Pailan di Balikpapan Dituduh Terlibat dalam G30S/PKI, Ditodong Senjata Api dan tak Dapat Gaji Lagi

Bertelanjang dada dan mengenakan celana pendek hitam, Aloysius Pailan (78), duduk bersantai di pelataran depan rumahnya yang berwarna biru.

Penulis: Ilo |
Tribunkaltim.co/Budi Susilo
Pailan, korban politik era tahun 1965 dan jadi tahanan politik gejolak G30S/PKI di Balikpapan, Kalimantan Timur. 

Kronologis Muradi ditangkap awalnya sepulang dari dinas dan ingin pulang ke asrama tentara tiba-tiba ada rekan tentara yang lainnya datang menghampiri.

"Saya sudah tiba di asrama. Buka sepatu, lalu datang teman saya.

Di bilang saya dipanggil sama komandan," ungkapnya.

Petunjuk tersebut Muradi layani.

Pergi kekomandannya, menghadap langsung pada hari itu juga.

Setiba di lokasi diintogerasi, langsung mengarah kalau dirinya terlibat pada kegiatan politik di Pemuda Rakyat.

"Tidak tahu apa-apa soal Pemuda Rakyat," tuturnya.

Muradi mengaku, tidak bergabung di Pemuda Rakyat namun hanya mengenal orang-orang Pemuda Rakyat.

Karena pada saat itu dirinya pernah ditugaskan untuk menjaga tapol yang sudah ditangkap.

Yang kebanyakan adalah warga sipil yang tergabung dalam Pemuda Rakyat.

Pada rentang waktu tahun 1965 sampai 1969, Muardi masih tentara.

Pria kelahiran Nganjuk ini pernah berjaga, ditugaskan untuk mengamankan orang-orang tahanan PKI di Pelengkung.

"Setiap apel kenal saja. Saya kenal orang-orang PKI dari tahanan waktu jam menjaga," katanya.

"Kenal bukan dari bergabung di Pemuda Rakyat," katanya.

Atas tuduhan berfusi dalam Pemuda Rakyat, Muradi dijebloskan kepenjara tanpa melalui proses pengadilan.

Momen ini terjadi sekitar tahun 1970. Tuduhan yang dialamatkan ke dirinya membuat Muradi murung, sakit hati.

Muradi merasa difitnah, selama dirinya menjadi tentara tidakpernah masuk ke dunia politik praktis.

"Ditodong senjata. Saya disuruh melepas semua seragam tentara saya," ujarnya.

"Disuruh angkat tangan lalu masuk ke sel penjara," tutur Muradi yang lahir pada 6 Maret 1942 ini.

Anehnya, selama di penjara Muradi tidak pernah mendapat kabarakan disidangkan di pengadilan militer.

Perlakuan Muradi di penjara sebaliknya, dianggap seperti bukan manusia.

Nah, Muradi mendapat siksaan fisik yang pedih.

Tubuhnya yang masih muda, waktu itu sering mendapat bogeman mentah, dituduh Pemuda Rakyat.

"Awalnya saya dikasih makan. Sudah selesai makan dihantam sana sini. Badan disiksa," ujarnya.

Paling menyedihkan lagi, Muradi pernah diborgol bersama tahanan politik lainnya.

Pemborgolan Muradi berbarengan dengan tahanan lainnya.

Saat akan buang air kecil dan air besar, tidak dilepas harus sama-sama dengan kawan yang diborgol.

"Tangan saya diborgol. Sampai sakit pergelangan tangan saya," kata Muradi.

(Tribunkaltim.co/BudiSusilo)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved