Wellcome to November Ini Peringatan Dini BMKG Cuaca Ekstrem Sampai Desember, Puting Beliung Hujan Es

Wellcome to November ini peringatan dini BMKG cuaca ekstrem sampai Desember, puting beliung hingga hujan es

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Kolase Tribun Kaltim
BMKG terbitkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk sejumlah daerah ini di Indonesia 

TRIBUNKALTIM.CO - Wellcome to November ini peringatan dini BMKG cuaca ekstrem sampai Desember, puting beliung hingga hujan es.

Sejumlah daerah di Indonesia akan terdampak cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi November hingga Desember mendatang.

Dilansir dari Kompas.com, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi puncak musim hujan terjadi pada Januari -Februari 2020.

Raffi Ahmad Ancam Penyebar Video Syur Mirip Nagita Slavina, Putri Mama Rieta, Juga Ungkit Gisel

Klarifikasi Raffi Ahmad Bongkar Beda Tubuh Nagita Slavina dan Artis Video Syur, Ibu Rafathar Tertawa

Sebelum Isu Video Syur Nagita Slavina, Ada Firasat Tak Enak Mama Amy ke Raffi Ahmad yang Mau Liburan

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin saat konferensi pers di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, Jakarta, Kamis (31/10/2019).

"Musim hujan 2019-2020 belangsung normal sesuai klimatoligisnya.

Puncak musim hujan terjadi pada Januari hingga Februari 2020," ucap Miming.

Ia mengatakan, pada dua bulan sebelum puncak musim hujan, cuaca ekstrem.

Hal-hal yang perlu diwaspadai di antaranya turunnya hujan lebat disertai petir, angin puting beliung, angin kencang, dan hujan es.

Miming juga mengatakan, pada November perlu diwaspadai terjadinya gelombang tinggi di Perairan barat Sumatera hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Perlu diwaspadai potensi cuaca ekstream mulai dari puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada periode transisi musim pada November-Desember 2019," ujar Miming.

"Potensi gelombang tinggi juga harus diwaspadai pada November saat ini.

Potensi gelombang tinggi selama bulan November 2019 perlu diwaspadai di wilayah Perairan barat Sumatera hingga selatan Bali - NTB," kata dia.

Gempa di Kampung Susi Pudjiastuti

Bencana gempa magnitudo 4,8 guncang kampung Susi Pudjiastuti, Pangandaran Jawa Barat, warga berlarian.

Kampung esk Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Pangandaran, Jawa Barat kembali diguncang gempa, Kamis (31/10/2019).

Diketahui, baru-baru ini Susi Pudjiastuti kembali ke Pangandaran setelah tak lagi masuk kabinet Indonesia Maju, Presiden Jokowi.

 Andre Rosiade, Anggota Prabowo Subianto Ungkap Sogokan Wasit PSSI Rp 10-50 Juta kepada Najwa Shihab

 Effendi Gazali Tunjukkan Contoh Hasil Didikan Nadiem Makarim, Juga Bandingkan Jokowi dengan Joker

 Menkopolhukam Mahfud MD Beber Radikalisme Abu Bakar al-Baghdadi Ada Dalam Bentuk Ini di Indonesia

Dilansir dari Tribun Jakarta, dari informasi yang dibagikan BMKG melalui akun Instagram, gempa bumi itu bermagnitudo 4,8.

Kejadian gempa mengguncang Pangandaran pada pukul 08.56 WIB.

Pusat gempat berada pada kedalaman 25 kilometer.

Gempa tersebut dirasakan di kawasan Pangandaran dan Cilacap.

"Info Gempa Mag:4.8, 31-Oct-19 08:56:12 WIB, Lok:8.23 LS - 108.25 BT (64 km BaratDaya KAB-PANGANDARAN-JABAR),

Kedlmn: 25 Km, dirasakan di Cilacap II MMI, Pangandaran II-III MMI ::BMKG."

Berdasarkan laporan yang diterima Tribunjabar.id, gempa tersebut guncangannya begitu kuat.

Hal ini seperti yang dirasakan warga Cijulang Pangandaran.

Warga bahkan sampai berlarian ke luar rumah akibat gucangan gempa Pangandaran.

Sebelumnya Gempa Juga Guncang Pangandaran

Gempa berkekuatan 5,2 magnitudo yang terjadi Jumat (21/6) pukul 17.27 sore berpusat di 92 km tenggara Pangandaran.

Kedalaman 10 km di koordinat 8.51 LS-108.69 sempat bikin kaget warga. Sejumlah warga Pangandaran memilih keluar rumah.

“Saya sempat kaget juga, begitu sampai di rumah barusan kok tetangga pada di luar rumah,
anak dan istriku juga di luar rumah.

Katanya barusan ada gempa. Jadi pada memilih keluar rumah,” ujar Koordinator Forum Tagana Kabupaten Pangandaran Nana “Nay” Suryana ketika dihubungi Tribun beberapa saat setelah terjadi guncangan gempa Jumat (21/6/2019) sore itu.

Menurut Nana “Nay” saat gempa terjadi ia sedang naik sepeda motor dalam perjalanan dari pantai menuju pulang ke rumahnya di Babakan Pangandaran.

“Waktu gempa tadi saya sedang naik motor mau pulang, jadi tidak merasakan getarannya.

Tapi begitu sampai di rumah, saya kaget sendiri kok pada di luar rumah.

Rupanya ada gempa.

Beruntung informasi dari BMKG cepat diterima dan disebar langsung ke berbagai lapisan masyarakat.

Warga nggak sampai panik, Cuma ada yang panik saja, memilih lari keluar rumah. Dan sekarang sudah reda dan aman,” katanya.

Menyusul getaran gempa 5,2 magnitudo yang berpusat di Tenggara Pangandaran tersebut menurut Nana “Nay” ia sudah meminta relawan Tagana yang sedang berada di pantai barat dan pantai timur Pangandaran maupun di pantai Batu Hiu dan pantai Batu Karaas untuk memantau kemungkinan adanya dampak gempa.

“Tapi sampai saat ini belum ada laporan dampak kerusakan, kondisi terutama di pantai aman dan kondusif.

Kebetulan hari Jumat sore ini kunjungan wisatawan tak begitu banyak,” ujar Nana.

Berbeda dengan kondisi saat terjadinya gempa 5,7 SR yang terjadi hari Minggu (9/6/2019) sekitar pukul 16.42 sore dua minggu lalu.

Saat itu kunjungan wisatawan masih cukup membeludak saat masih suasana liburan lebaran.

“Tadi kunjungan wisatawan tak begitu banyak, beda dengan saat gempa Minggu (9/6/2019) sore beberapa hari setelah lebaran,” katanya.

Pusat gempat 5,7 SR Minggu (9/6) pukul 16.42 lalu berada 88 km barat daya Cilacap di kedalaman 10 km, dan guncangan gempanya dirasakan cukup kuat di Pangandaran hingga ke Batu Karaas.

Sedangkan gempa 5,2 magnitudo yang terjadi Jumat (21/6) pukul 17.27 sore berpusat di 92 km tenggara Pangandaran kedalaman 10 km.

“Gempa tadi sore, pusat gempanya bergeser ke arah Pangandaran,” ujar Nana.

Dengan kedalaman sama yakni 10 km bawah permukaan laut dan kekuatan guncangannya tidak begitu jauh berbeda serta sama-sama tidak berpotensi tsunami. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved