Pemkot Dukung Sekolah Ramah Anak di Balikpapan, Puluhan Guru Dilatih, Ada Pengukuhan APSAI
Dibuat pengukuhan Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia ( APSAI ) di Aula Pemkot Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Penulis: Siti Zubaidah | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Pemerintah Kota ( Pemkot ) Balikpapan mengadakan Pelatihan Sekolah Ramah Anak Bagi Pendidikan dan Tingkat Kependudukan serta pengukuhan Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia ( APSAI ) di Aula Pemkot Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Suheryono mengatakan kepada Tribunkaltim.co pada Jumat (6/12/2019).
Disebutkan ada 30 perusahaan yang menjadi anggota APSAI di Indonesia dan Kota Balikpapan menjadi kota ke 27, dengan program kota sekolah layak anak.
Kota Balikpapan masuk menuju kota layak anak.
Prosesnya sangat sangat panjang untuk mencapai Paripurna.
Semua sekolah harus dilatih untuk menjadi sekolah ramah anak.
"Mulai dari fasilitasnya kesehatan dan ada beberapa indikatornya," kata Suheryono.
Harapannya perusahaan bisa melaksanakan kegiatan secara maksimal.
Dan semua anak dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan.

"Maka proses di sekolah seperti mengambil ekstrakurikuler dan lainnya orang tua dilibatkan," katanya.
Di Indonesia, kota yang masuk dalam sekolah ramah anak ada tiga
Dengan tingkatan utama.
Pertama Kota Solo,
Kota Surabaya
Dan Denpasar.
Ada beberapa indikator sekolah ramah anak.
Di antaranya, guru-guru tidak melakukan kekerasan.
Teman-teman sekolah juga tidak akan melakukan kekerasan.
Dengan moto Anak Tenang, Guru Senang, Orang tua bahagia.
Sementara itu, Leni Rosaline Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak dari Kementerian PPPA menyebutkan.
Dari kebijakan nasional agar satuan pendidikan sekolah dan madrasah jadi ramah anak.
Karena sepertiga hidup anak-anak berada di sekolah.
Dari jam 7 pagi sampai jam 3 dan 5 sore anak-anak di Sekolah.
"Anggaplah ini harus dijaga betul," tuturnya.

Komponen mulai kantin sarana prasarana, UKS, kawasan tanpa rokok, besih dari narkoba.
"Semua adalah hal yang dibutuhkan untuk sekolah ramah anak," ungkapnya.
Leni menyebutkan, kalau ramah anak berarti cukup membentuk karakter dari sepertiga waktu anak.
Di Indonesia sudah ada 23.000 lebih sekolah ramah anak.
Secara presentasi sekitar 61 persen.

"Setiap tahun kita evaluasi sudah ramah anak atau tidak, karena harus didukung seluruh warga sekolah, dunia usaha, dan masyarakat sekitar. Jadi ini kerja bersama," katanya.
Intinya bagaimana menyelamatkan anak-anak ketika ada di sekolah.
Mulai dari jajanan di kantin sekolah.
Perlakuan guru ke siswa.
"Dan penerapan sisi iklim positif," tuturnya.
(Tribunkaltim.co)