Sejarah Hari Ini
SEJARAH HARI INI: Hari Bahasa Isyarat Internasional 23 September, Yuk Belajar Bahasa Isyarat!
Sejarah Hari Ini, bertepatan dengan Hari Bahasa Isyarat Internasional yang jatuh setiap 23 September.
Melansir Kompas.com, dalam sebuah wawancara bersama Panji Surya Putra Sahetapy atau Surya, seorang aktivis tuli sekaligus putra dari artis senior Dewi Yull dan Ray Sahetapy, ia menjelaskan tujuan menggunakan bahasa isyarat.
Seringkali, orang tertipu menganggapnya sebagai orang dengar karena Surya piawai berkomunikasi dengan membaca bibir walaupun ia tak dapat mendengar secara total.
Meskipun berbicara lancar dan menyerap kalimat lawan bahasanya dengan membaca bibir, Surya tetap menyelingi omongannya dengan gerakan tangan dan mimik ekspresif yang merupakan bahasa kaum tuli.
Sejak tahun 2014, Surya terlibat mengajar bahasa isyarat untuk masyarakat umum dan mengedukasi tentang dunia bahasa isyarat.
Edukasi itu juga termasuk bagaimana membedakan terminologi tuna rungu dan tuli.
“Selama ini, masyarakat memakai kata tunarungu dan menganggap kata tuli itu sebagai bahasa kasar. Buat kami, tunarungu justru kasar. Tuli merupakan terminologi sosial budaya, merepresentasikan bahwa kami adalah pengguna bahasa isyarat. Tidak ada malu,” kata Surya.
Kata tunarungu justru berasal dari persepsi medis. Tuna berarti rusak sehingga tuna rungu bermakna rusak pendengaran.
“Harus diperbaiki supaya bisa mendengar. Kami tidak butuh. Nggak bisa dengar enggak masalah. Masih ada cara lain seperti bahasa isyarat, terapi wicara, baca bibir. Masih bisa cara lain. Kami mengedukasi supaya semakin banyak masyarakat yang tahu. Orang berfikir bahasa isyarat hanya untuk orang tuli saja. Padahal tidak,” tambah Surya.
• Dunia Fauna Berduka, Koko si Gorila Cerdas yang Bisa Berbahasa Isyarat Meninggal Dunia
• Mendadak Viral Aksi Juru Bahasa Isyarat Debat Pilpres 2019, Terungkap Ada Kisah Sedih Sonya Maramis
• Sejarah Hari Ini, Kemenangan Armada Laut Indonesia Atas Jepang, dan Dualisme Hari Maritim Nasional
• SEJARAH HARI INI: WS Rendra Wafat 6 Agustus 2009, Terungkap Kata-kata Terakhir Si Burung Merak
Dengan belajar bahasa isyarat, masyarakat tak hanya bisa berkomunikasi dengan orang tuli.
Bahasa isyarat ternyata mampu membuat otak lebih aktif.
Bahasa isyarat tidak hanya melibatkan kelincahan tangan, tetapi juga gerakan ekspresi di wajah.
Semakin banyak bahasa isyarat yang digunakan maka semakin ekspresif seseorang.
Ibarat senam muka, ekspresi intens ketika berbahasa isyarat itulah yang menjadi kunci awet muda dan membentuk wajah yang selalu tersenyum seperti yang dimiliki Surya.
(*)