Ceplukan, Ciplukan atau Cecenet, Tanaman Liar yang Melegenda dengan Sejuta Manfaat
Ada yang menyebutnya ceplukan, ciplukan atau cecenet. Tanaman liar yang melegenda ternyata punya sejuta manfaat.
TRIBUNKALTIM.CO - Ada yang menyebutnya ceplukan, ciplukan atau cecenet. Tanaman liar yang melegenda ternyata punya sejuta manfaat.
Mungkin kita mengenal buah ceplukan, ciplukan atau cecenet sebagai tanaman liar.
Tidak banyak yang menggubris tanaman ini.
Di Indonesia ceplukan, ciplukan atau cecenet ini bisa dijumpai di banyak daerah.
Baca juga:
Kratom, Tanaman Herbal yang Dianggap Mirip Narkoba Tumbuh Liar di Kota Bangun, BPOM Larang Digunakan
Terungkap 10 Manfaat Jahe bagi Kesehatan, Sebagai Antioksidan hingga Kurangi Risiko Penyakit Jantung
Menghabiskan Libur Dengan Tidur? Waspadai Bahaya Tidur Terlalu Lama, Bisa Timbulkan Penyakit!
Inilah 5 Manfaat dari Daun Sirsak, Bisa Menghambat Sel Kanker hingga Mengobati Asam Urat

Tanaman ini tumbuh liar di lahan kosong, pekarangan rumah, atau tempat lain yang tanahnya tidak becek, baik di dataran rendah maupun tinggi.
Di Bali dikenal dengan ciciplukan.
Di Madura dikenal dengan nyor-nyoran.
Lain lagi di Jawa Barat, dikenal dengan cecenet.
Di Jawa Tengah biasa disebut ceplukan atau ciplukan, dan masih banyak lagi nama daerah lainnya.
Asal usul tanaman ceplukan
Terna semusim yang tingginya hanya 10-80 cm ini bukan tanaman asli Indonesia.
Tanaman ini berasal dari Amerika tropika.
Ia didatangkan oleh orang Spanyol pada zaman penjajahan abad XVII, ketika orang VOC masih merajalela bersaing dengan orang Spanyol dan Portugis menjajah bangsa kita.
Diduga yang berkenalan pertama kali dengan tanaman bawaan ini ialah orang Maluku (yang menyebutnya daun boba) dan Minahasa (yang menyebutnya leietokan).
Konon, merekalah yang pertama kali dilanda penjajah Spanyol dari Filipina.
Dari Maluku, ada yang kemudian mengenalkannya ke Jakarta (sebagai cecenet), Jepara (sebagai ceplukan), Bali (keceplokan), dan Lombok (dededes).
Dari Jakarta baru diperkenalkan ke Sumatra Timur (sebagai leletop).
Jenis yang mula-mula datang ialah Physalis angulata dan Physalis minima, yang kemudian tumbuh merajalela sebagai gulma di ladang kering, kebun buah-buahan, di antara semak belukar, dan tepi jalan.
Bersama dengan itu dimasukkan pula sebagai tanaman hias Physalis peruviana dari daerah pegunungan Peru.
Berbeda dengan jenis angulata dan minima, ceplukan Peru ini berupa terna menahun yang bisa hidup lebih dari satu musim.
Ia mudah dibedakan dari jenis yang lain karena bunganya mencolok sekali lebih besar, dengan bintik-bintik cokelat tua.
Karena besarnya inilah ia di daerah Parahyangan disebut cecenet badak, dan cecenet gunung (karena hanya mau tumbuh di pegunungan).
Oleh orang Belanda pegunungan zaman dulu, buah itu selain dimakan segar juga dijadikan selai yang enak untuk mengisi roti bakar.
Physais peruviana kemudian ada yang dibawa oleh orang Belanda VOC ke Eropa, tapi tidak diakui sebagai ceplukan Peru, melainkan kaapse kruisbes (atau cape goosberry).
Mereka mengira bahwa tanaman ini hidup asli di Kaap de Goede Hoop (Tanjung Harapan) di ujung selatan Afrika, tempat mereka mendirikan benteng persinggahan dan pelabuhan istirahat bagi kapal kayu mereka yang hendak mengisi bahan makanan dan air tawar, guna perjalanan berikutnya.
Sampai sekarang jenis peruviana ini masih terkenal sebagai cape gooseberry.
Dengan nama ini, buah asam manis itu kini juga jadi favorit orang Amerika.
Tapi mereka sendiri mampu menghasilkannya sebagai tanamah hortikultura rakyat di negeri mereka sendiri.
Legenda penyelamat prajurit Romawi
Sebagai herba menahun, tanaman dari suku terung-terungan Solanaceae ini tumbuh tegak, bercabang cukup banyak, yang berambut pendek.
Kalau tumbuhnya terlalu subur, sering cabangnya tidak mampu menahan beban daun dan buahnya yang bergelantungan banyak sekali, sampai mudah patah.
Bunganya yang muncul di ketiak daun berwarna putih kekuning-kuningan.
Dari bunga ini kemudian tumbuh buah yang bentuknya mirip lentera, menggantung dengan warna hijau muda.
Apa yang tampak dari luar itu sebenarnya hanya kulit buah yang agak transparan.
Di dalamnya mula-mula masih berongga, tapi kemudian terisi oleh bulatan buah yang sebenarnya, berupa berry (buah buni).
Buah dalam kulit ini bisa dimakan, kalau kulitnya sudah menguning layu.
Mula-mula terasa agak getir, tapi kalau memang sudah masak akan terasa manis agak keasam-asaman.
Enak juga, tapi kalau dimakan terlalu banyak, bisa menyebabkan orang yang bersangkutan mabuk.
Dalam buku Plantes Medicinalis karangan dua pakar botani Prancis, Volak dan Jiri Stoduca, dikisahkan bahwa ceplukan sudah dikenal oleh orang Romawi zaman kejayaan mereka menjajah bangsa-bangsa Timur.
Dalam pertempuran di Iran Selatan, banyak prajurit Romawi yang menderita luka parah karena senjata tajam.
Untuk mengobati luka itu, mereka memakai tanaman obat tradisional yang terdapat di sekitar daerah pertempuran.
Salah satu di antaranya ialah ceplukan itu yang ternyata mujarab sekali.
Daunnya setelah dilumatkan ditempelkan pada luka, dan orang yang bersangkutan juga memakan buahnya.
Lukanya cepat sembuh.
Mereka begitu kagum akan kehebatan khasiat tanaman itu, sampai mereka menyebutnya physalis (penyelamat).
Kata itu kemudian dijadikan kata sandi bagi pertempuran berikutnya.
Sejumlah tanaman dan buahnya dibawa pulang ke Roma, sampai kemudian menjadi tanaman obat terkenal di seluruh dunia zaman itu.
Sampai sekarang, tanamannya menyandang nama marga Physalis.
Berdasarkan hasil analisis berabad-abad kemudian, ternyata buah tanaman itu mengandung vitamin C yang relatif tinggi.
Lebih tinggi daripada buah anggur.
Diduga, itulah biang keladi penyebab daya penyembuhan luka yang begitu besar, seperti yang dialami para prajurit Romawi di pertempuran Iran dulu.
Dijual dengan harga selangit
Siapa sangka harga buah ceplukan bahkan kini mencapai Rp 10 ribu satu bijinya di Brunei Darussalam.
Sementara di mal di kota besar di Jakarta sekilonya mencapai Rp 500 ribu.
Lalu, apa yang spesial dari buah ceplukan ini?
Khasiat ceplukan
Dilansir dari Tribunjogja.com berikut khasiat dan manfaat buah ceplukan, ciplukan atau cecenet.
Ceplukan dapat dimanfaatkan sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, analgesik, dan sitotoksik.
Juga sebagai peluruh air seni (diuretic), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor.
Khasiat tanaman herbal ceplukan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti:
1. Diabetes mellitus:
Ambil pohon ceplukan yang sudah berbuah cabut sampai akarnya, cuci bersih, layukan, setelah layu rebus dengan 3 gelas air hingga airnya tinggal 1 gelas, saring dan diminum 1 x sehari.
2. Sakit paru-paru, batuk rejan (pertusis), bronchitis (radang saluran napas), gondongan (paroritis), pembengkakan buah zakar (orchitis):
Ambillah pohon ceplukan lengkap dari pohon, buah, daun, batang dan akarnya, cuci bersih, rebus dengan 3-5 gelas air hingga mendidih, saring, minum 3 x sehari 1 gelas setiap kali minum.
3. Ayan:
Ambil 8-10 buitr buah ceplukan yang sudah masak. Dimakan setiap hari secara rutin.
4. Borok:
Ambil 1 genggam daun ceplukan, tambah 2 sendok makan air kapur sirih, tumbuk sampai halus, kemudian tempelkan pada bagian yang sakit.
5. Bisul:
Ambil daun ceplukan sebanyak 1/2 genggam, dicuci bersih lalu digiling halus.
Tempelkan pada bisul, lalu dibalut. Diganti 2 kali sehari.
6. Influenza dan sakit tenggorokan:
Tumbuhan ceplukan (semua bagian) yang sudah dipotong-potong seukuran 3-4 cm dijemur, lalu dibungkus agar tidak lembab lagi.
Baca juga:
Berikut Manfaat & Khasiat Daun Sirih, Bisa Mengatasi Keputihan hingga Mengobati Penyakit Jantung
Tahukah Anda Inilah Cara Tepat Mengobati Luka Bakar, Jangan Coba-coba Oleskan Odol atau Pasta Gigi
Sembarangan Minum Obat Penurun Kolesterol? Seminar RSUD Kanujoso Djatiwibowo Beber Solusi & Efeknya
Apa Itu Porang dan Glucomannan? Tanaman Umbi yang Diminati Pasar Dunia, Ini Manfaat Bagi Kesehatan
Kemudian ambil kira-kira sebanyak 9-15 gram direbus, airnya diminum.
Lakukan sebanyak 3 kali sehari, atau sesuai kebutuhan dan atau petunjuk resep. (*)