Darurat Kabut Asap
4 Kisah Pemadam Karhutla di Kalimantan dan Sumatera, Bertemu Harimau hingga Salat Beralas Daun
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan hingga kini masih terus terjadi.
TRIBUNKALTIM.CO - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan hingga kini masih terus terjadi.
Di tengah kepulan kabut asap karhutla, ada satu sosok yang patut diapresiasi dalam kasus ini, yaitu para pemadam karhutla.
Baca Juga:
Tampak Beda, Foto Sepatu Presiden Jokowi Sebelum dan Sesudah Tinjau Kebakaran Viral
Dikaitkan Kemunculan Anaconda, Ini Sederet Fakta Ular Raksasa Hangus Terbakar di Hutan Kalimantan
Peran Brimob Polda Kaltim Tangani Karhutla dan Dugaan Pengendara Buang Puntung Rokok di Areal Kering
2 Perusahaan Kebun Kelapa Sawit Disegel Kepolisian, 60 Tersangka Diringkus jadi Pelaku Karhutla
Para pemadam kebakaran yang terdiri dari personel gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Satpol PP, Damkar, Manggala Agni dan relawan lainnya yang terjun ke lapangan untuk memadamkan kebakaran patut mendapat apresiasi yang tinggi.
Berbagai rintangan harus mereka hadapi bahkan dengan taruhan nyawa.
Beberapa waktu yang lalu, seorang relawan dari Manggala Agni di Jambi meninggal dunia akibat tertimpa pohon ketika hendak mencari sumber air.
Berikut beberapa kisah yang dialami pemadam kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah sebagaimana Tribunnews.com rangkum dari beberapa sumber:
1. Bertemu Harimau
Seorang pemadam bertemu dengan Harimau Sumatera ketika hendak mengambil air di sebuah sungai.
Kisah bermula ketika tim gabungan pemadam kebakaran dari unsur pemerintahan, TNI, Polri dan MPA dan relawan lainnya berusaha memadamkan api di Desa Tambak Kecamatan Langgam, Riau.
Seperti dikisahkan Camat Langgam, yang ditulis Tribunpekanbaru, petugas menemukan jejak kaki mirip Harimau di tanah bekas yang terbakar.
Penemuan jejak harimau tersebut lalu disampaikan ke tim lain yang masih sibuk memadamkan api.
Petugas masih fokus untuk memadamkan lahan ketika dipastikan jejak tersebut milik harimau.
Ketika pasokan air untuk memadamkan lahan menyisakan sedikit, petugas berniat melangsir air dari sungai menggunakan mobil tangki.
Saat berada di tepi sungai, personil terkejut saat melihat kawanan harimau bersama anaknya sedang minum di seberang sungai.
Hal tersebut kemudian dikabarkan kepada seluruh tim agar fokus dan mawas diri jika suatu saat bertemu kembali.
Benar saja, di tengah malam gelap ketika personel menginap di tengah hutan, harimau tersebut terdengar jelas beberapa kali mengaum.
"Kami di lokasi diam-diam aja dan sama-sama tahu. Tak ada membahas itu lagi, karena takut ia muncul lagi."
"Seperti kata orangtua dulu kalau kita cerita tentang benda itu di tengah hutan, kita didatangi," ucap Robby.
Namun hingga proses pemadaman rampung, beruntung tidak terjadi konflik antara petugas dengan hewan bernama latin Panthera Tigris Sumatrae tersebut.
Diperkirakan, harimau asli Sumatera tersebut keluar karena habitatnya terganggu akibat kebakaran dan kabut asap.
2. Bertemu Ular
Berbeda cerita dengan yang dialami oleh personel pemadam kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Pangkalan Kerinci.
Personil kerap bertemu ular ketika memadamkan api di Jalan Lingkar Timur dan Jalan Lintas Timur Kota Pangkalan Kerinci.
Masih dari TribunPekanbaru, Camat Pangkalan Kerinci, Dody Asmasaputra menceritakan kisah tersebut.
Awalnya tim gabungan sedang melakukan pemadaman dan pendinginan di lokasi karhutlan yang berada di Jalintim Pangkalan Kerinci yang berdekatan dengan SPBU Buya Karim.
Ketika memadamkan api, Camat Dody dan personel lainnya mendapati ular didekatnya.
Mengetahui hal tersebut, ular tersebut lantas disemprot dengan air.
Tak ada respon dari ular, personel memberanikan diri dengan menjolok ular King Cobra dengan kayu dan didapati ternyata sudah mati terpanggang api.

3. Relawan Pemadam Berusia 13 Tahun
Adalah Muhammad Rifqi, pemadam kebakaran yang baru berusia 13 tahun.
Saat anak-anak sebayanya asik bermain game dengan ponsel pintarnya, ia justru menghabiskan waktunya untuk membantu menjadi relawan pemadam kebakaran.
Walaupun kini masih berusia 13 tahun, tapi ia memiliki keberanian.
Bahkan siswa kelas dua MTS Negeri 1 Paser, Kalimantan Timur ini diketahui membantu memadamkan api-api di lahan yang terbakar sejak kelas 4 SD.
Ia menjadi relawan termuda di antara personel Pemadam Kebakaran (Damkar) Satpol PP Paser dan personil Manggala Agni Daops Paser.
Hampir setiap ada kebakaran lahan dan hutan, ia selalu hadir terlebih dahulu.
Mengutip Tribunkaltim, Rifqi menjadi relawan atas dasar kemauan sendiri tanpa ada paksaan.
Bahkan ia kini memiliki baju pemadam sendiri.
Muhammad Rifqi mendapat berbagai informasi kebakaran dari Handy Talkie yang dibelinya hasil menabung uang pemberian kedua orang tuanya.
“Info itu dari Handy Talkie (HT), yang saya beli sewaktu kelas 6 SD. Uang yang dikasih Bapak dan Ibu saya tabung, setelah cukup saya belikan HT,” kata Rifqi, Jumat (13/9/2019).
Rasa simpatinya bermula ketika sering melihat personel pemadam berkomunikasi lewat HT, kemudian Rifqi pun tergerak membeli HT agar cepat dapat info kebakaran.
“Saya sendiri yang mengatur dan menyimpan frekuensi BPBD, Damkar maupun Manggala Agni," kata dia.
Sementara itu, Rifaul Aqila, Ibunya Rifqi sangat mendukung aktivitas sosial anaknya sepanjang bisa mengatur waktu dengan baik.
“Guru-gurunya banyak yang senang karena Rifqi rajin dalam aktivitas sosial di sekolah."
"Soal pelajaran, dia masuk peringkat yang lumayan baik, makanya saya mendukung aktivitas sosialnya sekarang,” tambahnya.
4. Salat Beralas Daun
Cerita tak kalah apik datang dari aparat TNI yang bertugas memadamkan api di hutan dan lahan yang terbakar.
Personil kodim tersebut sedang bertugas memadaman lahan gambut di RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung dan RT 3 Desa Giripurwa, Minggu (14/6/2019).
Di tengah perjuangan memadamkan api, aparat TNI tetap menjalankan kewajibannya yakni beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Personel Kodim 0913/Paser Penajam Utara tetap melaksanakan kewajiban salat walau beralaskan daun sawit.
Dilansir dari situs remsi TNI, diungkapkan Dandim 0913/PPU, Letkol Inf Mahmud, prajurit TNI di manapun berada dan bertugas, melaksanakan ibadah merupakan suatu kemutlakan.
“Walaupun sedang bertugas di lapangan, ibadah merupakan prioritas, sebagai ungkapan syukur kepada Sang Khalik,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, dengan beribadah memohon perlindungan Allah SWT, tugas seberat apapun dapat dilaksanakan.
Bahkan Dandim juga mengatakan anggota yang beragama Islam melaksanakan salat Zuhur di bawah pohon sawit, sudah merupakan rutinitas tiap hari.
Sementara itu, dalam memadamkan api karhutla, Dandim menuturkan, kendala utama selama ini adalah lambatnya peralatan Karhutla ke TKP karena medan yang sulit dijangkau kendaraan.
(Tribunnews.com/Tio)