Dosen IPB Ungkap Awal Rencana Kerusuhan, Anggap Negara Sedang Runyam dan Butuh Shock Therapy

AB (44), dosen IPB yang kini dinonaktifkan membeberkan awal mula tuduhan soal rencana membuat rusuh di tengah Aksi Mujahid 212 beberapa waktu lalu.

Editor: Doan Pardede
(KOMPAS.COM/RAMDHAN TRIYADI BEMPAH)
Kediaman rumah Abdul Basith di Perumahan Pakuan Regency, Cluster Linggabuana, Dramaga, Bogor, Jawa Barat, nampak sepi, Senin (30/9/2019). Basith ditangkap Densus 88 atas dugaan menginisiasi dan menggerakkan pembuatan bom molotov untuk aksi Mujahid 212 

TRIBUNKALTIM.CO - AB (44), dosen IPB yang kini dinonaktifkan membeberkan awal mula tuduhan soal rencana membuat rusuh di tengah Aksi Mujahid 212 beberapa waktu lalu.

Untuk diketahui, di rumah AB di kawasan Bogor, polisi menemukan 29 bom ikan berdaya ledak tinggi.

Bom itu diduga untuk diledakan di tengah demonstrasi penolakan UU KPK dan RKUHP.

Bom Milik Dosen IPB Direncanakan Diledakan di Pusat Perbelanjaan, Ingin Batalkan Pelantikan Jokowi

Ditangkap Bersama Dosen IPB, Sony Santoso Ternyata Pengajar Tamu di Sejumlah Kampus di Medan

Bom yang Diamankan dari Dosen IPB Punya Daya Hancur Tinggi, Akibatnya Bisa Fatal Bila Meledak

Ini Sebabnya Dosen IPB Abdul Basith Tak Langsung Dipecat dari PNS, Hanya Diberhentikan Sementara

Kepada Kompas, AB (44), menegaskan nasibnya kini dalam bahasa Jawa ibarat ketiban awu anget atau tertimpa kemalangan.

Pasalnya, empat orang nelayan yang ternyata membawa bom ikan menginap di rumahnya.

Awalnya, dia hendak mengusir mereka.

Namun, rasa segan menghinggapi.

”Kalau saya tidak izinkan (para pembuat bom menginap), saya tidak terseret. Tapi sudah lewat, kalau saya pikirkan, malah saya sakit. Andaikan bisa diputar ulang, jangan di rumah saya, tapi tidak bisa diputar ulang,” ucap AB.

Terlepas dari kemalangan nasibnya yang kini disebut polisi berperan menyimpan bom ikan, AB menuturkan bahwa rencana membuat kerusuhan itu awalnya tercetus dari sebuah pertemuan.

Pertemuan dilakukan di rumah seorang tokoh di Ciputat, Tangerang Selatan.

Dalam pertemuan itu, seluruh peserta sepemahaman bahwa negara ini sudah runyam.

Kerunyaman itu, menurut AB, antara lain serbuan tenaga kerja asing untuk mengerjakan pekerjaan kasar.

Maka, dia menganggap perlu ada tindakan untuk mengusik para pembuat kerunyaman itu.

Tak hanya itu, masalah logo Bank Indonesia (BI) di uang kertas yang mirip lambang palu arit juga jadi persoalan yang melatari aksi ini.

AB lalu meminjam selembar uang kertas Rp 50.000, kertas kosong, dan pena kemudian menjelaskan tentang logo palu arit tersebut sambil membuat sketsa.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved