Hari Guru Nasional
Miris, 7 Kisah Guru di Tanah Air, Ada yang Digaji Rp 75 Ribu/Bulan Hingga Tinggal di Bekas Toilet
Hari ini 25 November tepat diperingati sebagai Hari Guru Nasional yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden No 78 Tahun 1994.Keberadaan guru
TRIBUNKALTIM.CO - Hari ini 25 November tepat diperingati sebagai Hari Guru Nasional yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden No 78 Tahun 1994.
Keberadaan guru mempunyai andil besar dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.
Namun miris, beberapa guru di tanah air masih belum bisa dikatakan sejahtera saat ini.
Kisah para guru di beberapa wilayah di Indonesia cukup beragam.
Berikut 7 kisah para guru di beberapa wilayah di Indonesia:
1. Guru pedalaman di Papua tulis surat terbuka

Diana Cristian Da Costa Ati (23), seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) menulis surat terbuka untuk Menteri Nadiem.
Dalam surat terbuka yang diunggah di lama facebooknya, Cristian bercerita bahwa gaji yang diterima Rp 3,8 juta habis untuk beli air dan minta tanah.
Diana mengajar di SD Inpres Kaibusene, Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Papua.
Harga minta tanah di wilayahnya Rp 50.000 per 5 liter dan bensin Rp 150.000 per 5 liter.
Sementara air mineral dibeli dengan harga Rp 100.000 per karton.
Kondisi medan yang berawa membuat mereka kesulitan mendapatkan air bersih.
Para guru di wilayah tersebut juga memilih mengambil gaji dua bulan sekali karena untuk menyewa perahu ke kota harganya sangat mahal.
"Biasa kita beli air mineral gelas perkartonnya Rp 100 ribu, biasa kita beli 10 dus untuk bertiga selama satu bulan.
Kalau pas jalan kaki itu kita bawa satu-satu karton, lalu kita sewa anak murid dua orang untuk bantu kita," kata Diana.