80 Hektare Lahan Gambut di Calon Ibu Kota Baru Terbakar, Ini yang Dilakukan BPBD Penajam Paser Utara
Peristiwa karhutla di Penajam Paser Utara masih terjadi, api membakar lahan gambut di lokasi ibu kota baru
Penulis: Heriani AM | Editor: Rafan Arif Dwinanto
Bersih-bersih lahan dan membakar sedikit areanya, namun karena tidak memperhatikan kondisi sekarang akhirnya melebar dan tidak bisa ditanggulangi sendiri," terangnya
"Sedangkan penyebab yang sekarang ditangani, masih dalam penyelidikan pihak berwajib," imbuhnya.
• Asia Tenggara Rutin Diselimuti Kabut Asap Akibat Karhutla, Malaysia Rencanakan Hujan Buatan
• Karhutla di Kabupaten Calon Ibu Kota Negara Mulai Ganggu Jarak Pandang Bandara SAMS Balikpapan
• Karhutla Sudah Dimulai di Kalsel, BPBD Kerahkan 5 Heli Water Bombing, Bandara Mulai Terganggu
Penanganan yang dilakukan oleh tim gabungan, kata Nurlaila tidak bisa diketahui sampai kapan baru berakhir.
Tim gabungan akan terus melakukan penanganan maksimal dan seoptimal mungkin.
Anggaran operasional untuk memaksimalkan penanggulangan pun, masih sementara diupayakan.
"Kita akan menyampaikan laporan kepada pimpinan daerah dan melakukan koordinasi," pungkasnya.

Ganggu Jarak Pandang
Peristiwa karhutla masih terjadi di Penajam Paser Utara, kawasan calon ibu kota baru.
Bahkan sudah mengganggu jarak pandang di Bandara SAMS Balikpapan
Masyarakat Penajam Paser Utara masih ada yang gemar membuka ladang dengan cara dibakar.
Hal ini membuat Pemkab Penajam Paser Utara meminta pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), camat, lurah dan kepala desa, maupun kepala RT dan tokoh adat untuk tegas dan intens menyosialisasikan dampak dan kerugian yang ditimbulkan akibat membuka lahan dengan cara membakar, kepada masyarakat.
Hal tersebut seiring dengan signifikannya peristiwa kebakatan hutan dan lahan atau karhutla sejak memasuki bulan September 2019.
Data sementara Badan Penggunaan Bencana Daerah atau BPBD PPU, sedikitnya 30 kasus karhutla yang ditangani.
Bulan September mencatat kasus terbanyak, yang pada awal bulan ini sementara, hingga berita ini turun, Minggu (8/9/2019) sudah 19 kasus.
"Seiring dengan musim kemarau dan intensitas kebakaran yang makin tinggi belakangan ini, diminta untuk menyosialisasikan kepada komponen masyarakat agar tidak melakukan pembakaran untuk tujuan berladang atau berkebun.