Gerakan 30 September
Ramai Bahasan G30S/PKI, Berikut Perbedaan Sosialisme Leninisme Marxisme Komunisme dan PKI
Di warung kopi, aksi demo, hingga di kantor-kantor pemerintahan, selalu ada orang yang mengingatkan bahayanya "disusupi PKI".
Jadi, komunisme adalah gabungan Marxisme dan Leninisme.
Di bawah Lenin, komunisme menjadi gerakan politik dan ideologi internasional.
Kemenangan komunisme di Rusia, mendorong revolusi komunisme di negara lain. Ada Mao Tse Tung di Cina yang memimpin Partai Komunis Cina dan mendirikan Republik Rakyat Cina pada 1 Oktober 1949.
Sebagai sebuah ideologi dan gerakan, komunisme naik daun dengan kisah sukses Uni Soviet dan China.
Pada pertengahan abad 20, Uni Soviet menjadi kekuatan besar yang berhadap-hadapan dengan Amerika Serikat.
Nah, Partai Komunis Indonesia atau PKI merupakan bagian dari jejaring ideologi internasional yang berbasis di Uni Soviet bentukan Lenin.
Ini Partai Komunis Indonesia Di Indonesia, gerakan komunisme diwadahi Partai Komunis Indonesia. Dikutip dari pidato DN Aidit pada ulang tahun ke-35 PKI, 23 Mei 1955, PKI berdiri karena terinspirasi Revolusi Oktober 1917.
Namun sebelum meletusnya Revolusi Oktober, nafas sosialisme sudah terasa dengan lahirnya serikat-serikat buruh yang melawan kolonialisme.
Bulan Mei 1914 di Semarang berdiri ISDV, organisasi politik bentukan revolusioner Indonesia dan Belanda yang bertujuan menyebarkan Marxisme di kalangan kaum buruh dan rakyat Indonesia.
"ISDV inilah yang pada tanggal 23 Mei 1920 melebur diri menjadi PKI," ujar Aidit dalam pidatonya. I
Jika di Eropa komunisme adalah perjuangan para buruh kasar melawan tuan-tuannya, di Indonesia komunisme diperjuangkan oleh buruh tani untuk menumbangkan kolonialisme Belanda.
Pengaruh PKI meluas di Jawa dan Sumatra. Sayangnya, di internal sendiri, partai nasional itu pecah menjadi faksi-faksi. Hingga pada 1926, PKI berusaha melancarkan revolusinya.
Kader dan simpatisannya memberontak terhadap pemerintah kolonial. Ribuan ditangkap dan diasingkan.
Pemerintah kolonial menyatakan PKI terlarang.
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, PKI yang tadinya bertahan di bawah tanah, muncul ke permukaan.
Kendati demikian, pada 1948, PKI kembali bergejolak.
Dalam bukunya Madiun 1948: PKI Bergerak (2011), Harry Poeze menuturkan eks pimpinan PKI Munawar Musso kembali ke Indonesia pada 1948. Ia kabur ke Uni Soviet setelah pemberontakan PKI pada 1926.
Sekembalinya dari Soviet, Musso bertemu dengan Presiden Soekarno pada 13 Agustus 1948 di Yogyakarta.
Di akhir pertemuannya, Soekarno meminta agar Musso "...membantu memperkuat negara dan melancarkan revolusi.”
Musso menjawab, “Itu memang kewajiban saya. Saya datang ke sini untuk menciptakan ketertiban.”
Sejarah mencatat, Musso berada di antara pergolakan politik kala itu, sekaligus cita-citanya memimpin revolusi seperti di Soviet.
Maka, pada September 1948, konflik pecah antara PKI di bawah Musso dengan tentara. Musso berhasil dipatahkan. Namun peristiwa itu tak mematikan PKI.
Di bawah Aidit, PKI dikelola secara profesional. Aidit dan Soekarno bergandengan mesra dengan sikap anti-imperialisme dan anti-Barat.
PKI memperoleh legalitasnya kembali pada 1950, dan meraih posisi keempat dalam Pemilu 1955.
Di saat partai-partai lain berebut panggung politik, PKI berkeliling ke desa-desa dan memperkuat basis dukungan mereka.
Sayangnya, PKI tak lama berjaya. Partai itu hancur setelah peristiwa G30S.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seputar G30S/ PKI (2): Apa Sih Bedanya PKI, Sosialisme, Komunisme, Marxisme, dan Leninisme?."