Hibur Partisipan dari 6 Negara di TIFAF, Bupati Kukar Edi Damansyah Nyanyi Lagu Dangdut
Keramahan masyarakatnya serta membawa kenangan itu ke negara masing-masing, baik berupa pengalaman maupun kerajinan cindera mata khas Kukar.
Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM. CO, TENGGARONG - Bupati Kutai Kartanegara atau Bupati Kukar Edi Damansyah menjamu para peserta Tenggarong International Folk Arts Festival atau TIFAF di Pendopo Odah Etam, Senin (23/9/2019).
Bahkan partisipan dari 6 negara, yakni Belanda, Rusia, Rumania, Thailand, Sri Lanka dan Mesir, disuguhi makanan dan jajanan tradisional khas Kutai, seperti buras, lemang, bingka pisang hingga nasi kuning.
Dalam resepsi kali ini, peserta dari 6 negara ini juga disuguhi hiburan musik dan lagu-lagu yang penuh semangat, seperti Can't Take My Eyes Off You milik Frankie Valli dan I Will Survive-nya Gloria Gaynor.
Bahkan, partisipan asal Belanda ikut menyanyi bareng di panggung.
Lewat Festival Seni Internasional yang ketujuh ini, Edi ingin membangun hubungan internasional khususnya di bidang budaya.
"Ini sekaligus sebagai pintu masuk dalam mempromosikan pariwisata daerah, kami ingin menjadi bagian dunia dalam melestarikan nilai-nilai tradisi dan warisan budaya tak benda yang kita miliki," ujar Edi.
Ia berharap partisipan mendapat kenangan yang baik dan indah tentang keunikan seni budaya Kutai Kartanegara.
Keramahan masyarakatnya serta membawa kenangan itu ke negara masing-masing, baik berupa pengalaman maupun kerajinan cindera mata khas Kukar.
Pada kesempatan itu, setiap perwakilan negara memberikan suvenir kepada Bupati.
Sebaliknya, Bupati juga memberikan cindera mata berupa syal dari kain ulap doyo dan replika patung lembuswana dari kaca.
Acara resepsi ini makin meriah ketika Edi diminta untuk menyumbangkan suaranya. Edi mengawali dengan tembang Karmila milik Farid Hardja.
Sebagian besar partisipan maju ke depan panggung. Mereka langsung berjoged mengiringi Bupati bernyanyi.
Namun ia tak bernyanyi sendiri tapi didampingi Kapolres Kukar AKBP Anwar Haidar dan Dandim 0906/Tgr Letkol Inf Charles Yohanes Alling yang ikut menghadiri acara resepsi tersebut.
Bahkan, Bupati kembali membawakan sebuah lagu lagi untuk menghibur para partisipan.
Kali ini ia membawakan tembang dangdut Lebih Baik Sakit Gigi yang dipopulerkan oleh Meggy Z. Lagi-lagi semua partisipan bersemangat untuk bergoyang dangdut.
"Silakan happy hari ini, nikmati dengan santai hiburan yang ada. Kalian boleh berjoged dan berdansa sepuasnya," ucap Edi kepada seluruh partisipan yang hadir di Pendopo.
Sebelumnya, ada upacara pembukaan Tenggarong International Folk Art Festival atau TIFAF berlangsung meriah di Stadion Rondong Demang Tenggarong, Minggu (22/9/2019), Kalimantan Timur.
Kegiatan festival seni budaya internasional ini dibuka langsung Gubernur Kaltim Isran Noor.
Nah, Gubernur Kaltim Isran Noor didampingi Sultan Kutai Adji Muhammad Arifin dan Bupati Kukar Edi Damansyah menabuh gendang bersama sebagai tanda dibukanya TIFAF yang digelar selama sepekan ke depan, mulai 21 sampai 29 September 2019.
Acara diawali dengan parade barisan marching band dari SMAN 1 Tenggarong, disusul barisan partisipan dari 6 negara, yakni Belanda, Thailand, Sri Lanka, Rusia, Rumania dan Mesir.
Sedangkan satu negara lagi batal datang, yaitu Timor Leste.
Partisipan dari Belanda yang didominasi para penari tua melakukan gerakan dansa sembari melompat-lompat dan berputar dalam formasi melingkar.
Alas kaki mereka yang berwarna putih mirip terompah menghasilkan bunyi ketukan setiap mereka melangkah.
Berikutnya delegasi Thailand menampilkan kesenian wayang yang melakonkan kisah Ramayana.
Tiga pria memainkan wayang tokoh Hanoman.
Sedangkan tiga perempuan memainkan wayang dengan sosok seorang putri cantik.
Penampilan mereka mendapat aplaus meriah dari seluruh pengunjung yang memadati stadion.
Tak mau kalah, delegasi Sri Lanka menyuguhkan Puja Dance.
Grup yang terdiri dari 25 orang ini menari dengan lincah dalam busana tradisional mereka. Empat penari perempuan membawa bunga teratai merah.
Sedangkan beberapa penari pria bermahkota mengiringinya dengan gerakan penuh semangat.
Delegasi Mesir tampil terakhir dengan mempersembahkan Tarian Tongkat.
Penari pria memainkan 2 bilah tongkat yang saling dipukulkan, sedangkan penari perempuan menari dengan lincah.
Dari negeri sendiri, kesenian yang ditampilkan antara lain, tarian jepen Begenjoh Mahakam hingga Tari hudoq dari Dayak Modang.
Pengunjung juga disuguhkan Tari Kolaborasi dari Kesultanan Kutai.
Beberapa tarian keraton dipersembahkan oleh putra-putri Kesultanan, termasuk Tari Topeng Kemindu.
Tarian masal Menapak Jejak Mustika di bawah asuhan Yayasan Gubang menjadi penutup dari rangkaian Upacara Pembukaan TIFAF.
Seratus penari berlari ke tengah lapangan sembari membawa kain putih dan kuning.
Mereka menari jepen khas Kutai. Penampilan mereka menjadi pusat perhatian partisipan dari negara asing.
Partisipan dari Belanda merekam penampilan mereka dari atas tribun stadion.
"Lewat TIFAF ini, Kukar makin dikenal di mata internasional. Kita bisa mengenalkan dan mempromosikan daya tarik dan ragam seni Kutai hingga ke kancah internasional," kata Edi Damansyah, Bupati Kukar Edi Damansyah.
Pada 2018 lalu, Edi mengatakan, lebih dari 1,7 juta wisatawan yang berkunjung ke Kutai Kartanegara.
Ia berharap festival ini semakin besar ke depannya. Gubernur Kaltim Isran Noor sangat mendukung penyelenggaraan TIFAF ini.
"Yang penting dari festival ini bukan pengunjungnya, tapi bagaimana budaya, kesenian dan adat istiadat itu harus dijaga dan dipertahankan, terutama di Indonesia," ujar Gubernur Kaltim Isran Noor.
Menurutnya, budaya di Kaltim ini masih banyak yang belum dikembangkan, terutama budaya dari kawasan pedalaman.
Sedangkan budaya di kawasan pesisir justru mengalami akulturasi.
"Kalau wilayah pesisir justru mengalami percampuran adat istiadat antara masyarakat lokal dengan pendatang, seperti dari Nusa Tenggara dan Sulawesi," ucapnya.
(Tribunkaltim.co)