5 Tokoh yang Memprotes Keras Film The Santri, dari Wakil Gubernur, UAS, hingga Menantu Rizieq Shihab
Sejumlah tokoh pun menyuarakan protesnya terhadap film The Santri. Mulai dari wakil gubernur, ulama kondang, kiai, hingga menantu pendiri FPI
TRIBUNKALTIM.CO -- Film The Santri sudah menuai protes di mana-mana, meski baru diperkenalkan lewat trailer dan YouTube.
Sejumlah tokoh pun menyuarakan protesnya terhadap film The Santri. Mulai dari wakil gubernur, ulama kondang, kiai, hingga menantu pendiri Front Pembela Islam (FPI).
Berikut rangkuman para tokoh yang memprotes keras film The Santri:
1. Menantu Rizieq Shihab
Terbaru, film garapan Livi Zheng ini menuai protes dari Ketua Umum Front Santri Indonesia (FSI), Hanif Alathas, yang juga merupakan menantu pendiri Front Pembela Islam (FPI), Muhammad Rizieq Shihab.
Hanif Alathas beranggapan, film yang diperankan Gus Azmi, Veve Zulfikar, Wirda Mansur dan Emil Dardak itu tak mencerminkan budaya santri di Indonesia.
"Front Santri Indonesia menolak film The Santri karena tidak mencerminkan akhlak dan tradisi santri yang sebenarnya," kata Hanif, dikutip TribunSolo.com.
2. KH Luthfi Bashori
Protes juga muncul dari pengasuh Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami Singosari, Malang, Jawa Timur KH Luthfi Bashori.
Luthfi Bashori bahkan meminta para santri dan jemaahnya tak menonton film itu.
Alasannya, karena menurut dia, adegan yang tampak pada trailer film tidak mencerminkan syariat Islam.
3. Ustadz Maaher At-Thuwailibi
Kritik pedas juga muncul dari Ustadz Maaher At-Thuwailibi.
Melalui akun Instagramnya @ustadzmaaher.atthuwailibi, ia melayangkan kritikan pedas terhadap Wirda Mansur selaku pemeran dalam film tersebut.
Ustadz Maaher mengunggah sebuah kolase foto Wirda Mansur beserta sebuah tulisan berisikan kritikannya.
Ia mempertanyakan soal adegan dalam trailer tersebut apakah menjadi cerminan kehidupan santri.
Ustadz Abdul Somad atau yang biasa disapa UAS, juga memberikan komentarnya terkait film The Santri.
"Saya tak nonton film ini sampai habis, baru menengok trailernya aja. Tapi di dalamnya itu yang bisa saya komentari pertama, masuk ke rumah ibadah," kata UAS, menjawab pertanyaan jemaah seperti dilansir channel Youtube ASWAJA TV.
UAS pun menjelaskan soal hukum masuk ke rumah ibadah agama lain dengan mencontohkan Nabi Muhammad SAW.
Kemudian UAS juga menyorot adegan di mana santri dan santriwati saling berpandangan.
"Dua, tentang masalah laki-laki perempuan berduaan tak mahrom pandang-pandangan, oleh sebab itu maka kita jaga anak cucu kita dari perbuatan-perbuatan maksiat," katanya.
Namun, UAS tak mau membahas lebih lanjut soal film tersebut secara lebih mendalam.
"Bahwa ada misi-misi sesuatu di balik ini semua, Wallahua'lam bis shawab, kita akan diminta tanggung jawab di hadapan Allah SWT," katanya.
Lebih lanjut UAS juga menjelaskan kalau Islam adalah agama yang penuh toleransi.
"Islam tak perlu diajari bagaimana berinteraksi sosial dengan saudara kita non muslim, karena kita sudah lama bertetangga," jelasnya.
Ustadz Abdul Somad kemudian memberikan penjelasan begini:
"Kita semuanya bisa menerima siapapun yang datang, semua bertetangga, berkawan, bersahabat, tapi kalau sudah dalam masalah ibadah, ritual, tak ada tawar menawar.
Wala antum 'abiduuna ma a'bud, Wala ana 'abidun ma 'abattum, Wala antum 'abiduuna ma a'bud, Lakum diinukum waliya diin (aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku)."
Menurut UAS, saat ini banyak yang tak bisa membedakan mana toleransi mana telor asin.
"Harus bisa dibedakan, jangan karena toleransi mengorbankan keyakinan, akidah anak-anak kita, nauzdubillah. Dan orang-orang yang pernah di pesantren pun, ketika menonton itu 'ini bukan anak pesantren' anak pesantren tak begitu," tutupnya.
5. Wakil Gubernur Jawa Barat
Tanggapan juga datang dari Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum.
Uu yang juga menjadi Panglima Santri Jawa Barat ini menyayangkan sekaligus keberatan terhadap cerita film tersebut.
"Saya melihat trailer film (The) Santri di youtube, saya merasa keberatan," kata Uu di Bandung, Selasa (17/9/2019) dikutip dari Tribun Jabar.
Uu menilai, sejumlah adegan dalam trailer film tersebut tak sesuai dengan kehidupan sesungguhnya di pesantren.
Termasuk adegan kedekatan antara laki-laki dan perempuan.
"Santri tidak seperti di film itu, pacaran, begitu dekat antara laki dan perempuan,"
Lebih lanjut, Uu menilai sikap toleransi dalam film The Santri yang menurutnya kebablasan.
Orang nomor 2 di Jawa Barat tersebut khawatir apabila film tersebut dibiarkan, masyarakat awam akan memiliki penilaian yang berbeda tentang kehidupan santri.
"Saya takut, oh ternyata santri itu begitu. Sekalipun saya sebagai orang pesantren belum melaksanakan sebagai santri teladan, tetapi santri tidak seperti di film itu," katanya.
Uu juga khawatir jika nantinya orang-orang justru menjadikan film tersebut sebagai tuntunan.
Terlebih lagi, menurutnya santri yang merupakan calon ulama seharunya menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Islam.
Film The Santri, diharapkan Uu tidak ditayangkan ke masyrakat apabila tidak ada perbaikan.
"Saya berharap film itu tidak tayang. Kalau tayang, judulnya jangan santri," tambahnya.
>> Tonton trailer film The Santri di sini
Menanggapi gelombang protes di dunia maya, pemeran film The Santri Wirda Mansur memilih bijak.
Dalam unggahan di akun Instagramnya, ia memposting video mengcover lagu Man Ana.
Putri Ustadz Yusuf Mansur ini kemudian menyelipkan pesan di caption yang ia tulis.
Ia menyebut jika sebagai santri harus multitalent.
"Lagi viral... lagu Man Ana ft. Rizky, talentnya @thedqtm santri DQ, santri itu kudu multitalent, kudu ape aje bisa.
Dan serbaguna
santri yang juga pengusaha, misalnya. Atau santri yang juga dokter, santri yang juga polisi, desainer, arsitek, santri yang bergelar sarjana s/d S3 dsb.
Santri yang punya buku, punya karya, dan buanyaaaakkk," tulis Wirda.
Gadis berhijab ini lantas menambahkan, seorang santri juga boleh bermain film asal tak melanggar norma dan etika.
"Nah, kalau santri yang main film gimana ya? Hmmm numpang julid ah.
Hehehehehe.
Kudu adem, kudu woles.
Santai aja gitu loooooo...
terus berkarya & berprestasi aja," lanjut dia.
Wirda Mansur pun mengaku ia menerima segala kritikan yang datang kepadanya.
Hal itu akan menjadi cambukan bagi dia untuk lebih baik ke depannya.
"Bahwa ada kekurangan & masukan, ya diterima.
Tar, tinggal bebenah & dibenahin. Jangan lupa berterimakasih kpd mereka yang mengingatkan, dan selalu bersyukur
Btw romannya pipi makin gede aja ini huahahaha," pungkasnya.
Unggahannya itu lantas menuai beragam respons komentar warganet.
Mengutip Tribunnews.com, sebelumnya Livi Zheng sudah buka suara soal film garapannya ini.
"Ketika diminta menyutradarai film The Santri, sebuah kebanggaan. Sejarah Indonesia tidak lepas dari sejarah santri. Lalu ini mengangkat keragaman budaya Indonesia," tutur Livi Zheng dalam konferensi pers produksi film The Santri, Senin (9/9/2019) di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta.
Film yang produksinya bekerja sama dengan pihak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut diperankan Gus Azmi, Veve Zulfikar, Wirda Mansur dan Emil Dardak.
Ketika ditanya apakah Livi Zheng juga akan ikut ambil bagian sebagai pemain seperti di sejumlah film dia sebelumnya, Livi Zheng mengaku belum memutuskannya karena masih berdiskusi dengan tim produksi.
Menurut Livi Zheng, syuting akan berlangsung di Indonesia dan Amerika Serikat mulai Oktober mendatang.
Film diprediksi tayang pada April 2020.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PBNU Said Aqiel Siradj mengatakan, film The Santri bisa menjadi media dakwah dalam konteks pendidikan, budaya dan akhlak sekaligus sarana memperkuat, memperkokoh Islam di Nusantara.
"Ciri khas Islam Nusantara, Islam yang harmonis dengan budaya, kecuali budaya yang bertentangan dengan syariat."
"Melalui film ini kita dakwahkan Islam yang santun, menjadikan Indonesia kiblat peradaban bukan kiblat solat ya," terang Ketum PBNU Said Aqiel Siradj didampingi Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini.
Kemudian, mengenai alasan menggandeng Sutradara Livi Zheng, PBNU mengatakan, terlepas dari pembicaraan banyak orang, jaringan Livi Zheng di Hollywood yang diyakini luas menjadi salah satu alasannya.
Selain itu, sosok Livi Zheng yang muda diharapkan bisa menghasilkan karya yang cocok untuk para milenial, tidak hanya di Indonesia tetapi dunia.
Komposer Purwacaraka juga terlibat dalam film tersebut.
Saat ini, Purwacarakan mengaku masih berdiskusi dengan sejumlah pihak terkait indentitas Ke-Indonesia-an seperti apa yang akan ditonjolkan dalam film The Santri lewat musik pengiringnya.
"Kita nanti akan lihat, masih harus berdiskusi sejauh mana identitas muncul agar pas di market. Intinya semua yang bermaksud baik untuk kemajuan Indonesia harus saya support," pungkas Purwacaraka. (*)