Kabupaten Berau Masih Dihantui Tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Penyebabnya

Kabupaten Berau Masih Dihantui Tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Penyebabnya,

Editor: Mathias Masan Ola
Tribunkaltim.co, Geafry Necolsen
Penyuluhan kesehatan ibu dan anak di sebuah puskesmas, hingga pemeriksaan kandungan, diharapkan dapat memantau kondisi kesehatan ibu dan janin. 

Kalimantan.

Medannya sangat sulit karena membutuhkan 5-6 jam perjalanan menuju pusat rujukan RSUD dari

Puskesmas belum dari kampung kampung terjauh lainnya. Meski tersedia beberapa klinik yang dijalankan

oleh pihak swasta, namun ibu melahirkan hanya dapat dilayani di Puskesmas Merapun, karena klinik lain

yang ada belum memiliki tenaga yang kompeten.

Sementara itu, Puskesmas Merapun hanya memiliki ruang bersalin yang dapat menampung 2 ibu hamil

saja. “Ini yang kerap menyulitkan kami, manakala pasien yang datang bersalin dalam waktu bersamaan

lebih dari 2 ibu hamil,” ungkap Alex Pigai.

Peningkatan status Puskesmas Merapun agar siap Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED),

sangat diperlukan. Karena setiap bulannya mereka telah rutin melayani 4-5 kelahiran dengan berbagai

kasus.

Kasus Berau Cuma Puncak Gunung Es

Kasus dan tantangan yang dihadapi oleh Alex hanyalah satu dari tingginya angka kematian ibu di

Indonesia. Sejak evaluasi pencapaian Tujuan Pembangunan Millennium (Millennium Development

Goals/MDGs) di tahun 2015.

Saat itu kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia adalah 305 per 100.000 kelahiran, padahal

target yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102 per 100.000 kelahiran.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved