Darurat Kabut Asap

Bahaya, Satwa Langka di Tahura Lati Petangis Butuh Diselamatkan, Terancam Akibat Karhutla di Paser

Bencana karhutla di Kabupaten Paser mengancam kelestarian sejumlah jenis satwa langka yang menghuni Tahura Lati Petangis

Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
Recky – Free Divers Berau
Kebakaran hutan di kanan-kiri jalan menuju Kampung Tanjung Batu, sejak Minggu (1/9/2019) ini menutup akses warga dan wisatawan yang hendak menuju Pulau Derawan dan sekitarnya. Hingga kini, BPBD Berau belum dapat memastikan api sudah padam atau belum 

TRIBUNKALTIM.CO - Bencana kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kalimantan Timur sudah dalam tahap mengkhawatirkan.

Bencana karhutla di Kabupaten Paser misalnya, sudah mengepung kawasan konservasi Taman Hutan Raya atau Tahura Lati Petangis.

Petugas pemadam kebakaran yang dibantu sejumlah relawan pun masih kesulitan memadamkan api.

Video Pilihan:

Bencana karhutla di Kalimantan ini pun mengakibatkan Pulau Borneo darurat kabut asap.

Kodam VI Mulawarman, menggelar video conference dengan jajarannya yang berada di tiga provinsi, yakni Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara.

Video conference yang berlangsung Selasa (17/9/2019) ini juga diikuti Polda Kaltim.

Video conference tersebut untuk membahas strategi penanganan karhutla di Kalimantan yang sedang marak terjadi di wilayah Kalimantan saat ini.

Persiapan vikon terkait penanganan karhutla yang marak terjadi di wilayah Kaltim, Kaltra, dan Kalsel.
Persiapan vikon terkait penanganan karhutla yang marak terjadi di wilayah Kaltim, Kaltra, dan Kalsel. (tribunkaltim.co/Zainul)

Dalam vikon itu juga nantinya akan terhubung ke seluruh Dandim dan Polres yang ada di wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan.

"Iya siang ini kita ada vikon di ruang Yudha Kodam VI Mulawarman, untuk membahas strategi penanganan karhutla," kata kapendam VI Mulawarman, Kolonel Kav. Dino Martino saat ditemui Tribunkaltim.co

Vikon itu kata Kapendam nantinya akan dipimpin langsung oleh Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Subiyanto dan Kasdam VI Mulawarman Brigjen TNI Richard Tampubolon beserta Kapolda Kaltim, Irjen Pol Priyo Widyanto.

"Iya nanti ada Pangdam yang pimping dan Kapolda Kaltim, melibatkan seluruh Dandim di wilayah Kodam VI Mulawarman beserta unsur jajaran kepolisian," lanjutnya.

Satwa Langka Terancam

Bencana karhutla di Kabupaten Paser mengepung Tahura Lati Petangis.

Akibatnya, hewan langka yang selama ini menghuni Tahura Lati Petangis pun terancam punah.

Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Kabupaten Paser pun membunyikan alarm waspada punahnya satwa langka.

Berdasarkan pantauan sementara, DLH Kabupaten Paser memerkirakan luas Tahura Lati Petangis yang terbakar paling sedikit mencapai 500 hektare.

DLH Kabupaten Paser bahkan mengundang para pecinta alam dan relawan untuk bersama menyelamatkan satwa langka yang terjebak di kobaran api Tahura Lati Petangis.

DLH Kabupaten Paser pun memfasilitasi para relawan yang bersedia datang dengan transportasi dan akomodasi.

Kabid Pengelolaan Tahura Lati Petangis, DLH Paser Teguh Haryanto, Senin (16/9/2019), sekaligus untuk menyelamatkan satwa langka yang dilindungi.

Seperti Kukang (Slow Loris), Lutung Dahi Putih (Presbytis frontata), Burung Enggang (hornbill) dan rusa sambar (cervus unicolor).

“Sejauh ini kita (Bidang Pengelolaan Tahura) bersama teman-teman security Tahura Lati Petangis bahu membahu memadamkan api yang membakar Tahura.

Dengan tenaga kurang lebih 20 orang, termasuk security, sudah berupaya memadamkan api yang mengepung Tahura,” kata Teguh.

Meski seluruh tenaga sudah dikuras, lanjut Teguh, tapi api tak kunjung padam.

Jika hanya mengandalkan tenaga Bidang Pengelolaan Tahura DLH, maka satwa-satwa yang selama ini berlindung di Tahura terancam punah.

“Satwa-satwa itu telah kehilangan habitatnya karena didesak oleh lahan perkubunan.

Sekarang mereka berlindung di Tahura, tapi tempat mereka berlindung sekarang dikepung api, makanya kami mengajak seluruh pencinta alam dan relawan siaga bencana menyelamatkan Tahura,” ucapnya.

Sementara itu, Kasi Perlindungan Pengawetan dan Pemanfaatan Tahura DLH Paser Syarifuddin mengatakan dari 3.400 hektar luasan Tahura, ada sekitar 500 hektar yang hangus terbakar.

Bencana karhutla di Kabupaten Paser bahkan hampir mencapai pagar pembatas penangkaran sapi dan rusa yang dikelola UPT Dinas Pertanian (Distan) Paser.

“Selama kami melakukan upaya pemadaman dan masuk ke dalam hutan belum menemukan satwa yang mati akibat karhutla di Kabupaten Paser.

Bahkan hampir membakar area penangkaran sapi dan rusa, tapi api berhasil dipadamkan, makanya kita mengkhawatirkan satwa endimik di Tahura,” kata Syarifuddin.

Selain mengundang melalui media sosial (medsos), pihaknya juga mengundang secara resmi Mapala Stiper Muhammadiyah dan komunitas relawan Kabupaten Paser.

Sebagai konsekuensi dari undangan itu, DLH menyiapkan transportasi dan akomodasi selama kegiatan.

Saat ini, lanjut Syarifudin, BPBD Paser, Damkar Satpol PP Paser, Manggala Agni Daops Paser, termasuk tim penanggulangan kebakaran perusahaan-perusahaan, fokus memadamkan di wilayah tugas masing-masing.

Sehingga Satgas Pemadam DLH Paser tidak bisa berharap banyak bantuan mereka.

“Sekarang belum bisa meminta bantuan teman-teman BPBD, Damkar dan Manggala Agni.

Mereka juga berjuang memadamkan api di area yang menjadi tanggung jawab masing-masing, BPBD dan Damkar memadamkan Karhutla yang mendekati pemukiman, Manggala Agni menjaga hutan lindung dan cagar alam,” ungkapnya.

Terkait asal api yang membakar Tahura Lati Petangis, Syarifudin mengaku tidak tahu pasti.

Namun kalau warga membakar lahannya saja dan dia tak sanggup memadamkannya, bukan tidak mungkin akan merembet ke lahan lainnya.

Personil gabungan Tahura DLH Paser memadamkan kebakaran lahan sebelum merembet membakar lahan Tahura Lati Petangis, Rabu (11/9/2019).
Personil gabungan Tahura DLH Paser memadamkan kebakaran lahan sebelum merembet membakar lahan Tahura Lati Petangis, Rabu (11/9/2019). (TribunKaltim.Co/Sarassani)

Daun yang terbakar terbawa angin dapat menjadi titik baru karhutla di Kabupaten Paser.

Sedangkan kondisi asap bervariasi, semakin dekat lokasi lahan yang terbakar, semakin pekat kabut asapnya.

“Kalau sudah terbakar akan sulit dipadamkan.

Pohon tumbang karena terbakar misalnya, pagi kita siram air tapi masih ada sisa baranya, malamnya dia bisa menyala lagi,” tambahnya.

Pagi Dipadamkan, Sore Menyala Lagi

Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Kabupaten Paser meminta dukungan Dinas Sosial atau Dinsos Paser untuk memfasilitasi dapur umum.

Fasilitas dapur umum ini diperlukan dalam aksi penyelamatan Taman Hutan Raya atau Tahura Lati Petangis dari bahaya kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kabupaten Paser.

Seperti disampaikan Kabid Pengelolaan Tahura DLH Kabupaten Paser Teguh Hariyanto kepada Tribun Kaltim.co.

"Kita sudah ke Dinsos untuk minta dukungan dapur umum.

Besok (Rabu,18/9/3019) ada gerakan penyelamatan Tahura dari Karhutla," kata Teguh Hariyanto, Selasa (17/9/2019).

Kerusakan Tahura Lati Petangis akibat karhutla di Kabupaten Paser, menurut Teguh, sudah cukup parah.

Minimal 500 hektar area Tahura Lati Petangis yang sudah hangus terbakar.

"Yang 50 hektare itu bagian luarnya saja.

Ke dalamnya lebih luas yang terbakar, minimal 500 hektare," ucapnya.

Danau Tahura Lati Petangis Kabupaten Paser
Danau Tahura Lati Petangis Kabupaten Paser (tribunkaltim.co)

Bidang Pengelolaan Tahura DLH Kabupaten Paser sendiri sudah melakukan upaya pemadaman sejak beberapa pekan yang lalu.

Namun segala upaya itu tak mampu membendung meluasnya area Tahura Lati Petangis yang terbakar.

"Kita sudah membuat sekat bakar untuk memutuskan rembetan api.

Itu (sekat bakar) seperti ditertawakan saja sama api.

Dengan hembusan angin yang kencang, daun atau ranting yang masih ada baranya terbang untuk kemudian membakar area lahan lainnya," kenangnya.

Karena itu, untuk aksi penyelamatan Tahura Lati Petangis besok, para pecinta lingkungan dan relawan siaga bencana diharapkan membawa jerigen untuk menampung air.

Sehingga bisa diangkut melalui sela-sela pepohonan.

Selama musim kemarau ini, bukan hanya rumput dan semak belukar saja yang kering.

Permukaan tanah juga kering.

Sedikit saja yang terbakar, api akan cepat membesar dan sulit dipadamkan.

"Pagi sudah kita padamkan, sorenya sudah menyala lagi.

Itu bisa diakibatkan masih ada bara api dibekas area yang kita padamkan atau bara api di lokasi kebakaran yang lain tertiup angin kencang ke lokasi bekas yang dipadamkan tadi," ungkapnya.

Untuk itu, strategi aksi besok adalah memadamkan bekas lahan yang terbakar hingga digaris lahan yang terbakar.

"Pemadaman dengan mengikuti rembetan api, kalau bekas lahan yang terbakar benar-benar padam, tidak ada lagi bara api yang akan menyulut kebakaran lagi," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved