Pujian Rizal Ramli untuk Nadiem Makarim Diamini Ali Ngabalin, tapi Ancam jika Larang Rocky Gerung

Pujian Rizal Ramli untuk Nadiem Makarim diamini Ali Ngabalin, tapi ia mengancam akan bersikap begini jika Nadiem Makarim larang Rocky Gerung

Editor: Syaiful Syafar
Kolase Tribunnews & Kompas.com
Pujian Rizal Ramli untuk Nadiem Makarim Diamini Ali Ngabalin, tapi Ancam jika Larang Rocky Gerung 

Pujian Rizal Ramli untuk Nadiem Makarim Diamini Ali Ngabalin, tapi Ancam jika Larang Rocky Gerung

TRIBUNKALTIM.CO - Pujian datang dari mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli untuk Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi Nadiem Makarim.

Pujian Rizal Ramli untuk Nadiem Makarim itu bahkan sampai diamini oleh mantan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Ali Ngabalin.

Meski begitu, Rizal Ramli juga mengancam jika Nadiem Makarim ikut-ikutan melarang Rocky Gerung dan tokoh lainnya untuk bicara di kampus-kampus.

Tahi Lalat Gisella Anastasia dan Wanita Pemeran Video Syur Disorot, Kekasih Wijin Diminta Buktikan

Tito Karnavian Kini Mendagri dan Tak Lagi Kapolri, Ini Kata KPK Soal Penuntasan Kasus Novel Baswedan

Nadiem Makarim jadi Menteri Kabinet Jokowi, Bandingkan Gaji Mendikbud dan CEO Gojek, Segini Besarnya

Pernyataan ini terlontar di acara Kupas Tuntas yang tayang di CNN Indonesia.

Dilansir TribunnewsBogor.com dari YouTube CNN Indonesia, Rocky Gerung awalnya cerita kalau ia dilarang memberikan kuliah di sebuah kampus.

"Mustinya tadi siang saya memberikan kuliah umum tentang filsafat dan peradaban yang sudah direncanakan. Pagi-pagi rektor nggak kasih izin, digembok ruangannya itu," ujarnya di awal.

Untuk itu, Rocky Gerung menilai bahwa selama lima tahun dua hari ini, ia melihat demokrasi di Indonesia semakin turun.

"Baru zaman Jokowi kebebasan akademis itu hilang, itu poinnya," kata Rocky Gerung.

Penjelasan Rocky Gerung itu pun ditanggapi oleh mantan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Ali Ngabalin.

"Karena Rocky yang datang makanya gedungnya begitu (digembok), karena Rocky datang untuk apa? Untuk memprovokasi orang melakukan kejahatan," kata Ali Ngabalin.

"Nah ini pikirannya begitu," timpal Rocky Gerung lagi.

"Ya karena narasi diksi yang selalu dipakainya kayak gitu, kerjanya adalah nyinyir, kerjanya adalah mencaci maki orang, begitu," ujar Ali Ngabalin lagi.

Rocky Gerung pun tampak heran dengan pernyataan tersebut karena yang mengundangnya adalah pihak universitas.

"Yang ngundang itu universitas," kata Rocky Gerung mencoba menjelaskan.

"Ini pembelajaran bagi orang pak, tapi kalau Rocky bukan pembelajaran, Anda tidak pernah menggambarkan memberikan pelajaran kepada orang," kata Ali Ngabalin lagi dengan nada tak kalah tinggi.

Biodata Suami Angela Tanoesoedibjo, Menantu Hary Tanoesoedibjo, Latar belakangnya tak Main-main

Naik pitam, Rocky Gerung pun menjelaskan untuk apa dirinya diundang.

"Bagaimana mungkin ratusan universitas mengundang saya hanya untuk memprovokasi, go*lok betul universitasnya itu? Kalau Anda yang diundang di situ sangat mungkin," ujarnya sinis.

"Bukan Rocky, tapi buktinya kenapa? Kenapa kampus menolak Anda?," tanya Ali Ngabalin.

"Baru sekarang," kata Rocky Gerung heran.

"Kenapa kampus menolak Anda?," tanya Ali Ngabalin lagi.

"Apa sebabnya?," tanya balik Rocky Gerung.

"Karena dia tahu, kalau Rocky datang pasti membawa musibah dan malapetaka," ujar Ali Ngabalin.

"Yang ngundang kampus!," tegas Rocky Gerung.

Perdebatan itu pun disambut tepuk tangan oleh para penonton, kemudian Rocky Gerung dan Ali Ngabalin pun tertawa.

Berusaha menengahi keduanya yang sedang beradu pendapat, Rizal Ramli justru menyambut baik adanya Nadiem Makarim di jajaran kabinet.

Sebelumnya, ia menceritakan perjuangannya untuk menegakkan demokrasi di Indonesia.

"Saya dari tahun 78 dipenjara, 1,5 tahun karena menulis buku kalau Indonesia sistemnya otoriter, merugikan rakyat, buku kecil itu diterjemahkan ke 9 bahasa saat saya masih 22 tahun. Esensinya adalah perjuangan demokrasi itu berbagai generasi, terakhir 98, yang membuat sistem demokrasi itu adalah Pak Habibie. Tapi belakangan sehabis Mega, SBY lumayan tidak ada yang ditangkap," jelasnya.

Agus Harimurti Yudhoyono/AHY tak jadi Wamen, Bagaimana Sikap Partai Demokrat Pimpinan SBY ke Jokowi

Kemudian kembai ke soal kabinet Jokowi-Maruf Amin, menteri yang paling baik dan pas menurutnya adalah Nadiem Makarim.

"Saya senang sekali pilihan Pak Jokowi paling baik adalah Nadiem Makarim, bosnya gojek, karena dia out off the box, biasa membenarkan sistem, bikin sistem, bikin proses data," ujarnya.

Rizal Ramli pun optimis pendidikan akan lebih baik lagi di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim.

"Nah kalau dia lakukan itu sebagai Mendikbud, dia beresin sistemnya, lebih transparan dan lebih terbuka, insyaAllah dunia pendidikan di Indonesia akan berubah," ungkapnya.

"Aamiin Aamiin," kata Ali Ngabalin.

Alasan Cukup Serius, Mantan Ketua KPK Sebut Menteri-menteri Jokowi Tak Pas, Satunya Nadiem Makarim

Namun, ia mengingatkan Nadiem Makarim untuk tidak ikut-ikutan melarang kebebasan berpendapat di dunia pendidikan.

"Nah itu kontribusi positif, tapi kalau Nadiem juga ikut-ikut melarang Rocky atau siapapun, Ngabalin, atau siapa, wah sorry, saya terpaksa saya nggak simpati lagi sama Nadiem," tegasnya.

"Dia kan dari keluarga sangat terbuka, relatif akademik, mulailah kita dengan tradisi beda pendapat, itu biasa banget, apalagi di dunia universitas," tambahnya.

Simak videonya di menit 55:

Alasan Jokowi

Dipihnya Nadiem Makarim sebagai Mendikbud Dikti di Kabinet Indonesia Maju mengejutkan banyak pihak.

Pasalnya, bos Gojek itu sebelumnya sama sekali tak diperhitungkan ditunjuk Jokowi mengangani bidang pendidikan dalam kabinet.

Presiden Joko Widodo melihat sosok Nadiem Makarim dapat membuat sebuah terobosan yang besar di dunia pendidikan.

Awalnya, Jokowi menjelaskan, ada 300 ribuan sekolah dari tingkatan Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) tersebar diribuan pulau di Indonesia, dengan jumlah sekitar 50 juta pelajar.

"Bayangkan mengelola sekolah, mengelola pelajar, menajamen guru yang sebanyak itu dan dituntut oleh sebuah standar yang sama," ucap Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019).

Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Maruf Amin
Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Maruf Amin (Tribunnews.com/Irwan Rismawan)

Namun, setelah masuknya teknologi, Jokowi berharap akses ke pendidikan semakin mudah dan Kemendikbud dapat membuat sebuah lompatan besar, yang dulunya dirasa tidak mungkin menjadi mungkin.

"Oleh sebab itu kenapa dipilih mas Nadiem Makarim, beliau sudah bercerita pada saya apa yang akan dikerjakan," kata Jokowi.

"Sehingga kita harapkan lompatan kualitas sumber daya manusia nanti betul-betul bisa terjadi. Ada peluang besar, ada terobosan untuk melakukan itu," sambung Jokowi.

Reaksi Nadiem Makarim

Nadiem Makarim memilih untuk mengawali pekerjaan besar dengan cara mendengarkan.

Pria kelahiran Singapura, 4 Juli 1984 itu memilih untuk lebih banyak berbicara dengan para pakar pendidikan.

Selama 100 hari pertama, Nadiem Makarim akan belajar seperti layaknya seorang murid.

Sebagai langkah pertama, alumnus Harvard Business School Brown University itu tidak ingin memberikan solusi terhadap dunia pendidikan Indonesia.

Dia ingin mempelajari dunia pendidikan lalu memahami kondisi di lapangan.

Ini termasuk kondisi murid, guru, birokrasi dan administrasi.

Nadiem Makarim
Nadiem Makarim (IG @nadiemmakarimofficial)

Latar belakang Nadiem Makarim adalah dunia bisnis digital.

Bermodalkan pengalamannya tersebut, Nadiem Makarim memiliki visi untuk melibatkan teknologi ke dunia pendidikan Indonesia.

Bukan Orang Sembarangan, Inilah Sosok yang Ditunjuk Jokowi jadi Wakil Menhan Prabowo, Lulusan ITB

Wartawan Tribun Network Reza Deni Saputra sempat mewawancarai Nadiem Makarim secara singkat setelah acara pisah-sambut di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Mendikbud di Jakarta, Rabu (23/10/2019).

Berikut ini petikan wawancara dengan bos Gojek tersebut.

Sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, apa tantangan yang Anda dan kementerian ini hadapi ke depannya?

Tantangan ke depan itu terutama skalanya.

Kita punya sistem pendidikan terbesar keempat di dunia.

Tiga ratus ribu sekolah itu luar biasa.

Jumlah muridnya, jumlah gurunya, jumlah pemerintah daerahnya dan semuanya tersebar di archipelago terbesar kedua di dunia, yaitu Kepulauan Indonesia.

Jadi, challenge utamanya adalah skala.

Apa Kabar Fadli Zon? Nasib Setelah Gagal jadi Menteri dan Kursi Wakil Ketua DPR Diambil Sufmi Dasco

Tadi Anda bilang rencana 100 hari kerja Anda mau belajar lebih dulu. Kira-kira berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk belajar?

Cepat. Saya pasti cepat belajarnya.

Anda besar di dunia bisnis digital, kemudian ke pendidikan sebagai Menteri. Apakah hal yang Anda geluti dulu akan dibawa dan dimanfaatkan?

Sudah pasti peran teknologi akan ada di situ, tetapi dalam bentuk apa, kita belum pasti.

Hal yang terpenting adalah kita mulai bukan dengan aksi, tapi belajar terlebih dulu dengan semua stakeholder yang ada.

Bukan berarti ini memakan waktu lama, tapi step pertama adalah jangan selalu memberikan solusi terlebih dulu. Pertama harus seperti murid yang baik.

Belajar lebih dulu, mengetahui seperti apa kondisi lapangan, kondisi guru, kondisi murid serta kondisi birokrasi dan administrasi.

Dari situ baru kita menemukan solusi-solusi, baik teknologi maupun nonteknologi, yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Dalam jajak pendapat dengan DPR ada nilai serap di Kemendikbud yang kurang maksimal. Kira-kira bagaimana ke depannya?

Kalau soal itu saya belum bisa mengomentari karena belum saya dalami lebih lanjut, tapi tentunya optimalisasi bujet APBN itu penting sekali.

Kita harus memastikan semua rupiah yang kita keluarkan untuk negara ada benefit-nya, terutama di pendidikan.

Viral Dipuji Mirip Nike Ardilla, Sikap Kontestan Indonesian Idol ini Malah Tak Disuka Anang dan Maia

Soal kebudayaan, apakah Anda sudah punya rencana terobosan?

Saya belum bisa bilang terobosannya seperti apa, tapi yang jelas berhubung saya milenial dan background-nya teknologi, sudah pasti ada perubahan ke arah sana.

Saya belum bisa mention apa rencana yang saya lakukan. Hal yang sudah jelas adalah kita ingin fokus kepada manusia yang keluar dari sistem pendidikan ini seperti apa.

Satu, harus berkarakter, merupakan suatu sistem pendidikan berdasarkan kompetensi, bukan informasi saja. Kedua, harus relevansi.

Presiden selalu bilang link and match antara industri dan institusi pendidikan.

Skill-skill tersebut yang kita pelajari harus relevan.

Tentunya prinsip utamanya yaitu gotong-royong dan kolaborasi. Kita tidak bisa melakukan ini sendirian, harus ada gotong-royong.

Pusat dan daerah, orangtua, guru, murid, semua harus gotong-royong menciptakan institusi dan kualitas pendidikan yang lebih baik. (*)

Sumber: Tribun Bogor
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved