Menengok Upaya Pemerintah Atasi Banjir Jakarta dari Zaman ke zaman, Ahok Sediakan Pompa Alirkan Air

Upaya pemerintah dari zaman ke zaman untuk mengatasi banjir Jakarta belum sepenuhnya membebaskan ibu kota negeri ini dari ketakutan akan banjir

Editor: Mathias Masan Ola
(DOKUMENTASI BNPB)
Tampilan banjir Jakarta di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, dari helikopter yang mengangkut Kepala BNPB Doni Monardo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, saat mereka meninjau kondisi banjir terkini pada Rabu (1/1/2020). 

Masa Soekarno

Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, Jakarta tetap belum merdeka dari banjir. Bahkan, Presiden Soekarno sampai turun tangan. Soekarno membuat dinas khusus untuk mengatasi banjir pada 1965.

Namanya Komando Proyek Banjir ( Kopro Banjir ). Namun, belum juga mampu membebaskan Ibu Kota dari banjir.

Orde Baru

Pada 1972, pemerintah membentuk Proyek Pengendalian Banjir Jakarta Raya. Proyek ini meneruskan Kopro Banjir. Rencananya, agar tiga sungai besar di Jakarta memiliki banjir kanal. Tujuannya mencegat luapan air masuk kota.

Akan tetapi, rencana ini gagal terlaksana karena masalah pembebasan tanah. Penyebabnya, sudah kadung banyak rumah dan kantor besar berdiri.

Selang 20 tahun kemudian, pemerintah kembali merancang Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Cisadane-Ciliwung ( PWS-CC ). Tugasnya mengupayakan agar 40 persen wilayah Jakarta yang berada di bawah permukaan laut tidak semakin tergenang.

Tragedi banjir besar Jakarta pada Februari 2002 membuat 365.000 keluarga mengungsi. Sebanyak 32 jiwa meninggal dunia.

Harian Kompas menuliskan, empat bulan berselang, delapan petinggi negara bertemu untuk membentuk Program Penanganan Banjir Jakarta. Hadir dalam pertemuan tersebut Menteri Kimpraswil Soenarno, Mendagri Hari Sabarno, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim, Menteri Negara PPN/Ketua Beppenas Kwik Kian Gie, Menteri Keuangan Boediono, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Gubernur Jabar R. Nuriana dan Gubernur Banten H. Djoko Munandar.

Program jangka panjang direncanakan, anggaran Rp 11 triliun disiagakan. Namun, rencana itu menguap lantaran semua pihak sibuk menjelang Pemilihan Umum 2004.

Era Jokowi-Ahok

Sepuluh tahun kemudian, pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama, yang memimpin Ibu Kota pada 2012, melakukan upaya mengurangi dampak banjir.

Upaya itu di antaranya dengan pelebaran dan pengerukan kali, sungai, waduk, menggunakan alat berat. Sementara, saat Ahok menggantikan Jokowi, dia menambahkan beberapa upaya penanganan. Selain menyiagakan tanggul pencegah banjir, juga menyiagakan beberapa pompa untuk mengalirkan air sebelum banjir datang.

Dikutip dari data BPBD Jakarta, ada tren penurunan wilayah terdampak dan titik banjir dari 2014 hingga 2017. Angka wilayah kelurahan terdampak pada 2014 sebanyak 132 kelurahan, kemudian berturut-turut pada 2015 (139 kelurahan); 2016 (117); 2017 (113), dan 2018 (63).

Sementara, titik banjir sebanyak 688 RW di 2014, sempat naik 702 di 2015, dan turun menjadi 460 di 2016, 375 RW di 2017, dan 217 di 2018.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved