BMKG Ungkap 27 Sampai 30 September 2019 di Pulau Kalimantan Berpotensi Turun Hujan

BMKG, perubahan kondisi atmosfer tersebut berupa pelemahan desakan massa udara kering dari wilayah selatan Indonesia.

Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.Co/Jino Prayudi Kartono
Kondisi pascahujan di Jl. M.T.Haryono Dalam, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada Rabu (25/9/2019) pagi. Air yang membawa material pasir kuning melintas di sekitaran jalan tersebut. Para pengendara roda dua berjalan perlahan ketika melintas area ini. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Beberapa hari lalu sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan sudah diguyur hujan.

Hal ini terang saja menjadi hal yang membahagiakan bagi warga yang tinggal di sana, sekaligus sebuah harapan baru.

Turunnya hujan di sejumlah wilayah Indonesia setidaknya sedikit dapat mengurangi kabut asap dan paparan kualitas udara yang buruk akibat kebakarah hutan dan lahan ( karhutla).

Kabar baiknya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) mengumumkan telah mendeteksi adanya perubahan kondisi atmosfer yang cukup signifikan sejak Sabtu (21/9/2019).

Dilansir dari laman resmi BMKG, perubahan kondisi atmosfer tersebut berupa pelemahan desakan massa udara kering dari wilayah selatan Indonesia.

Kepala Deputi Bidang Meteorologi, Drs R Mulyono R Prabowo M.Sc menyatakan, pelemahan desakan massa udara kering mengakibatkanperluasan massa udara basah.

Massa udara basah sebelumnya cenderung berada di utara Indonesia, tapi karena fenomena ini kini meluas ke wilayah Indonesia bagian selatan.

"Jika dilihat dalam skala yang lebih luas, daerah tekanan rendah di Teluk Benggala memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perubahan pola angin di wilayah Indonesia," kata Mulyono.

Sejak tanggal 21 September 2019, pola angin di wilayah Indonesia tidak lagi didominasi dari arah tenggara hingga selatan tetapi cenderung dari arah timur.

Diprakirakan, pada 23 September 2019 daerah tekanan rendah di Teluk Benggala tersebut mengalami penguatan.

Perubahan atmosfer tersebut terjadi karena adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan hal ini akan mengakibatkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan.

Sebagian besar wilayahnya diprakirakan mengalami konvergensi tersebut memanjang dari pulau Kalimantan dan Sumatera, seperti di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kep. Riau, Riau, Jambi, dan Bangka Belitung.

Tidak hanya itu, atmosfer skala lokal juga menunjukkan kondisi yang cukup mendukung untuk terbentuknya awan hujan.

"Indeks labilitas atmosfer di sebagian besar wilayah Kalimantan dan Sumatera mengindikasikan kondisi atmosfer yang cukup mendukung untuk terbentuknya awan hujan dalam sepekan ke depan," ujarnya.

BMKG memprakirakan dalam sepekan ke depan hujan dengan intensitas lebat berpotensi terjadi di beberapa wilayah sebagai berikut ini:

Periode 23-26 September 2019 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Kep.

Bangka Belitung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Maluku Utara Papua Barat Papua

Periode 27-30 September 2019 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Kep. Bangka Belitung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua.

Pagi hari ini turun hujan deras di Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa (24/9/2019), ibaratnya menyudahi musim kemarau. 

Pengamatan Tribunkaltim.co, momen hari ini turun hujan deras di Balikpapan ini terjadi di daerah Pesona Bukti Batuah Balikpapan, Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Guyuran hujan yang membasahi tanah Balikpapan mendapat respon warga yang bermukim di daerah ini.

Satu di antaranya, Wiwin (35), begitu hari ini turun hujan deras di Balikpapan, pria yang sehari-hari bekerja sebagai security di sebuah hotel berbintang ini langsung bertindak.

Kala itu Wiwin langsung menyiapkan drum besar plastik yang sudah disimpan di dalam rumahnya.

Ternyata drum itu digunakan untuk menampung curahan turun hujan deras di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Selama ini, hampir sebulan di daerah permukiman Wiwin mengalami musim kemarau, sama sekali tidak merasakan siraman turun hujan deras di Balikpapan.

Kontan dengan kondisi kemarau membuat dirinya kesulitan mendapatkan air bersih, aliran air PDAM tidak mengalir sampai ke rumah-rumah.

Terpaksa saban hari harus mengandalkan air bersih yang dibeli secara eceran, membeli ke para tukang jualan air tandon dengan tarif Rp 80 ribu per tandon.

“Alhamdulillah turun hujan pagi ini, deras sekali, saatnya tampung air, dapat air gratis,” ujar Wiwin kepada Tribunkaltim.co

Pantauan Tribunkaltim.co, hujan deras di Balikpapan daerah Pesona Bukit Batuah Kelurahan Batu Ampar berlangsung sekitar pukul 06.30 Wita.

Namun hujan tersebut tidak berlangsung lama sampai satu jam, sekitar 25 menit lebih.

Yang tadinya hujan deras langsung berkurang intensitasnya, hanya turun rintik hujan halus dengan kondisi awan langit masih mendung menghitam.

Di tempat terpisah, warga Balikpapan Barat dan Utara, seperti diketahui beberapa warga Perumnas dan Kampung Baru saat musim kemarau tidak mendapatkan aliran air bersih dari PDAM.

"Alhamdulillah, Balikpapan hari ini diguyur hujan lagi, bisa langsung tampung air, sebab sudah beberapa hari kami beli air tandon dengan harga 100 ribu pertandon," kata Dani warga RT 27 Kelurahan Baru Ulu, Kampung Baru, Kecamatan Balikpapan Barat.

Saat itu, krisis air di Balikpapan menggurita ke warga Kampung Baru.

Warga keluhkan pasokan air bersih dari  PDAM sudah lima hari tidak mengalir

Krisis air dialami warga Kampung Baru, Kecamatan Balikpapan Barat, Kalimantan Timur.

Sudah lima hari air PDAM tak kunjung mengalir di kawasan tersebut.

Warga pun terpaksa membeli air isi ulang atau air tandon dengan harga yang lebih mahal dari air PDAM.

Untuk mendapatkan air tandon pun warga harus mengalami kesusahan lantaran harus antre lebih dahulu, atau dengan cara memesan air tangki sehari sebelumnya.

"Sudah mati air di Kampung Baru, sudah lima hari, mau beli aja susah," kata Aminah warga Kampung Baru Ujung, Balikpapan Barat, Rabu (18/9/2019).

Aminah pun menceritakan keluhannya harus membeli air tangki atau air tandon di kawasan Gunung Sari.

"Satu tangki harganya Rp 300.000 dengan kapasitas 3.000 liter air," katanya kepada Tribunkaltim.co

 Bukit Batuah Balikpapan Terhalang Kabut Asap, Kualitas Udara Dinilai Buruk Hentikan Bakar Sampah

Dia pun menyampaikan, bagi warga yang tak sanggup membeli 3.000 liter, bisa membeli dengan kapasitas tandon dengan harga Rp 100.000 per tandon.

Seperti kita ketahui hampir dua bulan lebih Kota Balikpapan tak turun hujan, pertanda sudah memasuki musim kemarau.

Seperti biasanya, di saat musim kemarau kota Balikpapan mengalami kekurangan air baku atau air bersih.

Dari informasi yang diterima Tribun Kaltim, debit tampungan air baku semakin menipis, yang awalnya hanya bertahan selama enam bulan, kini hanya sampai tiga bulan ke depan.

Kota Balikpapan hanya memiliki tampungan air baku yakni Waduk Manggar yang berada di Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara ini merupakan tampungan air tadah hujan.

 Dihiasi Kabut Asap Disusul Turun Rintik Hujan Warga Bukit Batuah Balikpapan Ibaratkan Rezeki Nomplok

 Hujan Deras, Jalanan Perumahan Jokowi Pesona Bukit Batuah Berlumpur dan Sulit Dilewati

Debit Waduk Manggar pada tanggal 17 September 2019 kini berada pada level 9 meter.

Mengutip dari bmkg.go.id, ada prakiraan cuaca dari BMKG Balikpapan disebutkan peringatan dini cuaca di  Kalimantan Timur untuk 24 September 2019 pukul 06:40 Wita berpotensi terjadi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir.

Dan angin kencang pada pukul 07.00 Wita di Balikpapan Utara, Balikpapan Barat, Samboja, dan dapat meluas ke seluruh wilayah Kota Balikpapan.

Juga wilayah Penajam, Waru, Loa Janan, Loa Kulu, Muara Jawa, dan sekitarnya. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga pukul 08:30 Wita.

Berpotensi terjadi genangan air di wilayah Balikpapan Timur dan Balikpapan Selatan.

Sebelumnya, Rizal Effendi Walikota Balikpapan mengatakan, selain antisipasi kebakaran lahan, juga berhemat air bersih, karena cukup bahaya di saat musim kemarau.

"Setiap hari debit air di Waduk Manggar berkurang, selain digunakan setiap hari, karena tidak aja hujan," kata Rizal.

 Peringatan Dini BMKG untuk Kaltim: Inilah Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat Disertai Kilat/Petir

 Hujan Turun, Kabut Asap Berkurang, Warga Kabupaten Berau Suka Cita Ikut Car Free Day

 Bukit Batuah Balikpapan Tertutup Kabut Asap, BMKG Sebut Kiriman Kebakaran Hutan dari 4 Wilayah Ini

Untuk debit levelnya masih berada dilevel 9 meter, diperkirakan bertahan sampai tiga bulan kedepan.

"Walau tidak ada hujan insyaAllah bertahan sampai tiga bulan ke depan. Antisipasinya agar tidak terjadi kekurangan air bersih diimbau warga untuk menghemat air dan tidak boros menggunakan air," kata Rizal Effendi Walikota Balikpapan.

Rizal menyebutkan, karena memasuki musim kemaru persiapan-persiapan harus dilakukan, sehingga tidak kekurangan air.

"Karena kita mempunyai pengalaman terkait krisis air. Permintaan air tandon meningkat seperti biasa saat musim kemaru," kata Rizal. 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sumatera dan Kalimantan Berpotensi Diguyur Hujan Sepekan ke Depan." 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved