Perayaan Imlek
RENUNGAN IMLEK: Ketua Matakin Kaltim Tundro Kosasih Berpesan Shio Tikus Logam Jangan Serakah
Shio Tikus Logam jika dilihat dari kearifan para leluhur dan sejarah panjang memiliki makna keuletan.
Penulis: Nevrianto | Editor: Syaiful Syafar
RENUNGAN IMLEK: Ketua Matakin Kaltim Tundro Kosasih Berpesan Shio Tikus Logam Jangan Serakah
Shio Tikus Logam jika dilihat dari kearifan para leluhur dan sejarah panjang memiliki makna keuletan.
Apabila orang mengaitkan dengan sifat-sifat, maka Shio Tikus Logam artinya ulet saat mencari sesuatu.
Demikian dikatakan Tundro Kosasih, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia ( Matakin) Kalimantan Timur, Jumat (24/1/2020), menanggapi perayaan Imlek tahun ini.
Diharapkan sifat ulet pada tikus cenderung menjadi motivasi manusia jadi seperti itu.
Karakter hewan dan manusia ada yang baik dan buruk.
Baca juga: Di Sangatta Kutai Timur, Seorang Istri Babak Belur Dibogem Suami, Ternyata Ini Penyebabnya
Baca juga: Kisah 6 ABG Liburan, Kehabisan Uang, Terpaksa Jual Diri di Prostitusi Online Via WhatsApp dan MiChat
Baca juga: Warga Berau Digegerkan Temuan Mayat di Sebuah Kamar, Kondisi Sudah Kaku, Inilah Identitasnya
Baca juga: Tahu Ada Rencana Penghapusan ASN Berstatus Tenaga Kontrak, Honorer Bontang Was-was
Tikus karakter jeleknya dan serakah.
"Mudah-mudahan shio Imlek 2570 pada 2020 ini tidak terkait dengan sifat manusia yang serakah. Kurang lebih dengan kenyataan kehidupan sehari-hari kita sekarang," kata Tundro Kosasih.
"Semua akan kembali pada titik nol, apa yang dijadikan tumpuan tahun ini bagi seorang umat. Mari kita lakukan intropeksi pada diri kita. Apa yang ditahun kemarin buruk sifat-sifat kita, mudah-mudahan tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu," katanya lagi.
Menurut Tundro Kosasih, ada tiga poin yang jadi perenungan seorang konfusian, yakni ada kewajiban berbagi, dalam praktiknya kita sebut pemberian angpao.
Memang kalau kita lihat langkah awal dimulai dari keluarga sesuai kemampuan, kemudian kita silakan berbagi ke masyarakat.
Kemudian momen silaturahmi.
Sebagai contoh kita mengunjungi anggota keluarga yang lebih tua demi menjalin hubungan yang lebih akrab serta menyambung tali persaudaraan.
Karena dalam kehidupan sehari-hari kita sering disibukkan kegiatan, sehingga menjenguk orangtua saja waktu terbatas.
Kegiatan ibadah di Kelenteng sebenarnya merupakan refleksi dan bersyukur di tahun ini atas usaha dari tahun tahun sebelumnya.
Setiap roh yang gemilang mempunyai peranan masing masing.
Baca juga: TRIBUN TRAVEL Klenteng Toa Pek Kong, Saksi Gelombang Awal Komunitas Tionghoa di Tarakan
Baca juga: BREAKING NEWS Asyik Nongkrong di Cafe Tanjung Redeb, Seorang Muncikari Diringkus Polisi
Baca juga: Demi Peran Figuran Sinetron, 20 Remaja Ini Rela Ditiduri Manajer Agensi, 9 Korban Sudah Jadi Artis
Baca juga: Benarkah Makanan Ini Penyebab Pertama Virus Corona? Bikin 11 Juta Warga di Wuhan Diisolasi
Dalam Kong Hu Cu, sebenarnya tidak mengenal istilah dewa.
Karena dewa adalah orang orang yang melakukan tapa di sejumlah gunung untuk mencapai keabadaian.
"Ingatlah perbuatan kebajikan bisa menggerakkan hati tuhan maka bila tuhan punya kuasa seseorang berbuat kebaijikan bisa diangkat sebagai roh suci (shen ming)," tutupnya.
(TribunKaltim.co/Nevrianto)