BEM se-Indonesia Janji Turun Lagi Saat Sidang Paripurna Terakhir DPR RI 2014-2019, Ini Targetnya
BEM seluruh Indonesia bakal kembali unjuk rasa di depan Gedung DPR tuntut RKHUP tak disahkan dan Perppu mencabut UU KPK
TRIBUNKALTIM.CO - BEM seluruh Indonesia Janji Turun Lagi Saat Sidang Paripurna Terakhir DPR RI Periode 2014-2019, Ini Targetnya.
Dilansir dari Kompas.com, Presiden Mahasiswa Trisakti, Dinno Ardiansyah mengatakan, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM seluruh Indonesia akan melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR Senin (30/9/2019).
"Memang, ini lagi proses konsolidasi untuk kawan-kawan BEM aliansi mahasiswa seluruh Indonesia kita lagi proses konsolidasi untuk tanggal 30 akan seperti apa.
• Nasib Dicky, Mahasiswa yang Terlindas Kendaraan Taktis Polisi Saat Unjuk Rasa, Bolak Balik Operasi
• Jansen Sitindaon Bandingkan Cara Jokowi dan SBY Hadapi Unjuk Rasa Mahasiswa, Bawa-bawa Kerbau
• Unjuk Rasa Mahasiswa Ricuh Perusakan Gedung DPRD Sumbar, Polisi Tetapkan 3 Tersangka Usia 19 Tahun
Apakah turun aksi ke DPR atau ada cara lainnya," kata Dinno saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/9/2019).
Dinno mengatakan, aksi demo tersebut bertepatan dengan rapat paripurna terakhir anggota DPR periode ini.
Untuk itu, pihaknya akan mengawal dan tetap menyampaikan penolakan terhadap RKHUP dan UU KPK.
"Tuntutan kami sama kayak kemarin iya, kita menolak RUU bermasalah dan kita tetap menolak UU KPK yang telah disahkan," ujarnya.
Dinno berharap, aksi demo di depan Gedung DPR itu nantinya dapat memberikan tekanan psikologi bagi pemerintah dan DPR agar segera mengambil keputusan Perppu mencabut UU KPK.
"Mungkin dengan kita turun ke jalan lagi itu akan menjadi suatu tekanan psikologi untuk pemerintah untuk segera mengambil keputusan apakah Perppu akan segera diputuskan atau tidak," pungkasnya.
Bandingkan Cara Jokowi dan SBY Hadapi Unjuk Rasa
Jansen Sitindaon Bandingkan Cara Jokowi dan SBY Hadapi Unjuk Rasa Mahasiswa, Bawa-bawa Sapi.
Dilansir dari Tribun Medan, Politisi Partai Demokrat, Jansen Sitindaon membandingkan cara rezim Presiden Joko Widodo atau Presiden Jokowi dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau Presiden SBY menyikapi unjuk rasa mahasiswa.
Kedua rezim dalam pemerintahan Indonesia itu sangat berbeda jauh dalam menyikapi unjuk rasa mahasiswa yang menyuarakan aspirasi rakyat.
• Unjuk Rasa Mahasiswa Ricuh Perusakan Gedung DPRD Sumbar, Polisi Tetapkan 3 Tersangka Usia 19 Tahun
• Membaca Gerakan Kaum Muda Milenial, Lewat Unjuk Rasa, Mahasiswa Telah Tinggalkan Zona Nyaman
• Massa Mujahid 212 Gelar Unjuk Rasa Menuju Istana Negara, Usung Isu Indonesia Damai, Selamatkan NKRI
Melalui akun twitternya Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon bandingkan cara rezim Jokowi dan rezim SBY sikapi demo mahasiswa.
Jansen Sitindaon mengemukan komentar itu terkait sikap polisi yang menahan mahasiswa di Sumatera Barat hanya karena menurunkan foto Presiden Joko Widodo.
"Maaf saya juga harus ngomong keras menyikapi ini: Presiden @SBYudhoyono saja yang dibawa kerbau bahkan fotonya sampai ditempelkan dipantat kerbau tidak menyeret orang ke penjara," ujar Jansen Sitindaon.
Jansen Sitindaon mengatakan, demokrasi memang membisingkan dan memunculkan beragam sikap masyarakat.
Tetapi, siapa pun yang menjadi pemimpin harus siap menghadapi situasi alam demokrasi seperti itu.
"Demokrasi memang bising jika tdk siap jangan memimpin!" ujar Jansen Sitindaon.
JANSEN SITINDAON @jansen_jsp: Aduhhh.. kok jadi keras begini ya?
Maaf saya jg harus ngomong keras menyikapi ini: Presiden @SBYudhoyono saja yg dibawa kerbau bahkan fotonya sampai ditempelkan dipantat kerbau tidak menyeret orang ke penjara.
Demokrasi memang bising jika tdk siap jangan memimpin!
.
Mahasiswa Sumbar Ditahan
Seorang mahasiswa asal Sumatera Barat ditangkap polisi dan dijadikan tersangka setelah menurunkan foto Presiden Joko Widodo saat demo yang diikuti ribuan mahasiwa pada Rabu (25/9/2019).
Peristiwa itu berawal saat para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Sumatera Barat mengepung Kantor Gubernur Sumbar, Selasa (24/9/2019).
Hari itu bertepatan dengan Hari Tani Nasional.
Seperti diberitakan Kompas.com, para mahasiswa berasal dari luar daerah seperti Bukitinggi, Payakumbuh, Dharmasraya, dan lainnya.
Dalam orasinya, mahasiswa ingin pemerintah serius menangani persoalan-persoalan seperti kebakaran hutan dan lahan.
Mahasiswa juga menuntut kesejahteraan petani.
"Lahan dan hutan terbakar, kabut asap semakin parah, kami minta Gubernur Sumbar melakukan langkah konkret," kata Indra Kurniawan salah satu mahasiswa yang berorasi di depan Kantor Gubernur Sumbar.
Para demonstran bertahan hingga Selasa sore.
Demo pun dilanjutkan keesokan harinya.
Rabu (25/9/2019), setelah berorasi selama 3,5 jam, ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPRD Sumatera Barat sekitar pukul 14.30 WIB.
Di hari yang sama, mereka memaksa DPRD Sumbar mengirim surat tuntutan ke Presiden Jokowi dan DPR RI.
Tuntutan mereka agar Undang-Undang KPK dibatalkan. Mereka juga menuntut pembatalan RKHUP, RUU pertanahan dan sejumlah revisi undang-undang lainnya yang dianggap bermasalah.
Mahasiswa juga mendesak DPRD Sumbar agar ikut bersama mahasiswa menandatangani tuntutan yang dikirim ke Jakarta.
Wakil Ketua sementara DPRD Sumbar Irsyad Syafar bersama sejumlah anggota DPRD menyetujui hal tersebut.
Setelah diketik dan ditandatangani di bawah materai, surat tuntutan itu kemudian langsung di antar ke kantor pos oleh anggota DPRD Sumbar Afrizal yang diiringi sejumlah mahasiswa.
"DPRD Sumbar mendengarkan aspirasi mahasiswa. Keinginan mereka, surat ditandatangani dan dikirim langsung ke Presiden dan DPR RI kita penuhi," kata Irsyad.
Demo terus berjalan.
Sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya, para mahahasiswa masuk ke gedung dewan dan menerobos barisan polisi.
Hingga Rabu sore, mahasiwa masih berdatangan. Mereka berasal dari berbagai kampus di Sumatera Barat. Para demonstran berhasil menduduki gedung dewan. (*)