Darurat Kabut Asap
Wiranto Sebut Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau Tak Parah,Langsung Terbantah oleh Citra Satelit NASA
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menilai kebakaran hutan dan lahan tak separah yang diberitakan media.
Untuk mensimulasikan karbon organik, pemodel memanfaatkan pengamatan satelit terhadap aerosol dan kebakaran.
GEOS-FP juga mengolah data meteorologi seperti suhu udara, kelembaban, dan angin untuk memproyeksikan apa yang terjadi di atmosfer.
Dalam hal ini, asap tetap relatif dekat dengan sumber api karena angin sangat kecil.
GEOS FP, seperti model cuaca dan iklim lainnya, menggunakan persamaan matematika yang mewakili proses fisik untuk menghitung apa yang terjadi di atmosfer.
Model ini menghitung posisi dan konsentrasi partikel karbon organik setiap lima menit.
Model ini mengolah data aerosol baru pada interval tiga jam, data meteorologi baru pada interval enam jam, dan data kebakaran baru setiap hari.
Peta gambut yang tersedia melalui Pusat Atlas Penelitian Kehutanan Internasional Kalimantan menunjukkan, banyak kebakaran terjadi di dalam atau di dekat daerah-daerah dengan lahan gambut.
Baca: Karhutla Riau : Wiranto Klaim Tak Parah, Gubernur Kalbar Sebut Oknum Pejabat Lindungi Korporasi
Kebakaran gambut cenderung sulit dipadamkan, seringkali membara di bawah permukaan tanah sampai berbulan-bulan hingga musim hujan tiba.
Kebakaran gambut melepaskan sejumlah besar gas dan partikel, termasuk karbon dioksida, metana, dan partikel halus (PM2.5).
Karbon dioksida dan metana adalah gas rumah kaca yang potensial yang menghangatkan iklim.
PM 2,5 adalah campuran partikel halus yang dikenal memiliki efek kesehatan negatif.
• Polres Paser Beberkan Penyebab Karhutla Kalimantan Timur, Buang Puntung Rokok Sembarangan
PM 2,5 termasuk jenis aerosol yang mengandung karbon organik dan karbon hitam dan dianggap sangat berbahaya karena partikelnya sangat kecil sehingga bisa masuk ke paru-paru dan aliran darah.
Penelitian kesehatan mengaitkan paparan karbon hitam dengan penyakit pernapasan, masalah jantung, dan kematian dini.
Bukti menunjukkan kemungkinan toksisitas aerosol karbon organik juga, meskipun efek kesehatannya kurang diteliti daripada beberapa jenis partikel lainnya.