Kabupaten Berau Masih Dihantui Tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Penyebabnya

Kabupaten Berau Masih Dihantui Tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Penyebabnya,

Editor: Mathias Masan Ola
Tribunkaltim.co, Geafry Necolsen
Penyuluhan kesehatan ibu dan anak di sebuah puskesmas, hingga pemeriksaan kandungan, diharapkan dapat memantau kondisi kesehatan ibu dan janin. 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau Masih Dihantui Tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Penyebabnya

DPRD Kabupaten Berau sempat menyoroti tingginya angka

kematian ibu melahirkan dan bayi.

Kabupaten Berau masih dihantui persoalan klasik ini. Hal ini sebagaimana yang dijumpai di Puskesmas

Merapun, yang pernah kehilangan tiga orang ibu akibat komplikasi dalam persalinan.

“Salah satu dari mereka melahirkan dengan kasus inversio uteri dimana sebagian atau seluruh organ

rahim ikut keluar ketika plasenta keluar. Bagian atas rahim menjadi terbalik mengarah ke bawah, bisa

mencapai mulut rahim, hingga keluar melalui jalan lahir akibat ditolong oleh dukun,” jelas dr Alex Pigai

yang bertugas di Puskesmas Merapun, Kampung Merapun, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi

Kalimantan Timur.

Ibu yang dirujuk dari sebuah kampung yang sangat jauh lokasinya dari Puskesmas ini, akhirnya meninggal

dunia karena kehabisan darah dan tidak dapat tertolong lagi. “Tindakan pemberian resusitasi cairan telah

dilakukan namun jika dibandingkan dengan darah yang begitu banyak keluar, seharusnya dilakukan

transfusi darah agar bisa menyelamatkan nyawanya,” imbuh dr Alex Pigai.

Alex Pigai, dokter yang bertugas di Puskesmas Merapun, Kampung Merapun, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur ini kerap menemukan kasus kematian ibu melahirkan. Mayoritas karena kasus pendarahan dan infeksi, serta jauhnya pusat layanan kesehatan dari permukiman penduduk.
Alex Pigai, dokter yang bertugas di Puskesmas Merapun, Kampung Merapun, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur ini kerap menemukan kasus kematian ibu melahirkan. Mayoritas karena kasus pendarahan dan infeksi, serta jauhnya pusat layanan kesehatan dari permukiman penduduk. (Dok Pribadi)


Alex Pigai menyoroti terbatasnya ruang gerak tenaga kesehatan untuk memperoleh bantuan darah yang

mendesak diperlukan di saat situasi genting semacam ini.

Alex Pigai merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 92 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved