SBY Harap AS, Iran dan Irak Tahan Diri, Belajar dari Perang Dunia I dan II
Susilo Bambang Yudhoyono berharap Amerika Serikat, Iran dan Irak menahan diri dan berpikir secara jernih untuk tidak meningkatkan ekskalasi konflik
Di Kerman, pelayat berpakaian hitam berkumpul di Azadi Square, lokasi persemayaman peti mati Qassem Soleimani dan pembantu dekatnya, Hossein Pourjafari.
"Tidak ada kompromi! Balas dendam!" teriak massa ketika melihat peti mati Qassem Soleimani melintas.
Kepala Layanan Medis Darurat Iran, Pirhossein Koulivand, yang berbicara melalui telepon kepada stasiun televisi pemerintah menyatakan telah terjadi kekacauan dan saling injak di jalan‑jalan yang penuh sesak oleh ribuan pelayat.
"Sebagai akibat dari dorong-dorongan, warga mengalami luka-luka, bahkan ada yang tewas, selama prosesi pemakaman," katanya. Kantor Berita ISNA kemudian melaporkan pemakaman ditunda namun tidak dijelaskan berapa lama.
Duta Besar Inggris untuk Iran, Rob Macaire, menyampaikan duka cita atas jatuhnya korban jiwa di Kerman melalui akun Twitternya.
"Saya sangat menyesal mendengar berita tentang hilangnya nyawa di Kerman," ujarnya.
• Rudal-rudal Iran Tembak Pangkalan Militer Amerika Serikat, Buntut Pembunuhan Mayjen Qassem Soleimani
• NEWS VIDEO Pria Kelahiran Jambi, Dihukum Seumur Hidup di Inggris, Pelaku Kejahatan Seksual 48 Pria
Pria Hebat
Sebelum terjadi kekacauan, kerumunan massa melambaikan bendera dan memegang foto‑foto Qassem Soleimani, sambil meratap.
Anak‑anak sekolah terdengar meneriakkan,"Kematian bagi Trump," sementara orang banyak meneriakkan, "Matilah Israel," ketika Hossein Salami bersumpah membalas dendam pada AS.
"Qassem Soleimani lebih kuat ... sekarang dia sudah wafat. Musuh membunuhnya secara tidak adil. Kami akan membalas dendam. Kami akan membakar mereka semua," ujar Salami dalam orasinya di depan massa.
Seorang pelayat, Hemmat Dehghan, mengatakan dia melakukan perjalanan dari Kota Shiraz, Iran bagian selatan, untuk memberi hormat kepada Qassem.
"Ia (Qassem Soleimani) tidak hanya dicintai di Kerman, atau Iran, tetapi juga seluruh dunia," kata veteran perang berusia 56 tahun itu.
Seorang pelayat lain mengatakan pembunuhan terhadap Qassem mendidihkan darah rakyat Iran.
"Dia dipandang sebagai pria hebat yang siap melayani rakyatnya baik di masa perang maupun sekarang. Kematiannya harus dibalaskan," kata Sara Khaksar, seorang siswa berusia 18 tahun.
Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas mengenaskan setelah mobil yang ditumpanginya dihantam rudal yang dilepaskan pesawat tak berawak (drone) milik militer AS, Jumat lalu.