BJ Habibie Wafat

Inilah 1 Temuan Penting BJ Habibie untuk Dunia Penerbangan, Berawal dari Banyak Pesawat Jatuh

BJ Habibie mendapat julukkan Mr.Crack karena temuannya yang amat penting di dunia penerbangan.

Editor: Doan Pardede
Kompas.com
N 250 Gatotkaca, salah satu karya BJ Habibie 

TRIBUNKALTIM.CO - Salah satu putra terbaik bangsa, Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie, bangsa Indonesia kembali kehilangan putra terbaik bangsa.

BJ Habibie meninggal dunia, Rabu (11/9), pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Sosok Habibie memang tak lepas dari pesawat terbang.

Dia bahkan mendapat predikat sebagai Bapak Teknologi Indonesia berkat kompetensinya dalam teknologi pesawat terbang.

Mengutip Deputi Direktur Keuangan Urusan Pendanaan PT Regio Aviasi Industri (RAI) Desra Firza Ghazfan, Habibie adalah salah satu saja dari angkatan pertama generasi dirgantara yang Presiden Pertama RI Soekarno kirim ke berbagai negara untuk belajar membuat pesawat.

Semasa muda, Habibie mulai menguliti serba-serbi mesin pesawat di Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB).

Saat itu, ITB masih bernama Universitas Indonesia pada 1954.

Hanya hitungan bulan di ITB, Habibie kemudian melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule Jerman.

Habibie menerima gelar Diplom Ingenieur pada 1960 dan gelar Doktor Ingenieur pada 1965, dengan predikat summa cumlaude dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.

Habibie memiliki rumus yang dinamakan "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.

Ia pun dijuluki "Mr Crack" karena keahliannya itu.

Di Jerman, Habibie pernah menjadi Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh.

Dia bahkan menjadi wakil presiden dan direktur teknologi, serta penasehat senior perusahaan itu.

Habibie juga sempat bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm, perusahaan penerbangan yang berpusat di Jerman, sebelum kembali ke Indonesia pada 1973.

Ia memenuhi permintaan Presiden Soeharto untuk mengabdikan ilmunya di Indonesia.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved