Sungai Karang Mumus di Gang Nibung Sisi belakang Pasar Segiri Menyempit 15 Meter, Ini yang Terjadi
Sungai Karang Mumus di belakang Pasar Segiri mengalami penyempitan, ini menjadi penyebab banjir di Samarinda
Seperti pengalaman banjir beberapa waktu lalu, Eko menyatakan, 400 milimeter perjam melalui anak Sungai Mahakam.
Dibeberpa titik, anak Sungai Mahakam mampu. Tapi, anak sungai lainnya tidak.
"Kalau sudah tidak mampu menahan air, maka limpasan air pasti akan masuk ke luar anak sungai dan mengakibatkan banjir.
Inilah yang terjadi selama ini di Samarinda.
Ketidak mampuan menahan air limpasan tersebut, karena sedimentasi anak Sungai yang cukup parah," pungkasnya.
Terlebih persoalan banjir Samarinda, dibeberkan Eko, juga lebih banyak dikarenakan adanya sumbatan-sumbatan pada drainase.
Seperti dicontohkan olehnya, sebelum dibangunnya pergudangan dan pemukiman di Gunung Sampah, Jalan Suryanata belum ada banjir dialami oleh warga.
Namun, karena tumbuhnya pembangunan secara pesat, banjir pun datang.
“Desain drainase di Samarinda saat ini, masih sama seperti tahun 1980-an silam.
Dikaitkan dengan sekarang, tentu sudah tidak relevan lagi.
Sudah banyak perubahan pembangunan dari tahun 80-an sampai sekarang.
Jadi, kita tidak bisa pakai pola lama. Perkembangan Samarinda ini sudah sangat pesat,” tuturnya.

Kapasitas saluran yang ada saat ini pun, dibeberkan Eko, sudah sangat tua.
Sehingga, saat hujan turun dengan intensitas sangat tinggi anak sungai yang menjadi tujuan limpasan air sudah tidak mampu lagi menahan.
Artinya, limpasan air yang lebih besar akan menerpa pemukiman penduduk.