Pada 1998 Banjir Besar Melanda Samarinda, Korban Lebih 100 Ribu Jiwa, Habibie Kirim Beras 100 Ton
"Peristiwa ini mengondisikan Presiden Habibie harus memperhatikan Kaltim secara khusus," ujar Sarip, saat ditemui di Samarinda, Kamis (12/9/2019).
Alasan Habibie tidak turun langsung ke Samarinda, menurut Sarip, karena saat itu kondisi politik nasional sedang tidak kondusif.
Negara dalam kondisi terpuruk pasca kerusuhan besar di banyak kota pada dua bulan sebelumnya.
Selain itu, ada tuntutan lanjutan reformasi untuk mengadili Soeharto.
Adapun, dua menteri utusan Habibie tidak mendarat langsung di Bandara Temindung Samarinda,
karena lapangan parkir pesawat terendam banjir.
Empat pesawat yang parkir di bandara turut tenggelam.
"Kala itu Presiden Habibie menyampaikan pernyataan prihatin atas bencana banjir di Samarinda," kata Sarip.
Presiden Habibie juga menginstruksikan kepada semua pemerintah daerah dan instansi terkait agar mewaspadai
bahaya banjir yang bisa datang lebih cepat. Habibie menjabat Presiden setelah menggantikan Presiden Soeharto.
Di tengah situasi krisis nasional, dia dianggap hanya sebagai presiden transisi.
Tidak banyak kegiatan seremonial yang bisa dilakukan Habibie dalam 17 bulan masa jabatan.
Menurut Sarip, wajar apabila tidak ada agenda kunjungan Presiden Habibie ke Kalimantan Timur pada saat itu.
Habibie menjalani perawatan intensif di RSPAD Gatot Soebroto sejak 1 September 2019. Presiden Habibie akhirnya meninggal dunia karena sakit.
Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, tepatnya di samping makam almarhumah istrinya, Hasri Ainun.