Perayaan Imlek
Kisah Dramatis Dibalik Warna Merah Dalam Tahun Baru Imlek, Berikut Legenda Kepercayaan China
Berikut ini kisah dramatis dibalik warna merah dalam Tahun Baru China alias Imlek, legenda kepercayaan Tionghoa
TRIBUNKALTIM.CO - Berikut ini kisah dramatis dibalik warna merah dalam Tahun Baru China alias Imlek, legenda kepercayaan Tionghoa.
Masyarakat etnis Tionghoa akan merayakan Tahun Baru China atau Imlek yang jatuh pada Sabtu 25 Januari 2020.
Perayaan Tahun Baru China atau Imlek erat kaitannya dengan nuansa warna merah dalam setiap ornamen masyarakat Tionghoa.
Warna merah biasa digunakan untuk aksesori berupa lampion hingga busana pada perayaan Imlek.
Namun ternyata warna merah pada perayaan Imlek ini memiliki kisah dramatis yang berasal dari legenda kepercayaan Tionghoa.
Dilansir readerdiggest, kepopuleran warna merah bagi etnis Tionghoa ini berawal dari sebuah legenda Tiongkok tentang Nian atau seekor binatang buas yang meneror penduduk di desa di Tahun Baru dan suka memangsa hasil perkebunan, ternak bahkan anak-anak.
Nian ini merupakan seekor banteng berkepala singa.
• Berkat Abdurrahman Wahid, Etnis Tionghoa Bisa Rayakan Imlek di Indonesia, Begini Faktanya
• NEWS VIDEO Jelang Imlek, Warga Tionghoa Mulai Berdatangan ke Klenteng Ta Pek Kong Tanjung Selor
• Ada Barongsai saat Car Free Day, Berikut Jadwal Rangkaian Perayaan Tahun Baru Imlek di Jakarta
• Imlek 2020 - Macam-macam Makanan Khas Tahun Baru China Pembawa Keberuntungan, Ikan hingga Lumpia
Penduduk desa mengetahui bahwa Nian sangat takut pada api, kebisingan dan warna merah.
Oleh karena itu, warga desa pun mampu mengalahkan makhluk ini, dan sejak saat itu pula, warga menganggap bahwa merah adalah warna keberuntungan.
Dilansir wikipedia, dalam mitologi Tionghoa, nian adalah sejenis mahluk buas yang hidup di dasar laut atau di gunung.
Pada musim semi atau sekitar tahun baru Imlek, nian keluar dari persembunyiannya untuk mengganggu manusia, terutama anak-anak.
Nian tidak menyukai bunyi-bunyian ribut dan warna merah.
Oleh sebab itu dalam tradisi Imlek, warga Tionghoa mengenakan pakaian dan mendekorasi peralatan dengan warna merah.
Membakar petasan dan mementaskan tarian singa ( barongsai ) untuk menakut-nakuti nian.
Ada juga warga yang menempelkan Duilian di kertas merah untuk mencegah Nian agar tidak kembali.
Kata tahun dalam bahasa Tionghoa juga memiliki karakter yang sama dengan nama nian. Istilah untuk menyebut hari raya Imlek, guo nian uga berarti mengusir atau melewati nian.
Nian juga dilambangkan dalam tarian barongsai.
Tarian singa atau barongsai adalah tarian yang mempertunjukkan keahlian bela diri dan akrobat, diketahui banyak orang sebagai nian untuk wilayah Tiongkok Selatan.
Di Tiongkok Utara, disebut Rui Shi dianggap anjing Fu.
6 Hal Tak Boleh Dilakukan Saat Imlek
Ternyata Perayaan Imlek di Tiongkok juga memiliki banyak tradisi unik.
Dalam kepercayaan budaya Tionghoa, juga ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat Imlek.
Apa saja hal yang dilarang untuk dilakukan saat Imlek?
Berikut rangkumannya.
Membersihkan atau Menyapu Rumah
Sebelum tahun baru Imlek, ada hari untuk membersihkan rumah. Ini dilakukan untuk mengusir nasib buruk.
Tapi justru ada larangan membersihkan saat hari tahun baru. Karena dianggap bisa menyapu atau membuang keberuntungan dari dalam rumah.
Mengucapkan Selamat Tahun Baru Saat Seseorang Masih Tidur
Kalau ingin mengucapkan selamat tahun baru Imlek pada seseorang, kita harus menunggu orang itu bangun.
Jika mengucapkan sebelum orang itu bangun, dipercaya bisa membuatnya terus terbaring di tempat tidur sepanjang tahun.
Menurut kepercayaan, tidak boleh membangunkan orang yang masih tidur juga.
Karena bisa membuatnya terus terburu-buru sepanjang tahun.
Memberi Hadiah Tahun Baru yang Dilarang
Saat tahun baru imlek, seseorang harus membawa hadiah saat berkunjung.
Namun ada yang dilarang.
Misalnya memberi jam.
Karena dalam bahasa Mandarin, bunyinya sama dengan kata yang berarti
penghormatan terakhir.
Memecahkan Keramik atau Kaca
Kalau yang satu ini berhubungan dengan perabotan rumah atau peralatan makan, teman-teman.
Kalau sampai memecahkan benda-benda keramik atau kaca, ini dinggap bisa memutuskan hubungan dengan keberuntungan.
Kalau sampai ada yang pecah, masyarakat Tionghoa akan segera membungkus pecahannya dalam kertas merah.
Kemudian mengucapkan suì suì píng ān, artinya memohon kedamaian dan keamanan.
Setelah tahun baru, bungkusan pecahan keramik atau kaca ini dilarungkan di sungai atau danau.
Berkata Hal yang Negatif
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, kata-kata bisa menjadi doa yang buruk bagi orang yang mengucapkannya.
Kalau mengucapkan kata yang negatif saat tahun baru, maka bisa membawa keburukan bagi kita atau orang-orang di sekitar kita.
Kata-kata negatif ini misalnya; kematian, sakit, kosong, luka, kekurangan, pecah, dan yang lainnya.
• Anies Baswedan Rayakan Tahun Baru Imlek di Ruang Publik Jakarta, Catat Jadwalnya Hingga Cap Go Meh
• Kata-kata Mutiara Tahun Baru Imlek, Bisa Dikirim Lewat WhatsApp untuk Keluarga, Sahabat dan Kolega
• Jelang Imlek Warga Tionghoa di Bulungan Mulai Berdatangan ke Klenteng Ta Pek Kong Tanjung Selor
• Kumpulan Kata-kata Mutiara dan ucapan Serta lagu Tahun Baru Imlek 2020, Pahami Lagi Tujuan Perayaan
Menggunakan Benda Tajam
Zaman dahulu, tidak boleh menggunakan gunting dan jarum agar para perempuan bisa beristirahat dari pekerjaannya.
Namun ada kepercayaan yang mengatakan benda tajam bisa memotong aliran kemakmuran.
Uniknya, hampir seluruh salon potong rambut akan tutup, lo.
Ini karena memotong rambut juga dilarang sampai festival tahun baru selesai.
Itulah beberapa hal yang tidak boleh dilakukan saat perayaan tahun baru Imlek di Tiongkok.
(*)