Di Mata Fadli Zon, Nyaris Tak Ada yang Baik di Era Jokowi, Yunarto Wijaya: Kecuali Dua Instansi Ini

Di mata Fadli Zon, nyaris tak ada yang baik di era Jokowi, Yunarto Wijaya: kecuali dua instansi ini

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Kolase Tribun Kaltim
Yunarto Wijaya dan Fadli Zon anak buah Prabowo Subianto 

TRIBUNKALTIM.CO - Di mata Fadli Zon, nyaris tak ada yang baik di era Jokowi, Yunarto Wijaya: kecuali dua instansi ini.

Fadli Zon, anggota DPR RI asal Gerindra, anggota Prabowo Subianto mengkritik pidato Mendikbud Nadiem Makarim yang justru mendapat pujian dari berbagai pihak.

Tanggapan Fadli Zon soal pidato Mendikbud Nadiem Makarim, eks Bos Gojek yang viral di Twitter ini mendapat respon berbagai kalangan, termasuk Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya.

Yunarto Wijaya mengomentari kritik dari Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Fadli Zon kepada Mendikbud Nadiem Makarim.

Menurut Yunarto Wijaya, di mata Fadli Zon semua yang ada di Indonesia jelek.

Namun ada dua hal yang baik di mata seorang Fadli Zon, yakni bidang Pertahanan dan bidang Kelautan & Perikanan.

Dicibir Netizen +62 Gegara Tak Punya Darah Indonesia Agnez Mo Dibela Eks Panglima TNI Anggota Jokowi

 Jakarta Disebut Mirip Kampung oleh Mendagri Tito Karnavian, Gubernur Anies Baswedan Tak Tinggal Diam

 Jadi TKI Ilegal, Warga NTT Banyak Meninggal di Malaysia, Gubernur Viktor: Kita Tinggal Kubur Saja

 Dipimpin Anies Baswedan, eks Kapolri Tito Karnavian Sebut Jakarta Kampung Dibandingkan Shanghai

Tentu saja hal itu menyindir Fadli Zon yang tak pernah melemparkan kritik pada dua kementerian tersebut.

Sebab, dua kementerian tersebut diisi oleh orang Gerindra yakni Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Edhy Prabowo.

Prabowo Subianto menjabat sebagai Menteri Pertahanan, sementara Edhy Prabowo menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Hal itu disampaikan oleh Yunarto Wijaya saat mengomentari artikel berita soal kritik tersebut.

Di berita itu, Fadli Zon mengkritik pidato Nariem Makarim di Hari Guru.

Menurut Fadli Zon, isi pidato Nadiem Makarim lebih banyak arahan daripada penghargaan kepada guru.

Komentar itu disampaikan oleh Fadli Zon di akun Twitter miliknya @fadlizon Senin (25/11/2019).

Pada Tweet-nya itu, Fadli Zon mengungkap hal ironis.

Meski sudah 25 tahun memperingati Hari Guru Nasional, menurut Fadli Zon, kesejahteraan guru masih menjadi isu nasional yang tidak kunjung terselesaikan.

"Saya melihat, kesejahteraan guru juga belum menjadi perhatian utama.

Dari teks pidato yang beredar di media, saya perhatikan Mendikbud lebih banyak memberikan “arahan” ketimbang “penghargaan” kepada para guru," sindir Fadli Zon, Senin (25/11/2019).

"Padahal, semangat utama peringatan Hari Guru bertujuan agar semua pihak, terutama pemerintah.

Untuk menghormati, mengapresiasi, dan meningkatkan kesejahteraan guru," ujarnya.

Sayangnya, lanjut Fadli Zon pesan yang dimaksud tak tercermin dalam pidato Mendikbud tahun ini.

Tentunya, kata dia menjadi hal yang patut menjadi pertanyaan, kenapa isu kesejahteraan guru tidak ada dalam public address Mendikbud?

"Kunci pendidikan terletak pada kualitas tenaga pengajar. Hanya saja, menurut saya, hingga saat ini, pemerintah belum secara serius mengatasi problem kesejahteraan guru, terutama guru honorer," katanya.

Padahal, Fadli Zon mengungkap Indonesia saat ini bisa dikatakan mengalami darurat guru.

Berdasarkan data Kemendikbud, guru PNS saat ini berjumlah 1,3 juta orang.

Sementara kebutuhan guru se-Indonesia mencapai 2.1 juta.

Angka ini akan semakin meningkat, mengingat pada tahun ini terdapat 52 ribu guru PNS akan pensiun.


Kritik Fadli Zon kepada Nadiem Makarim itu kemudian ditanggapi oleh Yunarto Wijaya.

Yunarto Wijaya bahkan memberikan sindiran untuk Fadli Zon.

Di mana menurut Yunarto Wijaya, semua yang ada di Indonesia selalu salah di mata Fadli Zon.

Tentunya kecuali untuk dua hal, yakni bidang pertahanan dan bidang kelautan dan perikanan.

"Indonesia semua jelek, kecuali di bidang Pertahanan dan Kelautan & Perikanan pokoknya...," tulis Yunarto Wijaya.

.


Tanggapan Pihak Istana

Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyebut, Presiden Joko Widodo mengharapkan ada perubahan drastis dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Oleh karena itu, Presiden memberikan kewenangan penuh kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk mengubah paradigma dan kurikulum pendidikan.

"Pak Nadiem diberikan kewenangan penuh oleh Presiden. Bahkan dalam rapat terbatas hal itu disampaikan beliau untuk mengubah paradigma kurikulum, tata cara belajar-mengajar," kata Pramono di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/11/2019).

Hal ini disampaikan Pramono Anung menanggapi pidato Nadiem Makarim di Hari Guru Nasional.

Dalam pidato yang naskahnya sempat viral itu, Nadiem Makarim meminta para guru untuk melakukan perubahan dalam mengajar tanpa menunggu aba-aba atau perintah.

Nadiem Makarim meminta guru mengajak para siswa berdiskusi.

Bahkan ia meminta guru memberi kesempatan pada murid untuk mengajar di kelas.

Menurut Pramono Anung, Presiden akan memberi dukungan penuh kepada Nadiem Makarim jika hendak mengubah kurikulum yang memungkinkan perubahan-perubahan tersebut.

"Sehingga memberikan kegembiraan kepada siswa untuk belajar dan tidak dijejali dengan tugas-tugas yang terlalu berlebihan," ujar politisi PDIP ini.

Bahkan, Pramono Anung menambahkan, Presiden Jokowi sejak awal memercayakan pos Mendikbud kepada Nadiem Makarim agar melakukan perubahan-perubahan itu.

Meski tak mempunyai latar belakang di bidang pendidikan, Nadiem yang merupakan pendiri perusahaan rintisan Gojek diyakini bisa membawa inovasi bagi pendidikan di Indonesia.

"Karena sistem pendidikan kita dianggap masih jauh ketinggalan zaman dan tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan, terutama dengan era digital ini," kata dia. (*)

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved