Breaking News

BREAKING NEWS Karhutla Gunung Seteleng Penajam Paser Utara Kaltim Membara Lagi

BPBD Penajam Paser Utara, karhutla mewarnai perjalanan sejak memasuki awal bulan September 2019, akan ada karhutla, Kalimantan Timur terbakar.

Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.Co/HO BPBD Penajam
Petugas berusaha padamkan api di RT 07 Kelurahan Gunung Seteleng, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Jumat (20/9/2019) siang. Tempat ini sempat padam namun ada lagi karhutla. 

Efek karhutla yang semakin tak terkendali ini pun mengunggah hati seorang aktivis lingkungan asal Perancis, Chanee Kalaweit.

Lewat sebuah video yang diunggah di akun Yotube, Channe, begitu ia biasa disapa, menyampaikan pendapatnya mengenai cara menanggulangi karhutla.

Dalam video tersebut Channe mengungkapkan kesedihannya terhadap bencana karhutla yang sangat berdampak besar bagi masyarakat Indonesia.

Channe merasa sedih dan frustasi karena peristiwa ini persis seperti tragedi karhutla di tahun 2015, di mana dampak karhutla membuatnya harus melihat sang buah hati menderita sakit batuk.

"Yang paling membuat saya sedih dan frustasi adalah situasi yang kita alami di tahun 2019 ini tidak bisa diantisipasi," ujar dia.

Saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/9/2019), Channe bercerita jika dirinya kini tinggal di Kalimantan tengah, tepatnya di Kabupaten Barito Utara. Meski jauh dari titik api, Channe mengatakan dampak asap juga dirasakannya di Kalimantan tengah.

"Jarak pandang disini sekitar 154 meter dengan asap yang tebal tetapi semua ini merupakan asap kiriman dari daerah Palangkaraya atau Sampit karena wilayah saya tinggal hampir tidak ada gambut," ucapnya.

Kiriman asap tersebut, menurut pengakuan Channe, telah menganggu aktivitas warga sekitar dan mengakibatkan berbagai penyakit, terutama saluran pernapasan.

"Kiriman asap ini jelas menganggu aktivitas warga. Banyak yang sesak nafas, rumah tidak bisa dibuka, anak-anak tidak boleh keluar rumah. Sangat menganggu. Kita jadi susah nafas," ucapnya.

Channe juga mengatakan, bencana karhutla tak hanya menganggu warga setempat tetapi juga satwa-satwa yang tinggal di hutan.

"Sama seperti manusia, satwa-satwa ini juga berada di ujung tombak seperti manusia yang juga terkena dampak dari karhutla ini," ucapnya.

Menurutnya, jumlah satwa yang terkena dampak karhutla ini jumlahnya lebih besar daripada yang diberitakan media.

"Yang banyak diberitakan media kan hanya orang hutan. Padahal, banyak satwa-satwa liar yang kehilangan habitatnya dan mati terbakar karena karhutla ini," tambanhnya. 

Penanganan karhutla Channe juga menyayangkan tidak adanya pihak yang membahas larangan api di lahan gambut.

Menurutnya, negara-negara di dunia yang memiliki masalah serupa memberlakukan larangan api di wilayah yang rentan kebakaran.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved