir Komite Nasional Papua Barat
Unjuk Rasa ribuan massa yang awalnya berjalan damai namun berujung brutal hingga menewaskan 1 anggota TNI dan melukai anggota TNI dan Polri lainnya, di Halaman Kantor Bupati Paniai, Rabu 28/8/28/2019) dikoordinir oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB) organisasi yang kerap menyerukan secara keras kemerdekaan Papua.
Hal itu diungkapkan Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letkol Eko Daryanto.
“Aksi unjuk rasa oleh masyarakat Kabupaten Deiyai sekitar 100 orang terkait isu Rasisme dan Intimidasi terhadap Mahasiswa Papua di Malang & Surabaya dengan koordinator Stevanus Pigai (Ketua KNPB wilayah Kabupaten Deiyai/Koordinator Lapangan),” ujar Kapendam.
Tak berapa lama jumlah massa terus bertambah datang dari beberapa wilayah.
“Satu jam setelah ratisan massa berkumpul di Halaman Kantor Bupati Paniai, seribuan massa kemudian bergabung dengan membawa senjata tradisional panah, parang dan batu,” paparnya. (*)